Karakteristik Responden A. Tingkat Pendidikan

Barat dengan jarak sekitar 4 mil. Sebagaimana yang terdapat di PPK di Pulau Morotai, Pulau Saminyamau ini memiliki panorama pantai pasir putih dan keindahan bawah laut terumbu karang dan ikan hias. Selain obyek wisata pulau, di Pulau Morotai juga terdapat obyek wisata Pantai Batu Labung yang terletak di Desa Posi-posi, Kecamatan Morotai Timur. Daya tarik pantai ini adalah memiliki panorama pantai pasir putih dan keindahan bawah laut terumbu karang dan ikan hias. Dikarenakan dekat dengan jalan lingkar Morotai, obyek wisata Pantai Batu Labung dapat dijangkau melalui jalan darat Daruba sekitar 3–4 jam. Namun demikian, kelemahan dari obyek wisata Pantai Batu Labung adalah belum terdapatnya pengelola dan ruang pengelolaan, kondisi prasarana jalan yang rusak, dan pengunjung relatif sedikit dan bersifat temporal. Di Pulau Morotai juga terdapat obyek wisata goa. Goa dengan stalakmit dan stalaktit terdapat di Desa Leo-Leo, Pulau Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat. Goa Leo-Leo Rao ini dapat dijangkau dengan speed boat dan long boat dari Dermaga Wayabula. Kelemahan dari obyek wisata Goa Leo-Leo Rao ini adalah belum terdapatnya pengelola dan ruang pengelolaan, dan pengunjung relatif sedikit dan bersifat temporal. Pulau Morotai tidak hanya memiliki keindahan alam, akan tetapi juga memiliki nilai sejarah. Hal ini dikarenakan, Pulau Morotai dijadikan pangkalan militer sekutu dalam Perang Dunia II. Beberapa obyek wisata sejarah di Pulau Morotai tersebar di beberapa desa, yaitu: 1 Obyek wisata sejarah di Desa Pilowo terdapat di empat lokasi, yaitu sekitar Sungai Pilowo, Goa Air Senjata, Daerah Kokota, dan Daerah Kekera; 2 Obyek wisata sejarah di Desa Cio Gerang terdapat di dua lokasi, yaitu Sungai Cio Daerah Tetarno dan Kokorunga; 3 Obyek wisata sejarah di Desa Sebatai Tua dan Sebatai Baru terdapat di dua lokasi, yaitu Gunung Sebatai dan Sebatai Baru.

6.2. Karakteristik Responden A. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah SLTP, SLTA, Diploma, Sarjana dan Pascasarjana. Dari 100 orang responden sebanyak 60 orang atau 57 persen responden berpendidikan sarjana. Tabel 11 berikut menunjukkan tingkat pendidikan responden dan jumlah responden yang dijadikan sampel. Tabel 12 Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan Jumlah Sampel Persentase 1 Pascasarjana 2 0.017391 2 Sarjana 60 0.573913 3 Diploma 14 0.147826 4 SLTA 19 0.217391 5 SLTP 5 0.043478 Jumlah 100 1 Dalam bentuk grafik, tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. 10 20 30 40 50 60 70 P as ca sa rja na S ar ja na D ip lo m a S LT A S LT P Gambar 8 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan respondenwisatawan memiliki pengaruh terhadap tingkat kunjungan dan WTP untuk kawasan wisata Pulau Morotai. Persepsi responden yang berpendidikan lebih tinggi sangat berbeda dengan kelompok responden yang pendidikannya lebih rendah. Hal ini terkait dengan tingkat kedewasaan dalam berpikir dan pengetahuan yang lebih baik sebagai referensi dalam memberikan persepsinya.

B. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden turut berpengaruh dalam memberikan persepsi terhadap rencana pengembangan wisata bahari di Pulau Morotai. Bagi responden yang memiliki pendapatan yang relatif lebih tinggi cenderung menanggapi positif terhadap rencana pemerintah daerah dalam mengembangkan wisata bahari. Hal ini disebabkan dengan berkembangnya kegiatan wisata akan menjadi peluang sumber pendapatan masyarakat disekitarnya. Begitu juga dengan kelompok masyarakat lainnya. Mata pencaharian wisatawan yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pengusaha, pelajarmahasiswa. Adapun tingkat pendapatan responden disajikan pada Gambar 9 berikut. Rata-rata Pendapatan Wisatawan - 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 0.29 0.12 0.12 0.15 0.15 0.17 Prosentase Jumlah Responden T in g k a t P e n d a p a ta n Gambar 9 Rata-rata Tingkat Pendapatan Responden

C. Tingkat Pengeluaran

Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perjalanan adalah melalui individual travel cost method. Biaya perjalanan yang dihitung meliputi biaya transportasi, konsumsi, akomodasi, belanja souvenir dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama menuju dan tinggal di lokasi wisata Pulau Morotai. Perhitungan biaya perjalanan dilakukan dari asal kunjungan utama, dengan pertimbangan bahwa kunjungan wisatawan merupakan kunjungan utama. Sehingga biaya perjalanan yang dihitung hanya dari lokasi tujuan utama kunjungan sampai ke lokasi wisata. Besarnya rata-rata biaya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 13 Biaya Perjalanan Wisatawan ke Pulau Morotai Daerah Asal Responden Rata-rata biaya perjalanan Rp. Total Rata-rata Konsumsi hari Akomoda sihari Transport asihari Lain- lainhari Ternate 93.214 85.918 400.000 361.010 940.142 235.036 Tidore 27.000 93.333 350.000 80.833 551.166 137.792 Sula 50.000 105.000 1.000.000 92.500 1.247.500 311.875 Tobelo 64.090 120.000 100.000 200.818 394.908 98.727 Total 234.304 404.251 1.850.000 735.161 Rata-rata 58.676 101.062 462.000 183.791 Dari Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa besarnya biaya perjalanan ditentukan oleh jarak. Sehinga biaya paling besar adalah wisatawan yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Sula yaitu sebesar Rp.1.000.000 per hari. Perbandingan pengeluaran masing-masing wisatawan dapat dilihat pada Gambar 10 berikut. - 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 Ternate Tidore Sula Halut Asal Wisataw an R p Gambar 10 Rata-rata Pengeluaran Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal Sedangkan variabel pengeluaran terbesar bagi masing-masing wisatawan adalah biaya transportasi yaitu rata-rata sebesar Rp. 462.500 per hari. Kemudian biaya lain-lain dan akomodasi merupakan kompenen biaya terbesar kedua. Tingginya biaya akomodasi ini disebabkan karena terbatasnya moda akomodasi yang tersedia. Untuk biaya konsumsi tergolong masih rendah karena menu makanan yang tersedia tergolong jenis makanan lokal yang relatif mudah didapat. Restoran yang menyediakan menu masakan asing belum ada seiring dengan terbatasnya wisatawan asing yang berkunjung. Rata-rata pengeluaran wisatawan yang berkunjung ke Pulau Morotai dapat dilihat pada Gambar 11 berikut. 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 K on su m si h ar i A ko m od as ih ar i Tr an sp or ta si h ar i La in -la in Pengeluaran Wisatawan R p Gambar 11 Rata-rata Pengeluaran Wisatawan ke Pulau Morotai Lama kunjungan rata-rata wisatawan antara 2-3 hari per tahun. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran. Makin lama wisatawan menginap, maka makin tinggi pula biaya pengeluarannya, terutama biaya konsumsi dan akomodasi. Anggaran yang digunakan juga sudah dipersiapkan jauh sebelumnya, karena wisata ke tempat ini merupakan kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Rata-rata wisatawan yang datang berkunjung adalah wisatawan yang baru pertama kali datang ke kawasan ini yang dimotivasi oleh keindahan alam dan nilai sejarah Pulau Morotai.

