5
dan atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan, serta untuk menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana, ketel berbentuk silinder atau tangki. Tangki tersebut dilengkapi dengan
tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian atas ketel. Pada atau dekat penampang atas tangki dipasang pipa yang berbentuk leher angsa gooseneck untuk mengalirkan uap ke
kondensor Guenther 1947. Bahan ketel dapat dibuat dari plat tembaga, plat alumunium, plat besi galvanized
iron, baja dan stainless steel. Stainlees merupakan bahan logam yang paling baik, namun harganya cukup mahal, sehingga pada saat sekarang banyak digunakan plat besi.
2.2.4 Kondensor
Kondensor adalah alat penukar kalor khusus yang digunakan untuk mencairkan uap dengan mengambil kalor. Kalor laten diambil dengan menyerapnya ke dalam zat cair yang lebih
dingin yang disebut pendingin coolant. Karena suhu pendingin di dalam kondensor itu meningkat, maka alat itu juga bekerja sebagai pemanas. Kondensor dapat dibagi menjadi dua
golongan. Golongan pertama disebut kondensor jenis selongsong dan tabung shell and tube condenser, uap yang terkondensasi dipisahkan dari pendingin oleh permukaan perpindahan kalor
berbentuk tabung. Golongan kedua disebut dengan kondensor kontak contack condensor, arus pendingin dan arus uap, yang keduanya biasanya adalah air, bercampur secara fisik, dan
meninggalkan sebagai satu arus tunggal McCabe et al.1993. Kondensor terdiri atas beberapa tipe yaitu : lingkaran coil, segi empat, zigzag, dan
banyak pipa multitubular Rusli 2003. Pengeluaran panas dari uap lebih efektif dengan multitubular karena mempunyai luas permukaan yang lebih besar. Pada suhu kondensor, suhu
udara di sekeliling kondensor sangat mempengaruhi suhu air. Cara pencairan yang paling sempurna adalah dengan mengalirkan air pendingin berlawanan arah dengan aliran uap minyak
Harris 1993.
2.2.5 Pemisah Minyak Separator
Menurut Luthony dan Rachmawati 1994, separator adalah alat untuk menampung distilat yang keluar dari kondensor lalu memisahkan minyak dari air suling. Pada saat di dalam
separator penguapan dan kehilangan minyak dicegah dengan mempertahankan suhu distilat dalam separator berkisar antara 20°C sampai dengan 25°C Ketaren 1985. Namun demikian, menurut
Santoso 1990, suhu distilat hasil penyulingan diperbolehkan mencapai 40° C sampai 45°C. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam tidak terlalu volatile diandingkan minyak atsiri lainnya.
Separator pada sistem penyulingan dengan metode uap langsung biasanya terdiri atas tiga ruangan. Hal tersebut dimaksudkan agar pemisahan minyak dapat dilakukan dengan
sempurna Rusli 2003. Bergantung dari tujuan penggunaanya, pada konstruksinya diperhatikan perbandingan antara garis tengah dan ukuran tinggi. Perbandingan ini antara lain tergantung dari
kecepatan pengendapan. Separator ada yang bekerja secara kontinu dan diskontinu. Contoh dari separator yang bekerja secara kontinu adalah botol florentina Beygeyek 1968.
2.3 SEPARATOR