Karakteristik lain adalah bahwa PPK sangat rentan terhadap bencana alam natural desasters seperti angin topan, gempa bumi, dan banjir Briguglio 1995;
Adrianto and Matsuda 2002. Dalam kacamata ekonomi, dampak bencana alam terhadap ekonomi PPK tidak jarang sangat besar sehingga menyebabkan tingkat
resiko di PPK menjadi tinggi pula. Dalam rangka pengembangan wisata bahari di PPK, pemerintah harus
memperhatikan berbagai karakteristik dan dinamika masyarakat lokal serta berbagai faktor lainnya, sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi pengelolaan wisata bahari. Menurut Kusumastanto 1997, masyarakat pesisir memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan
beberapa kelompok masyarakat industri atau kelompok masyarakat lainnya. Perbedaan ini disebabkan keterkaitan yang sangat erat terhadap karakteristik
ekonomi pesisir, ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi maupun latar belakang budaya. Selanjutnya menurut Adiwibowo 1995 bahwa masyarakat
pesisir dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang kehidupan segenap anggota-anggotanya tergantung sebagian atau sepenuhnya pada kelimpahan
sumberdaya pesisir dan lautan. Oleh karena itu dalam perencanaan pengelolaan PPK harus selalu
memperhatikan karakteristik PPK yang sudah tentu sangat kompleks, baik dari
sisi ekosistem maupun sosial budaya masyarakatnya.
2.4. Daya Dukung Wisata Bahari PPK
Daya dukung suatu wilayah ditentukan oleh 1 kondisi biogeofisik wilayah, dan 2 permintaan manusia akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, daya dukung wilayah pesisir dan PPK dapat ditentukan dengan cara analisis, yaitu 1 kondisi
biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah PPK dalam memproduksi sumberdaya alam dan jasa lingkungan; dan 2 kondisi ekonomi dan sosial-budaya
yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah PPK tersebut atau yang tinggal di luar wilayah PPK, tetapi berpengaruh terhadap wilayah tersebut
Dahuri 1993.
Selanjutnya dikatakan bahwa, tahapan untuk menentukan daya dukung wilayah PPK yang ditujukan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
adalah sebagai berikut 1 menetapkan batas-batas, vertikal dan horizontal terhadap garis pantai, wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan; 2
menghitung luasan wilayah pesisir yang akan dikelola; 3 mengalokasikan melakukan zonasi wilayah pesisir tersebut menjadi tiga zona utama meliputi,
zona preservasi, zona konservasi, dan zona pemanfaatan ; 4 menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan; 5 melakukan
penghitungan tentang potensi dan distribusi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tersedia, misalnya stock assesment sumberdaya perikanan, hutan mangrove,
melakukan pengkajian sumberdaya air tawar, melakukan pengkajian kapasitas asimilasi, serta permintaan internal dan eksternal terhadap sumberdaya alam dan
jasa lingkungan Sejalan dengan pengelompokan tipe kajian daya dukung lingkungan
diatas, dalam konteks daya dukung lingkungan PPK, beberapa konsep pengertian mengenai daya dukung yang digunakan adalah sebagai berikut KLH dan FPIK
IPB 2002, 1 Daya Dukung, tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya
dan lingkungan; 2 Daya Dukung Ekologis, tingkat maksimum baik jumlah maupun volume pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat
diakomodasi oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis; 3 Daya Dukung Fisik, jumlah maksimum pemanfaatan suatu
sumberdaya atau ekosistem yang dapat diabsorpsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik; 4 Daya Dukung
Sosial, tingkat kenyamanan dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau
ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya pengguna lain dalam waktu bersamaan; 5 Daya Dukung Ekonomi, tingkat skala usaha dalam
pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan.
Choy dan Heillbronn 1997 merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu 1 Lingkungan,
ekowisata bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang belum tercemar; 2
Masyarakat, ekowisata bermanfaat ekologi, sosial dan ekonomi pada masyarakat;
3 Pendidikan dan Pengalaman, ekowisata
harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang
dimiliki; 4. Berkelanjutan, ekowisata dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka
panjang; 5 Manajemen, ekowisata harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability
lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasi mendatang.
Khususnya bagi daerah wisata pesisir menurut Clark 1992, berbagai permasalahan yang umumnya terjadi sebagai akibat pengembangan pariwisata
antara lain 1 penurunan sumberdaya alamiah, a erosi pantai, b konversi hutan bakau untuk tata guna lahan lainnya, c pengreklamasian wilayah pantai, d
penangkapan ikan dengan menggunakan dinamitracun, e tangkap lebih dan e eksploitasi lebih terhadap hutan bakau; 2 polusi, a sumber-sumber
industrisampah, b sumber domestiksampah rumah tangga dan sampah keras, c sumber-sumber dari pertanianaliran atas bahan-bahan pestisida dan pupuk,
dan d sumber-sumber lain penggalianpenambangan; 3 konflik penggunaan lahan, a tidak adanya akses kearah pantai sebagai akibat padatnya pemukiman
pada daerah tersebut, b tidak bisa dipergunakan daerah pantai akibat polusi yang sangat tinggi, dan c konservasi dan preservasi terhadap hutan bakau versus
konversi sumberdaya yang sama untuk dijadikan tambak ikanudang atau reklamasi menjadi daerah pemukiman atau untuk tujuan komersial lainnya; 4
pengrusakan kehidupan dan kepemilikan akibat bencana alam, a banjir yang diakibatkan oleh badai, b gempa bumi, c angin topan cyclone, dan d tsunami.
Ancaman kerusakan lingkungan akibat kegiatan wisata mengancam di beberapa daerah. Sedangkan untuk sektor pariwisata, masalah lingkungan
menjadi bagian yang sangat berpengaruh signifikan dari produk yang ditawarkan oleh suatu negara. Suatu strategi kesuksesan pariwisata adalah dengan
memaksimumkan manfaat sumberdaya untuk pembangunan tanpa mengabaikan kelestarian sumberdaya alam dan budaya setempat. Gambar 3 di bawah ini
menunjukkan hubungan daya dukung dari wisatawan.
Sadler 1988 dalam Clark 1992 menyatakan bahwa daya dukung yang ideal adalah referensi untuk pariwisata dan menggunakan lahan yang luas untuk
kepentingan dari level pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini harus menjadi catatan bahwa daya dukung tidak untuk
kesempurnaan, tetapi dapat direduksi oleh manusia atau melalui proses alamiah atau peningkatan melalui prosedur menajemen yang telah diseleksi.
Faktor-faktor yang perlu diketahui dalam pembangunan wisata alam adalah daya dukung lingkungan carrying capacity, yang dapat diartikan sebagai
intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara berkesinambungan tanpa merusak alam. Daya dukung alam perlu diketahui
secara fisik, lingkungan dan sosial Pearce and Kirk, 1986. Penentuan daya dukung perlu juga dikaitkan dengan akomodasi, pelayanan, sarana rekreasi yang
dibangun di setiap tempat tujuan wisata. Oleh sebab itu daya dukung dapat didefinisikan dalam bentuk jumlah kamar persatuan luas wilayah.
Fasilitas pariwisata merupakan salah satu program pengembangan yang sangat penting. Tanpa didukung oleh pengembangan fasilitas maka tujuan
program tidak akan optimal. Sesuai ketentuan PP No.181994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, taman
hutan raya dan taman wisata alam maka areal yang diizinkan untuk pembangunan sarana dan prasarana adalah 10 dari luas blok pemanfaatan, sehingga hal
tourism visitation
begins to Limits to social
carrying capacity
negative interaction between
residents and tourists
generally friendly response but minor irritations
develop and commercialization of tourism commercialization
increases local resentment increases towards
tourists sense unfriendliness
curiosity and friendly interest towards
tourists
t
Gambar 3 Kurva Hubungan Antara Turis dan Penduduk Lokal Sebuah Model Teoritis, Clark 1992
tersebut berlaku di kawasan pesisir wisata Pulau Morotai.
2.5. Pengelolaan Sumberdaya PPK