2.6. Pengembangan Wisata Bahari Berkelanjutan
Perairan Indonesia memiliki luasan terumbu karang mencapai kurang- lebih 60.000 km2 yang tersebar di perairan Kawasan Barat Indonesia sampai
Kawasan Timur Indonesia, Walters 1994 dan Suharsono 1998 dalam DKP 2002. Serta menurut Cesar 1997, bahwa wilayah Indonesia merupakan lokasi
bagi sekitar 18 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang kaya keanekaragaman biota perairan dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Terumbu karang menjadi sumber devisa yang diperoleh dari Penyelaman
dan kegiatan Wisata Bahari lainnya. Dalam rangka mengembangkan pariwisata perlu diperhatikan definisi
pariwisata, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut. Hall 2001 dalam Adrianto 2006 menyebutkan bahwa konsep pariwisata pesisir coastal tourism atau pariwisata bahari marine tourism
meliputi hal-hal yang terkait dengan kegiatan wisata, leisure dan rekreasi yang dilakukan di wilayah pesisir dan perairan laut pariwisata pesisir dan laut; PPL.
Sementara itu, Orams 1999 dalam Adrianto 2006 memberikan definisi wisata bahari sebagai kegiatan rekreasi yang melakukan perjalanan dari tempat tinggal
menuju tempat yang memiliki lingkungan laut. Dengan menggunakan definisi ini maka kerangka wisata pantai dan bahari dapat digambarkan secara diagram
seperti yang disajikan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5 Kerangka Wisata Pantai dan Laut Adrianto 2006. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pariwisata pesisir dan laut secara
umum dapat dikategorikan ke dalam dua kegiatan utama berdasarkan lokasi kegiatan yaitu 1 shore-based activities seperti land-based whale watching, beach
tourism, dan reef walking; dan 2 water-based activities seperti diving, yachting, dan snorkling.
Menurut Hidayat 2000 bahwa wisata bahari adalah meliputi berbagai aktifitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktifitas wisata bahari tersebut
diantaranya adalah santai di pantaimenikmati alam sekitar, berenang, tour keliling, boat tour, cruising, extended boat tour, surfing, snorkeling, diving, water
ski, dan sailing. Beberapa atraksi wisata alam taman laut terumbu karang dan
biota laut. Formasi karang buatan artificial reef, obyek purbakala, kapal dan pesawat tenggelam, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah. Pendayagunaan laut
sebagai medium wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain 1 keadaan musimcuaca yang cukup baik sepanjang tahun; 2 lingkungan laut yang bersih,
bebas pencemaran; 3 keadaan pantai yang bersih dan alami, yang disertai pengaturan-pengaturan tertentu akan bangunan dan macam kegiatan; 4 keadaan
dasar laut yang masih alami, misalnya taman laut yang merupakan habitat dari berbagai fauna dan flora; 5 gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar
serta aksesibilitas yang tinggi. Wisata
dan Bahari Shore-based
activities
Water-based activities
Diving Yachting
Snorkling etc
Land-based whale watching Beach tourism
Reef walking etc
Pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang ingin menyelaraskan antara aktivitas ekonomi dan ketersediaan sumberdaya alam
natural resources. Konsep pembangunan seperti ini tidak hanya memperhatikan kepentingan generasi kini, tetapi juga generasi yang akan datang Yakin 1993.
Sumberdaya harus dialokasikan secara efisien yang dinamis dynamic efficient allocations
. Pendekatan ini dianggap konsisten dengan konsep keberlanjutan karena keuntungan bisa dibagi secara adil antar generasi. Konsep keberlanjutan
lebih menekankan aspek keadilan fairness antar generasi daripada efisiensi alokasi Tietenberg 1992.
Efisiensi sumberdaya adalah bagaimana menciptakan penggunaan sumberdaya terbaik untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat community
well-being. Melalui pendekatan lingkungan, konsep efisiensi menghendaki
adanya langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi dampak lingkungan dan meyakinkan bahwa nilai barang dan jasa yang disediakan
dengan biaya terendah. Selanjutnya ada usaha yang terus-menerus untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap konsekuensi dan perubahan baru
terhadap output dan input. Untuk mencapai hal ini perlu adanya kompromi trade- off
antar kepentingan ekonomi dan lingkungan Yakin 1993. Salah satu wilayah yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan
sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kawasan Timur Indonesia DTW-KTI, khususnya wisata bahari adalah Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Utara
Provinsi Maluku Utara.
2.7. Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari