4.9 Aspek Pendidikan
STPP menyelenggarakan program pendidikan dengan komposisi mata kuliah yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agribisnis hortikultura, agroekologi, dan
sistem pertanian pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Tabel 8. Mata kuliah ini mempelajari bagaimana cara pembudidayaan mulai dari persiapan hingga
teknik penanaman tanaman hias, dan pemeliharaan beberapa jenis tanaman hias. Penggunaan nursery dilakukan rutin setiap minggu dengan selama kegiatan
perkuliahan berlangsung. Tabel 8. Jenis Mata Kuliah di STPP
4.10 Aspek Sosial dan Preferensi Pengguna
Mata Kuliah Sub Mata Kuliah
I. Studi Penyuluhan Pertanian -
Pengembangan Kepribadian, Keilmuan dan Keterampilan, Keahlian Berkarya,
Perilaku Berkarya,
Berkehidupan Masyarakat
II. SAP Kelompok Agribisnis -
Pemasaran, DDA-R, Kewirausahaan, MSDM, Ekonomi Produksi, PPW,
Dasar-Dasar Manajemen, Ekonomi Pertanian, Koperasi dan Badan Usaha,
Pembangunan Pertanian. Manajemen Agribisnis, Manajemen Strategi.
III. SAP Agroteknologi Pertanian -
Agribisnis Hortikultura,
Agribisnis Tanaman
Padi dan
Palawija, Agroekologi,
Pemanfaatan Limbah
Pertanian, Bioteknologi
Pertanian, Agribisnis Tanaman Umbi dan Obat,
Konservasi Tanah dan Air, Sistem Pertanian, Teknik Penanganan dan
Pengolahan Hasil Pertanian.
IV. SAP Ilmu Penyuluhan -
Gizi dan
Ketahanan Pangan,
Kempemimpinan Orkel,
Media Penyuluhan I, Metode PP II, Peraturan
UU, Perubahan Sosial dan PMD, RRA dan PRA, Teknik Informasi, Etika
Profesi, Manajemen Pelatihan, Metode Penelitian Penyuluhan, Pengembangan
Kelompok Tani, Perencanaan Program, Psikologi Sosial, Teknik Penulisan,
Teknik Penyuluhan Pertanian
Sumber : STPP
4.10.1 Aspek Sosial
Aspek sosial menyangkut hal yang berkaitan dengan pemenuhan fasilitas untuk pengguna pada tapak. Pengguna tapak yang paling utama adalah civitas
akademika sekolah, seperti mahasiswa, dosen dan staf STPP, selain itu ada mahasiswa lain yang melakukan kunjungan edukasi. Mahasiswa STPP sendiri
memanfaatkan tapak tersebut murni untuk kebutuhan pendidikan seperti praktikum, pemeliharaan dan penelitian, sedangkan para staf terkadang
menggunakannya sebagai tempat bersantai. Keberadaan STPP dan nursery tidak memiliki pengaruh secara langsung
terhadap masyarakat. Pemanfaatan lahan disektar STPP didominasi oleh pemukiman warga disekitar STPP. Secara tidak langsung, keberadaan nursery
berfungsi sebagai area pereduksi polusi dan kebisingan bagi masyarakat sekitar. Mahasiswa STPP sendiri sebagai pengguna tapak, memiliki pekerjaan yang
didominasi oleh PNS, yang sudah bekerja di instansi pertanian daerah dengan tingkat pendidikan beragam, mulai dari SMK, D1, D3, hingga D4. Umumnya
mereka berasal dari daerah-daerah yang berbeda yang dikirim oleh pemerintah daerah masing-masing untuk mempelajari teknologi penyuluhan pertanian secara
lebih mendalam.
4.10.2 Preferensi Pengguna
Untuk mengetahui preferensi pengguna terhadap kondisi eksisting tapak nursery dan pengembangannya sebagai kawasan agrowisata, dilakukan
wawancara kepada pengguna tapak, yaitu mahasiswa STPP, dengan pertimbangan fungsi utama yang harus dijaga sebagai tempat praktikum mahasiswa. Dari hasil
wawancara kepada 30 responden, yaitu mahasiswa STPP 70 dan pihak pengelola nursery 30 hampir sebagian besar responden kurang setuju dengan
pengembangan kawasan nursery sebagai obyek agrowisata Tabel 9.
