Jumlah Loss Minyak PERBANDINGAN KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR IPB DENGAN SEPARATOR IKM

36 Besarnya laju distilat akan berpengaruh terhadap waktu tinggal distilat dalam separator. Waktu tinggal merupakan hasil bagi dari volume silinder dalam separator dengan laju distilat. Karena volume separator adalah tetap, maka waktu tinggal distilat dalam separator berbanding terbalik dengan laju distilat. Waktu tinggal distilat akan menentukan berapa lama waktu yang dimiliki butiran-butiran minyak dalam distilat untuk memisahkan diri dari air. Volume total separator IKM ini 64 liter sedangkan volume silinder dalam hanya 7 liter dan volume yang efektif digunakan sebagai tempat pemisahan kurang dari 7 liter karena distilat masuk tidak melalui dasar silinder melainkan tengah silinder sehinga tidak mengoptimalkan pemisahan minyak selama bergerak dari dasar kepermukaan separator karena perbedaan densitas. Dengan laju distilat tertinggi mencapai 1,5 litermenit dan volume pemisahan 7 liter maka waktu tinggal minyak adalah 4,7 menit. Waktu ini terlalu singkat jika dibandingkan waktu tinggal pada prototipe separator IPB selama 8 menit.

b.2 Pengaruh Suhu Distilat

Dua kelompok laju distilat yang dibuat untuk melihat pengaruh suhu adalah 1,4-1,5 Lmenit dan 1,51-1,6 Lmenit. Grafik besarnya loss minyak terhadap laju distilat dapat dilihat pada Gambar 30. Hal ini sama dengan yang terjadi dengan uji prototipe separator IPB. Berdasarkan Gambar 30 dapat dilihat adanya kecenderungan berkurangnya jumlah loss minyak saat suhu meningkat. Ini merupakan fenomena yang berlawanan dengan yang terjadi pada laju distilat. Gambar 30 . Perubahan loss minyak terhadap suhu distilat pada uji separator IKM Suhu distilat akan berpengaruh terhadap nilai densitas dari minyak dan air. Densitas merupakan besaran turunan yang dapat berubah karena perubahan suhu dan tekanan. Densitas berbanding terbalik dengan suhu. Saat suhu naik maka densitas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Rata-rata suhu distilat dari semua sampel yang ada adalah 36°C sedangkan suhu distilat yang diharapkan pada saat merancang separator ini adalah 45°C. semakin rendah suhu distilat maka semakin sulit minyak dan air pada distilat untuk terpisah. Pada Tabel 10 terlihat bahwa kecepatan partikel minyak nilam pada suhu 45°C memiliki nilai hampir dua kali lipat dari minyak nilam pada suhu 36°C. Kondisi ini dapat menyebabkan semakin tingginya jumlah losswalaupun nilai laju distilat dibawah laju optimal.

4.3 PERBANDINGAN KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR IPB DENGAN SEPARATOR IKM

4.3.1 Jumlah Loss Minyak

Nilai loss minyak keseluruhan rata-rata selama uji kinerja prototipe separator IPB adalah 0,3 jika dibagi menjadi dua, kelompok A nilai loss-nya 0,2 dan kelompok B nilai loss- 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 34.0 35.0 36.0 37.0 38.0 39.0 40.0 L os s Suhu distilat °C 1.40 -1.50 litermenit 1.51 -1.60 litermenit 37 nya 0,48 sedangkan separator IKM loss minyak rata-rata mencapai 1,46. Minyak yang terbuang pada separator IKM hampir lima kali lipat dari loss minyak pada prototipe separator IPB. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh beberapa faktor seperti suhu distilat, laju distilat, dan waktu tinggal distilat di dalam separator seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan uji kinerja prototipe dan separator IKM Prototipe Kelompok A Prototipe Kelompok B Prototipe Separator IKM Laju distilat rata-rata lmenit 1,3 1,7 1,1 1,5 Laju distilat literkg jamdb 0,25 0,35 0,24 0,29 Suhu distilat rata-rata °C 32 38 42 36 Volume silinder dalam liter 10,6 10,6 10,6 7 Volume total separator liter 180 180 180 80 Waktu Tinggal menit 8 6 10 4,7 Densitas loss minyak grml 0,987 0,987 0,992 0,981 Warna Air Buangan Jernih Jernih Jernih Kuning loss minyak rata-rata 0,20 0,48 0,16 1,46 Penelitian terdahulu Suhu rata-rata distilat pada uji prototipe separator IPB kelompok A, kelompok B dan separator IKM adalah 32°C, 38°C dan 36°C. Suhu distilat pada prototipe separato IPB kelompok B memang lebih tinggi dari suhu distilat prototipe separator IPB kelompok A dan suhu distilat separator IKM tetapi semuanya masih dibawah suhu distilat optimal 45°C. Jika dilihat pada Tabel 12 selisih suhu dua derajat celcius tidak memberikan dampak signifikan pada kecepatan partikel minyak ketika berpisah dengan air. Oleh karena suhu distilat yang relatif sama dingin mengakibatkan jumlah loss minyak akan lebih besar dibandingkan dengan suhu distilat pada suhu penelitian sebelumnya 42°C Tabel 18. Dilihat dari semua sampel yang ada, uji prototipe separator IPB dan separator IKM sama-sama menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara suhu distilat dengan jumlah loss. Pada uji kedua separator tersebut suhu distilat yang cenderung meningkat selama penyulingan menunjukkan suhu distilat keluar pada prototipe separator IPB relatif lebih dingin dibandingkan separator IKM. Hal ini dikarenakan waktu tinggal yang lebih lama pada prototipe separator IPB menyebabkan distilat yang masuk lebih lama mengalami proses pendinginan karena tercampur dengan distilat yang telah dingin di dalam separator. Laju distilat rata-rata pada uji prototipe separator IPB kelompok A, klompok B dan separator IKM adalah 1,3 litermenit ; 1,7 litermenit dan 1,5 litermenit. Prototipe separator IPB didisain untuk kondisi laju distilat 2,4 litermenit dan suhu distilat 45°C dengan harapan pada kondisi ini loss minyak tidak lebih dari 0,5. Pada kondisi laju distilat 1,3 litermenit dan suhu distilat 32 °C prototipe ini masih efektif karena nilai loss rata-rata hanya 0,2 dan pada kelompok B yang memiliki laju distilat rata-rata 1,7 litermenit dan suhu distilat rata-rata 38°C loss minyaknya 0,48 sedangkan pada uji separator IKM dengan laju 1,5 litermenit dan suhu distilat 36°C nilai loss rata-rata sudah mencapai 1,46. Perbedaan ini dikarenakan disain separator, 38 volume silinder dalam, dan waktu tinggal pada prototipe separator IPB lebih baik dibandingkan separator IKM. Sehingga proses pemisahan pada prototipe separator IPB lebih optimal.

4.3.2 Kondisi Air Buangan dan Loss Minyak