Topografi Tanah Analisis 1 Letak, Luas dan Aksesibilitas Tapak

Suhu yang ideal untuk tingkat kenyamanan manusia menurut Laurie dalam Alifia, 2010, adalah 10° C – 26.7° C dengan kelembaban udara 40 - 75. Dengan menggunakan rumus Temperature Humidity Index THI, dapat diuraikan sebagai berikut: THI = 0.8 T + RH x T500 Keterangan : THI :Temperature Humidity Index RH :Kelembaban udara T : Suhu rata-rata Tabel 10. Besaran Nilai THI Bulanan Berdasarkan Data Iklim BMKG BLNTHN Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2011 24.5 24.5 24.8 25.0 25.2 24.9 24.7 24.3 23.8 25.0 24.3 25.3 2012 24.4 24.9 25.2 Dilihat dari hasil perhitungan THI Tabel 10, pada kondisi suhu tertinggi tapak masih tergolong nyaman bagi pengguna dengan rata-rata THI tahunan pada angka 24. Demikian halnya dengan suhu terendah pada tapak dengan sampel suhu sewaktu pada kondisi suhu tanggal 12 September 2012 sebesar 32.87 ˚C, nilai THI masih dalam interval batas kenyamanan manusia yaitu sekitar 26. Jadi, menurut Laurie dalam Alifia 2010 suhu 32.87 ˚C ini masih dalam batas toleransi kenyamanan bagi manusia. Curah hujan tinggi juga dapat berpengaruh pada kondisi sirkulasi tapak yang lembab dan akan cenderung berlumut jika musim penghujan tiba, ditambah lagi dengan tapak yang cukup lembab berpotensi mempengaruhi kadar air pada permukaan tanah yang tidak ditanami. Hal tersebut akan menjadi kendala yang harus diperhatikan pada tapak.

5.1.3 Topografi

Suatu lanskap yang dimanfaatkan untuk kegiatan ruang luar memiliki kemiringan lahan yang ideal pada level kemiringan kurang dari 15 USDA 1968. Kemiringan lahan eksisting tergolong landai, dengan kisaran kemringan lahan rata-rata 8-15. Perbedaan kemiringan lahan tidak terlalu berbahaya jika dimanfaatkan sebagai kawasan rekreasi dan wisata. Hanya yang harus diperhatikan adalah posisi tapak yang berada di atas rentan terhadap longsoran. Batas tapak yang jelas juga sangat dibutuhkan demi kenyamanan penggunan agar tidak terjadi hal yang berbahaya Gambar 18. Analisis kemiringan digunakan dengan membagi nilai kemiringan menjadi tiga klasifikasi pemanfaatan lahan, yaitu baik, sedang, dan buruk. Pada klasifikasi baik, besar nilai slope berkisar antara 0-8; pada klasifikasi sedang nilai slope berkisar antara 8-15; dan pada klasifikasi buruk slope berada pada nilai 15 Hardjowigeno dkk 1994. Dalam menentukan klasifikasi penggunaan lahan dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Keterangan : x : jarak antara garis kontur IC : interval kontur Untuk mendapatkan besarnya jarak antara garis kontur yang sesuai dengan klasifikasi tersebut, dilakukan perhitungan dengan rumus x dan dari hasil perhitungan didapatkan nilai x 12.5m untuk klasifikasi baik; x = 6.67-12.5m untuk klasifikasi sedang dan x 6.67m untuk klasifikasi buruk. Dari besarnya nilai x yang adalah jarak antar kontur, diperoleh klasifikasi lahan tapak yang didominasi dengan kemiringan 8-15. Menurut Hardjowigeno dalam Nurisjah 2004 rentang kemiringan tersebut masuk dalam kesesuaian sedang apabila dimanfaatkan untuk aktivitas ruang luar seperti rekreasi, lintas alam, dan kawasan lindung. Gambar 18. Peta Analisis Topografi

5.1.4 Tanah

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, jenis tanah pada tapak adalah Latosol Coklat Kemerahan dengan pH 4.5-6.5, sifatnya relatif masam hingga agak masam. Bahan organik terletak pada lapisan atas rendah hingga agak sedang menurun pada lapisan bawah. Sifat lainnya antara lain memiliki kejenuhan basa rendah hingga sedang, daya absorpsi relatif rendah unsur hara sedang, permeabilitas tingga, dan memiliki kepekaan erosi yang kecil Soepraptohardjo 1976 dalam Augusta 2008. Golongan tanah jenis ini memiliki tingkat kesesuaian wilayah S1 atau sangat sesuai untuk jenis tanaman pertanian, tanaman semusim, tahunan, dan jenis padi sawah Soepraptohardjo 1976 dalam Augusta 2008. Hal ini sejalan dengan fungsi tapak sebagai nursery, selain itu juga dapat mendukung pengembangan tapak sebagai objek agrowisata di STPP karena memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap berbagai aktivitas karena memiliki toleransi tinggi terhadap erosi Hecko 2010. Hal yang harus diperhatikan adalah jenis tanah ini sangat lambat dalam penyerapan air dan aliran permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pembuatan pori dan sistem drainase pada tapak agar tata air dapat terkelola dengan baik.

5.1.5 Hidrologi dan Drainase