menerima sehingga responden dapat memilih nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk
mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk mengembangkan kualitas metode ini sering diberikan semacam nilai patokan yang
menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barangjasa lingkungan yang lain. Metode ini memiliki
keunggulan dalam memberikan stimulan dalam membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai minimum yang akan diberikan tanpa harus
terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar-menawar. Untuk menggunakan metode ini diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik.
4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi closed-ended referendum, yang menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan kepada
responden apakah mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut akibat perubahan kualitas lingkungan.
2.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Hubungan kedua variabel memungkinkan seseorang untuk
memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas. Namun situasi peramalan di kehidupan nyata tidaklah begitu sederhana,
diperlukan lebih dari satu variabel secara akurat. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.
Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square OLS. Adapun sifat-sifat OLS adalah
Gujarati, 2003 : 1 penaksir OLS tidak bias, 2 penaksir OLS mempunyai
varian yang minimum, 3 konsisten, 4 efisien, dan 5 linier. Menurut Gujarati 2003 analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan
terhadap nilai suatu parameter variabel penjelas yang diamati. Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut
dapat dipenuhi : 1. E u
i
= 0, untuk setiap i , dimana i= 1, 2, …, n. artinya rata-rata galat adalah
nol, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari u
i
tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.
2. Cov u
i
,u
i
= 0, i ≠ j. artinya covarian ui,uj = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.
3. Var u
i
= σ
2
, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, …, n. artinya setiap galat memiliki varian yang sama asumsi homoskedastisitas.
4. Cov u
i
, X
1i
= cov u
i
, X
2i
= 0. artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda.
5. Tidak ada multikoliniearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling
bebas.
2.5 Penelitian Terdahulu
Sapta 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas Terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Dengan
Contingent Valuation Methode Studi K asus : Kota Bogor, Jawa Barat”,
menghitung besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan di Kota Bogor. Besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan di Kota Bogor
yakni sebesar Rp 642.214.762,40 untuk pengguna jalan yang menggunakan mobil
dan sebesar Rp 853.357.639,50 untuk pengguna jalan yang menggunakan sepeda motor serta sebesar Rp 3.721.137.094,00 untuk para supir angkutan umum.
Selain itu, Sapta juga menghitung besarnya pengeluaran penggunaan BBM bila pengguna jalan terkena kemacetan dibandingkan dengan tidak terkena
kemacetan. Hasil dari perhitungan tersebut dihasilkan Rp 13.933,25 pengeluaran pengguna jalan yang menggunakan mobil dalam kondisi normal. Sedangkan
apabila terkena kemacetan, pengeluarannya menjadi sebesar Rp 19.171,12. Sementara itu, besarnya pengeluaran BBM pada pengguna sepeda motor dalam
keadaan normal yakni sebesar Rp 5.082,87, sedangkan dalam kondisi terkena kemacetan menjadi sebesar Rp 7.172,65. Pendapatan pengguna jalan yang hilang
pun dihitung oleh Sapta dan menghasilkan nilai sebesar Rp 7.377.521.660,00. Keterkaitan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
metode yang digunakan, yaitu Contingent Valuation Methode CVM. Namun yang membedakannya adalah bahwa dalam penelitian ini hanya mengestimasi
dampak sosial dari kemacetan serta nilai kerugian beserta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kerugian masyarakat akibat kemacetan serta dalam
penelitian ini beberapa variabel menggunakan peubah dummy.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Operasional
Jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor semakin meningkat. Luas Kota Bogor yang hanya 11.850 ha dengan panjang jalan 783.412 km sudah padat untuk
menampung jumlah kendaraan yang semakin lama melebihi carrying capacity jalan. Saat ini ada 3.508 unit angkot yang diijinkan beroperasi di dalam kota, di
tambah lagi ratusan angkot dari Kabupaten Bogor yang trayek operasinya memasuki wilayah Kota Bogor. Jumlah angkot sebanyak itu tidak hanya menjadi
bagian dari beban kepadatan lalu lintas Kota Bogor, karena masih ada 46.034 unit kendaraan roda empat pribadi dan 73.145 unit kendaraan roda dua serta ratusan
becak yang hilir mudik setiap harinya Selain itu, jumlah kendaraan yang masuk Kota Bogor setiap harinya rata-
rata mencapai 9.360 unit. Persentase jumlah kendaraan pribadi dari luar Kota Bogor yang masuk setiap harinya sekitar 35 dari jumlah kendaraan pribadi
berplat-F di Kota Bogor tercatat berjumlah 38.994 unit Kemacetan lalu lintas merupakan dampak yang tidak dapat dihindari
dengan kondisi populasi kendaraan sebanyak itu. Kemacetan semakin lama semakin memberikan masalah yang akhirnya berdampak pada masalah
lingkungan. Masalah lingkungan ini juga akhirnya berdampak pada pada sosial ekonomi masyarakat.
Dampak kemacetan yang harus masyarakat tanggung akibat dari terjadinya kemacetan cukup besar kerugian yang dialami masyarakat pun beragam, mulai
dari segi kesehatan, stres, meningkatnya pengeluaran BBM, dan berbagai