Tabel 9. Alasan Ketidaksediaan Responden dalam Mengungkapkan Nilai Kerugian Akibat Kemacetan
Alasan Frekuensi orang
Persentase
Tidak Peduli 5
26,32 TidakPerlu
10 52,63
Tidak Dapat Dinilai dengan Uang 4
21,05 Jumlah
19 100,00
Sumber : Data Primer, 2010
Penjelasan dari Tabel 9 adalah bahwa alasan ketidaksediaan responden mengungkapkan nilai kerugian mereka adalah didasari oleh persepsi mereka
terhadap kerugian akibat kemacetan. Sebanyak lima responden menyatakan bahwa mereka tidak peduli dengan kerugian yang mereka tanggung akibat
kemacetan. Sepuluh responden menyatakan bahwa kerugian tidak perlu dikonversikan dengan nilai nominal. Sedangkan empat responden sisanya
menyatakan bahwa kerugian mereka seperti hilangnya waktu, stres, dan sebagainya tidak bisa dinilai dengan uang atau kerugian mereka sangatlah besar
sehingga mereka tidak bisa mengungkapkan besarnya kerugian mereka dalam bentuk nominal uang.
7.2. Analisis Willingness to Accept WTA dengan Pendekatan Contingent
Valuation Method CVM dalam Menghadapi Kerugian Akibat Kemacetan
Analisis Willingness to Accept WTA pengguna jalan di Kota Bogor khususnya di Kecamatan Bogor Barat dilakukan dengan cara menanyakan
kepada 110 orang responden mengenai kesediaan mereka untuk mengungkapkan kerugian atas kemacetan yang mereka rasakan, dimana WTA mencerminkan nilai
kerugian individu pengguna jalan. Pendekatan Contingent Valuation Method CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTA tersebut. Hasil
pelaksanaan enam langkah kerja adalah sebagai berikut :
1 Membangun Pasar Hipotetis
Responden diberikan informasi bahwa pemerintah Kota Bogor akan memberlakukan suatu kebijakan baru dalam manajemen transportasi darat
dengan tujuan untuk memperbaiki mekanisme lalu lintas di lapangan. Adapun kebijakan tersebut ialah pemberian kompensasi terhadap pengguna jalan yang
terkena kemacetan, karena kemacetan yang terjadi tidak dapat dihindarkan. Setiap responden akan dinilai kompensasi yang diterimanya atas kemacetan
yang terjadi. Kompensasi tersebut adalah biaya pengganti dari kerugian yang mereka rasakan akibat terjadinya kemacetan.
2 Memperoleh Nilai WTA
Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode pertanyaan terbuka open ended question, maka diperoleh nilai kompensasi
yang bersedia diterima pengguna jalan bila terjebak kemacetan. Hasil perhitungan statistik memperoleh nilai rata-rata responden sebesar Rp
386.154,00bulan.
3. Menghitung Nilai Rata-rata dari WTA
Pasar hipotetis yang dibuat dan dalam pelaksanaan penelitian hipotetis tersebut dijelaskan kepada responden, maka akan didapat nilai penawaran atau
lelang bids. Nilai penawaran inilah yang akan menjadi dasar penentuan nilai rataan WTA. Nilai rataan WTA didasarkan pada nilai rataan mean dari
distribusi besaran WTA responden. Data distribusi besaran WTA responden disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Besaran WTA Responden
Penumpang Motor
Mobil ∑ WTA Rp
8.110.000 10.980.000
16.050.000 Frekuensi orang
28 30
33 Rata-rata WTA Rp
289.642,86 366.000,00
486.363,64
Sumber : Data Primer, 2010
Dugaan nilai WTA responden berdasarkan data WTA yang diekspresikan 91 responden sebanyak 19 responden tidak mengekspresikan WTA mereka,
sehingga tidak masuk dalam perhitumgan menghasilkan nilai rata-rata WTA pengguna jalan sebesar Rp 289.642,86 untuk penumpang, Rp 366.000,00
untuk motor, dan Rp 486.363,64 untuk mobil. Nilai tersebut mencerminkan besarnya nilai kerugian setiap individu pengguna jalan yang terkena
kemacetan.
4. Menduga Bid Curve
Kurva lelang Bid Curve dapat dibentuk dengan beberapa cara, salah satu cara untuk membuat kurva lelang Bid Curve WTA adalah dengan cara
menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTA. Asumsi dari cara ini adalah individu yang bersedia menerima
suatu nilai WTA tertentu akan bersedia pula menerima suatu nilai WTA yang lebih besar, jumlah kumulatif tersebut akan semakin banyak dan sejajar
dengan semakin meningkatnya nilai WTA. Dengan cara ini, kurva lelang Bid Curve WTA dari pengguna jalan apabila terjadi kemacetan dapat tergambar
pada Gambar 13.
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 13. Dugaan Bid Curve WTA Pengguna Jalan terhadap Kemacetan
5. Menentukan Total WTA Agregating Data
Hasil perhitungan distribusi besaran WTA dapat dilihat pada tabel 10, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata WTA setiap pengguna
jalan untuk kategori penumpang angkutan umum sebesar Rp 289.642,86, pengguna sepeda motor Rp 366.000,00, dan pengguna mobil Rp 486.363,64.
jika setiap nilai WTA tersebut dikalikan dengan penduduk Kota Bogor Khususnya di Kecamatan Bogor Barat pada tahun 2008 yaitu sebanyak
205.123 jiwa, dengan asumsi bahwa setiap penduduk adalah juga sebagai pengguna jalan, maka total nilai WTA Kecamatan Bogor Barat yang tercermin
sebagai kerugian pengguna jalan untuk pengguna mobil 3.893 pemilik mobil adalah Rp 1.893.413.651,00, pengguna motor 17.616 pemilik motor Rp
6.447.456.000,00, dan penumpang angkutan umum 184.005 pengguna angkutan umum Rp 53.295.734.454,00. sehingga total WTA pengguna jalan
di Kecamatan Bogor Barat adalah Rp 61.636.604.105,00. Nilai tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan untuk mengurangi kemacetan yang ada.
6. Evaluasi pelaksanaan CVM
Berdasarkan hasil regresi berganda, diperoleh nilai R
2
= 79,56. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R
2
sampai dengan 15 Mitchell dan Carson, 1989 dalam Garrod dan Willis, 1999 oleh karena itu hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian masih dapat
diyakini kebenarannya atau keandalannya reliable.
7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTA Pengguna