D. Persepsi Terhadap Wisata Bahari

Minimnya sarana dan prasarana wisata di kawasan ini menyebabkan tingkat kunjungan masih relatif kecil, khususnya fasilitas transportasi yang masih terbatas. Dari 100 orang responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, 52 persen mengaku belum puas atas ketersediaan sarana transportasi menuju Pulau Morotai. Khusus di Kecamatan Morotai Selatan terdapat tujuh buah landasan pacu bandara bekas PD II, namun hanya satu buah yang berfungsi. Selain itu juga terdapat satu buah pelabuhan laut dengan skala besar, dan satu buah Angkutan Sungai dan Penyeberangan ASDP. Sedangkan di Kecamatan Morotai Barat terdapat 13 pelabuhan rakyat skalanya sama dengan pelabuhan rakyat yang terdapat di Kecamatan Morotai Utara. Berikut ini adalah persepsi responden terhadap ketersediaan fasilitas di Pulau Morotai, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut. Persentase Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Jalan di Pulau Morotai 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 Kurang Cukup Baik Series1 Gambar 12 Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Jalan di Pulau Morotai Dari Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa fasilitas jalan yang mendukung perkembangan industri pariwisata di Pulau Morotai masih kurang. Moda transportasi yang utama digunakan untuk mencapai lokasi adalah transportasi laut. Adapun moda transportasi udara masih sangat terbatas, karena landasan yang tersedia tidak diperuntukkan bagi penerbangan komersil, melainkan untuk keperluan pertahanan dan keamanan. Kendala yang dihadapi transportasi laut adalah cuaca atau gelombang air laut yang tidak menentu. Kapal yang digunakan juga tergolong kapal kecil yaitu hanya berkapasitas 20 sampai 100 orang. Selain fasilitas yang masih kurang, rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Pulau Morotai disebabkan karena secara nasional, kawasan ini belum termasuk kawasan destinasi pariwisata nasional. Hal ini menyebabkan belum banyak dikenal oleh para wisatawan. Selain itu juga lingkungan lokasi wisata yang kurang bersih, fasilitas rekreasi yang masih kurang, sambutan masyarakat setempat kurang ramah, dan faktor lainnya. Dari keempat faktor di atas, yang paling dominan adalah disebabkan karena fasilitas pendukung yang masih kurang. Selain itu, masyarakat setempat juga belum menyadari bahwa kawasan Pulau Morotai memiliki potensi yang besar untuk pengembangan wisata. Sehingga masyarakat setempat belum terbiasa menerima wisatawan yang datang ke tempat ini. Persepsi wisatawan terhadap kawasan wisata Pulau Morotai dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. 10 20 30 40 50 60 70 80 Kurang bersih Fasilitas kurang Kurang ramah Lain-lain Gambar 13 Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik Dari Gambar 13 di atas menunjukkan bahwa sebesar 69 persen responden mengeluh kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan wisata di Pulau Morotai. Hal ini yang berpengaruh terhadap daya tarik wisatawan yang ingin berwisata ke kawasan Pulau Morotai. Sedangkan aktivitas wisata yang bisa dinikmati oleh para wisatawan di Pulau Morotai antara lain rekreasi pantai, snorkling, diving, terutama di situs bangkai kapal perang dunia II, sunbathing, serta wisata sejarah yang menjadi andalan utama, maupun wisata budaya yang unik dan khas budaya timur. Sebagian besar wisatawan yang menjadi responden dalam survey ini mengakui keindahan obyek wisata kawasan Pulau Morotai. Obyek-obyek wisata rekreasi pantai di Pulau Morotai disajikan pada Lampiran 5. Kesan wisatawan terhadap kawasan wisata di Pulau Morotai dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. Persentase Kesan Masyarakat Terhadap Obyek Wisata Secara Umum 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Kurang Cukup Menarik Tidak tahu Gambar 14 Kesan Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Pulau Morotai

6.3. Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari