1. Pengaruh Laju Distilat 2 Pengaruh Suhu Distilat

35 5 10 15 20 25 30 35 40 3 6 9 12 L os s m in yak m l Jam ke- percobaan 1 percobaan 2 percobaan 3 percobaan 4 percobaan 5 percobaan 6 0.80 1.20 1.60 2.00 2.40 1400 1450 1500 1550 1600 1650 L os s Laju distilat litermenit T 35 T 36 T 37-39 Pada Tabel 17 terlihat persentasi jumlah minyak yang terbuang selama uji separator IKM lebih besar dibandingkan prototipe separator IPB kelompok A dengan rata-rata lebih dari tujuh kali lipatnya dan dibandingkan dengan kelompok B nilai loss minyaknya hampir tiga kali lipat. Jika dilihat dari disannya, separator IKM mempunyai beberapa kekurangan dibandingkan prototipe separator IPB yaitu, posisi pipa distilat masuk dan pipa distilat keluar yang berada ditengah silinder dan volume silinder dalam dan volume total separator yang lebih kecil sehingga waktu tinggal ketika pemisahan lebih singkat. Gambar 28. Jumlah loss minyak selama penyulingan pada uji kinerja separator IKM Pada Gambar 28 terlihat bahwa pola yang terjadi pada jumlah loss minyak selama uji separator IKM berbeda dengan pola prototipe separator IPB. Hal ini dikarenakan loss minyak pada uji separator IKM tidak hanya didominasi fraksi berat saja tetapi juga minyak fraksi ringan. Sehingga pada awal penyulingan yang didominasi minyak fraksi rendah sudah terdapat minyak yang terbuang. Hal ini dapat menjawab jika pada percobaan 2 jumlah minyak yang terbuang pada jam ketiga lebih besar dibandingkan dengan jam berikutnya.

b.1. Pengaruh Laju Distilat

Tiga kelompok suhu distilat yang dibuat adalah 35°C, 36°C, dan 37-39°C. Besarnya loss minyak terhadap laju distilat dapat dilihat pada Gambar 29. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara umum terjadi kecenderungan yang sama dengan uji prototipe separator. Jumlah loss berbanding lurus dengan besarnya laju distilat. Gambar 29 . Perubahan loss minyak terhadap laju distilat pada uji separator IKM 36 Besarnya laju distilat akan berpengaruh terhadap waktu tinggal distilat dalam separator. Waktu tinggal merupakan hasil bagi dari volume silinder dalam separator dengan laju distilat. Karena volume separator adalah tetap, maka waktu tinggal distilat dalam separator berbanding terbalik dengan laju distilat. Waktu tinggal distilat akan menentukan berapa lama waktu yang dimiliki butiran-butiran minyak dalam distilat untuk memisahkan diri dari air. Volume total separator IKM ini 64 liter sedangkan volume silinder dalam hanya 7 liter dan volume yang efektif digunakan sebagai tempat pemisahan kurang dari 7 liter karena distilat masuk tidak melalui dasar silinder melainkan tengah silinder sehinga tidak mengoptimalkan pemisahan minyak selama bergerak dari dasar kepermukaan separator karena perbedaan densitas. Dengan laju distilat tertinggi mencapai 1,5 litermenit dan volume pemisahan 7 liter maka waktu tinggal minyak adalah 4,7 menit. Waktu ini terlalu singkat jika dibandingkan waktu tinggal pada prototipe separator IPB selama 8 menit.

b.2 Pengaruh Suhu Distilat

Dua kelompok laju distilat yang dibuat untuk melihat pengaruh suhu adalah 1,4-1,5 Lmenit dan 1,51-1,6 Lmenit. Grafik besarnya loss minyak terhadap laju distilat dapat dilihat pada Gambar 30. Hal ini sama dengan yang terjadi dengan uji prototipe separator IPB. Berdasarkan Gambar 30 dapat dilihat adanya kecenderungan berkurangnya jumlah loss minyak saat suhu meningkat. Ini merupakan fenomena yang berlawanan dengan yang terjadi pada laju distilat. Gambar 30 . Perubahan loss minyak terhadap suhu distilat pada uji separator IKM Suhu distilat akan berpengaruh terhadap nilai densitas dari minyak dan air. Densitas merupakan besaran turunan yang dapat berubah karena perubahan suhu dan tekanan. Densitas berbanding terbalik dengan suhu. Saat suhu naik maka densitas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Rata-rata suhu distilat dari semua sampel yang ada adalah 36°C sedangkan suhu distilat yang diharapkan pada saat merancang separator ini adalah 45°C. semakin rendah suhu distilat maka semakin sulit minyak dan air pada distilat untuk terpisah. Pada Tabel 10 terlihat bahwa kecepatan partikel minyak nilam pada suhu 45°C memiliki nilai hampir dua kali lipat dari minyak nilam pada suhu 36°C. Kondisi ini dapat menyebabkan semakin tingginya jumlah losswalaupun nilai laju distilat dibawah laju optimal.

4.3 PERBANDINGAN KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR IPB DENGAN SEPARATOR IKM