Latar Belakang Penilaian Ekonomi Wisata Bahari di Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah pulau di Indonesia menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia DKP-RI berjumlah kurang lebih 17.508 buah. Data Citra Landsat juga menduga jumlah pula-pulau kecil PPK di Indonesia lebih dari 18.000 buah. Akan tetapi sampai saat ini baru sekitar 6.000 pulau yang telah dimanfaatkan, meskipun pengelolaannya masih belum optimal. Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan PPK antara lain karena biaya transportasi yang sangat mahal dari satu daerah ke daerah lainnya, sehingga sudah pasti membutuhkan dana yang besar dalam pengelolaannya Pratikto et al 2005. Pemanfaatan secara langsung maupun tidak langsung seperti penangkapan ikan, wisata bahari maupun pengambilan karang telah dilakukan dengan tanpa memperhatikan daya dukung maupun nilai ekologis serta nilai ekonomi dari ekosistem. Fungsi ekosistem yang ada di wilayah pesisir sebagai bio-filter alami yang sangat kaya dan bernilai dalam mempertahankan kualitas ekosistem pesisir dan PPK, belum diperhitungkan sebagai aset. Pesisir dan PPK tersebut memiliki kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi seperti terumbu karang, ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, harta karun, dan lain sebagainya. Sumberdaya alam tersebut telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan bagi masyarakat terutama dari sektor perikanan, pertambangan, dan perhubungan laut yang dapat menunjang pembangunan ekonomi, serta jasa-jasa lingkungan lainnya seperti pariwisata, khususnya yang tergolong sebagai ekowisata atau wisata yang berbasis pada kualitas ekosistem. Sumberdaya alam untuk keperluan wisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan negara, khususnya perolehan devisa. Sehingga pengembangan lebih bersifat ekonomi-sentris dan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Tolok ukur keberhasilan pembangunan pariwisata untuk memperoleh devisa antara lain adalah jumlah kunjungan, pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan mancanegara adalah dari segi pencapaian target: 1 jumlah kunjungan wisatawan macanegara; 2 pengeluaran wisatawan mancanegara foreign tourist expenditures ; 3 lamanya wisatawan mancanegara tinggal foreign tourist length of stay Depbudpar 2004. Menurut Nirwandar 2006 bahwa tingkat kunjungan wisatawan internasional tahun 2004 mencapai 763 juta orang, dengan pengeluaran US 623 miliar, diperkirakan pada tahun 2010 jumlah wisatawan 1,00 miliar orang, dan pada tahun 2020 sebanyak 1,56 miliar orang. Jumlah wisatawan mancanegara wisman yang datang ke Indonesia tahun 2005 mencapai 5.006.797 orang. Devisa yang diperoleh dari kunjungan wisatawan sebesar USD 4,526 miliar. Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan wisata nusantara berjumlah 109,9 juta orang. Pengeluaran wisatawan nusantara mencapai Rp 86,6 triliun. Selanjutnya dikatakan bahwa pada tahun 2007 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia mencapai 5.505.759 orang, dengan devisa yang diperoleh sebesar USD 5.3 miliar. Jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata mencapai 219,8 juta trips, dengan pengeluaran mencapai Rp 79,9 triliun Nirwandar 2008. Berdasarkan hal tersebut, pariwisata bagi negara tertentu ditetapkan sebagai leading sector perkembangan ekonominya, seperti Inggris, Perancis dan Jepang. Demikian juga di beberapa Negara Asia, seperti Arab Saudi, China, Thailand, Malaysia, dan Uni Emirat Arab telah mengembangkan pariwisata sebagai salah satu motor pembangunan ekonominya. Apabila dibandingkan dengan negara-negara pesisir di kawasan Asia Timur, devisa Indonesia dari sektor pariwisata pada tahun 2004 sebesar USD 4,978 juta, lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mampu menghasilkan devisa sebesar USD 8,198 juta. Masih jauh dibandingkan China USD 25,973 juta atau Jepang USD 11,202 juta Chua 2006 dalam Adrianto 2007. Indonesia dengan berbagai keanekaragaman hayati sumberdaya pesisir, laut dan PPK, termasuk di Provinsi Maluku Utara yang merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 500 buah yang telah berpenghuni 64 buah. Sedangkan Kabupaten Halmahera Utara memiliki jumlah pulau kurang-lebih 76 buah, dengan 57 buah pulau telah bernama dan 19 buah pulau belum bernama, yang terdiri dari Pulau Morotai dan PPK lainnya memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang dimungkinkan untuk pengembangan wisata bahari karena memiliki alokasi sumberdaya untuk dikembangkan dengan jumlah turis yang optimal. Agar pengembangan wisata bahari dapat dilaksanakan dengan optimal dan lestari, maka kajian yang meliputi analisis daya dukung fisik dan ekonomi serta ekologi sangat diperlukan. Kajian tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun wisata bahari yang berkelanjutan di Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara.

1.2. Perumusan Masalah