Tabel 9. Preferensi Pengguna Tapak dalam Pengembangan Sebagai Agrowisata
No. Variabel
Frekuensi 1
Daerah asal a. Bogor
b. Luar bogor 16.7
83.3 2
Jenis kelamin a. Laki-laki
b. Perempuan 70
30 3
Pekerjaan a. Mahasiswa
b. PNS c. Lainnya
80 53.3
13.3 4
Kunjungan ke lokasi a. 1-2 kali
b. 2 kali 6.7
93.3 5
Frekuensi kunjungan a. 2 kali seminggu
b. 2 kali seminggu 6.7
93.3 6
Kepuasan terhadap estetika a. Puas
b. Tidak puas 23.3
76.7 7
Persepsi terhadap pemenuhan fasilitas a. Terpenuhi
b. Kurang terpenuhi c. Sama sekali tidak
6.7 13.3
80 8
Pengembangan sebagai kawasan agrowisata a. Setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
20 56.7
23.3 9
Fasilitas yang diinginkan 1 jawaban a. Greenhouse
b. Toilet c. Kantin
d. Bangku taman e. Papan interpretasi
80 16.7
6.7 93.3
93.3
Sumber : Wawancara, Mei 2012
4.11 Visual
Secara keseluruhan tapak STPP memiliki visualisasi yang menarik dengan desain yang bergaya kolonial. Komposisi elemen yang tidak terlalu berlebihan
membuat tapak menjadi lebih formal. Untuk kondisi visual nursery tidak terlalu menarik. View dalam tapak sendiri didominasi dengan bad view. Hal ini
disebabkan oleh tumpukan-tumpukan sampah di beberapa area, pemanfaatan ruang yang tidak optimal yang membuat kesan ruang berantakan, dan penataan
tanaman yang tidak rapi Gambar 13. Potensi good view justru diberikan oleh kondisi luar tapak. Lokasi nursery
yang relatif lebih tinggi dibandingkan sekeliling tapak membentuk sebuah vista yang menarik ke arah bangunan gedung sekolah Gambar 13.
Gambar 13. Kondisi Visual Tapak
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Analisis 5.1.1 Letak, Luas dan Aksesibilitas Tapak
Ditinjau dari posisi STPP, letak nursery tanaman hias ini yang kurang strategis jika akan dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata. Faktor utama yang
menjadi penyebabnya adalah ketidak-tahuan masyarakat tentang keberadaan STPP di daerah Cibalagung, selain itu tidak adanya papan nama yang memadai
sebagai bentuk publikasi bagi STPP. Sesuai dengan PerMen No. 242007, suatu kawasan pendidikan harus berada pada kawasan yang terhindar dari bahaya, tidak
berada di sekitar jalur kereta api ataupun daerah sempadan sungai. Kondisi lingkungan sekitarnya pun harus dapat mendukung kegiatan pendidikan. Ditinjau
dari segi pendidikan sendiri, lokasi STPP dan nursery sangatlah tepat, karena berada di daerah yang relatif tenang, dan mudah dijangkau oleh mahasiswa STPP.
Selain itu, letaknya yang berada di belakang kantor administrasi pendidikan STPP dan mushala membuat nursery ini cukup potensial dimanfaatkan juga sebagai
taman kantor bagi para staf STPP, sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai.
Nursery seluas 5727 m
2
ini tergolong sangat mencukupi untuk kegiatan praktikum lapang bagi mahasiswa, dengan pertimbangan tapak memiliki ukuran
yang cukup luas, dan karakteristik lingkungan yang cukup menarik dilihat dari segi topografi maupun kondisi lingkungan. Disisi lain, tapak nursery ini juga
potensial jika dikembangkan sebagai kawasan agrowisata dengan pertimbangan luasan lahan yang cukup besar, memiliki komoditas yang menarik untuk
dinikmati, memiliki fungsi pendidikan, fungsi budidaya, fungsi rekreasi dan fungsi ekonomi.
Aksesibilitas menuju tapak nursery pada dasarnya kurang memadai untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Pintu utama yang terdapat pada tapak
tersebut sudah tidak difungsikan lagi. Pintu masuk yang saat digunakan hanya berupa pintu kecil selebar 1 meter, yang hanya bisa memenuhi kebutuhan ruang