Kondisi Umum Prototipe Separator IPB Loss Minyak

24 Kesulitan pemisahan minyak nilam bukan hanya disebabkan oleh selisih densitas yang kecil tetapi disebabkan juga oleh adanya senyawa golongan terpen-O yang memiliki bobot molekul yang relatif lebih besar. Menurut Ketaren 1985, golongan terpen-O minyak nilam sering disebut patchouli alkohol PA meliputi 52-57 dari berat minyak dan terdiri atas benzaldehid, eugenol benzoat, sinnamat aldehid, dan keton semikarbonzon.

a. Kondisi Umum Prototipe Separator IPB

Air buangan pada prototipe separator IPB sudah berwarna jernih Gambar 17.b. Hal ini menunjukkan air buangan relatif sudah bersih dari minyak. Hal ini diperkuat dengan sedikit sekali minyak yang terserap oleh spon yang sengaja diletakan di permukaan ember tempat air buangan. Bahan konstruksi utama prototipe separator IPB ini adalah stainless steel dan kaca sebagai bahan untuk wadah penampungan minyak yang sudah terpisahkan. Bahan yang digunakan untuk konstruksi ini sudah sesuai standar untuk menjaga mutu minyak nilam karena bahan yang dipakai merupakan bahan yang tidak mudah bereakasi dengan minyak seperti plastik atau besi. Disain prototipe separator IPB ini dirancang untuk kondisi penyulingan optimal pada laju distilat 2,4 Lmenit dan suhu distilat 45°C. Ukuran dimensi dari prototipe separator IPB ini adalah tinggi silinder luarnya 60 cm dan diameter 55 cm. Silinder dalamnya memiliki tinggi 60 cm dan lebar 15 cm. Silinder dalam ini berfungsi sebagai tempat pemisahan minyak dan air yang ukuran dimensinya dikondisikan dengan laju dan suhu yang akan digunakan. Untuk disain yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 17. Kondisi umum prototipe separator IPB a prototipe separator IPB, b air buangan separator, c minyak yang terkumpul setelah terpisah dengan air, d beberapa sampel loss minyak

b. Loss Minyak

Minyak yang hilang adalah minyak yang tidak terkumpul di separator utama yang terbawa dengan air buangan yang ditampung oleh ember disampingnya. Data lapangan a b c d 25 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 1 2 3 4 5 L os s Uji ke- 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 L os s uji ke- selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Data lapangan tersebut merupakan rekapitulasi data dari 20 kali pengambilan data yang dilakukan pada pengujian kinerja prototipe separator IPB. Jika dilihat dari bobot jenisnya minyak yang terbuang memiliki densitas rata-rata 0,9874 gml. Kondisi ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan densitas minyak yang tebuang 0,992 gml. Berdasarkan uji tersebut dapat disimpulkan densitas minyak yang lebih besar menyebabkan partikel minyak tersebut sulit terpisah dari air. Oleh karena itu partikel minyak akan cenderung lebih mudah terbawa oleh aliran fluida. Pada kelompok A yang terdiri atas 15 sampel percobaan terdapat fenomena yang menunjukkan bahwa sampel dengan laju distilat diatas 1,35 litermenit memiliki nilai loss diatas 0,25 hal ini terlihat pada Gambar 18 dengan diagram batang yang berwarna hijau. Begitu juga dengan sampel yang memiliki laju distilat dibawah 1,35 litermenit nilai loss-nya rata-rata dibawah 0,25 biru. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrance 1995 bahwa laju distilat yang kecil memberi waktu lebih banyak bagi minyak untuk terpisah dengan air sehingga jumlah loss lebih sedikit. Laju distilat yang besar maka waktu tinggal akan lebih singkat dan menyebabkan laju distilat dengan nilai yang lebih tinggi berpotensi untuk kehilangan minyak lebih banyak Gambar 18. Perbandingan jumlah loss minyak pada kelompok A Kelompok B yang hanya terdiri atas lima sampel tetapi memiliki nilai loss diatas 0,4, hal ini dikarenakan laju distilat pada semua sampel memiliki laju distilat rata-rata diatas1,6 litermenit. uji ke-5 laju distilatnya lebih kecil dari uji ke-4 tetapi nilai loss-nya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan suhu rata-rata distilat uji ke-4 lebih tinggi. Dengan lebih hangatnya suhu distilat maka semakin mudah proses pemisahan antara minyak dan air terjadi. Gambar 19. Perbandingan jumlah loss minyak pada kelompok B Q1,35 litermenit Q1,35 litermenit 2. Q=1,69 litermenit; Td=41°C 5. Q=1,65 litermenit; Td=36°C 1. Q=1,74 litermenit; Td=39°C 3. Q=1,77 litermenit; Td=36°C 4. Q=1,73 litermenit; Td=40°C 26 Jumlah minyak yang terbuang loss pada setiap penyulingan berkisar antara 0,11- 0,62 dengan rata-rata 0,2, pada kelompok A dan 0,48 pada kelompok B nilai ini berarti empat kali lipat kali lipat dibandingkan penelitian sebelumnya Tabel 11 . Tabel 11. Perbandingan jumlah loss dari penelitian terdahulu dan hasil pengamatan Jumlah loss minyak Terendah Tertinggi Rata-rata Ahmad 2010 0,09 0,24 0,16 ± 0,054 Kelompok A 0,11 0,34 0,20 ± 0,086 Kelompok B 0,40 0,62 0,48 ± 0,090 Pada Gambar 19 terlihat bahwa persentasi jumlah minyak yang terbuang selama penyulingan nilainya berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh laju dan suhu distilat yang berbeda-beda di setiap proses penyulingan. Jumlah minyak yang terbuang setiap pengambilan tiga jam pun jumlahnya berbeda-beda tetapi pada Gambar 20 terlihat ada pola bahwa jumlah minyak yang terbuang pada jam keenam dan jam kesembilan lebih besar dari pada jam ketiga. Hal ini dikarenakan loss minyak merupakan minyak nilam dengan densitas yang relatif lebih besar sehingga walau pun 50 minyak nilam pada jam ketiga sudah tersuling tetapi minyak yang memiliki densitas lebih berat dan titik didih lebih tinggi baru akan terangkat pada pertengahan dan akhir penyulingan ketika suhu didihnya sudah tercapai. Sedangkan pada jam keduabelas nilainya relatif tidak tetap disesuaikan dengan kondisi penyulingannya apakah masih ada minyak yang tersuling atau tidak, karena biasanya penyulingan sudah dihentikan pada jam kesepuluh. Gambar 20a. Jumlah loss minyak pada uji ke-1 sampai ke-10 2 4 6 8 10 12 3 6 9 L os s m in yak m l Jam ke- percobaan 6 percobaan 7 percobaan 8 percobaan 9 percobaan 10 2 4 6 8 10 12 3 6 9 L os s m in yak m l Jam ke- percobaan 1 percobaan 2 percobaan 3 percobaan 4 percobaan 5 27 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 1100 1200 1300 1400 1500 los s m in yak Laju distilat mlmenit 30-31 °C 32-34 °C 35-36 °C Gambar 20b. Jumlah loss minyak pada uji ke-11 sampai uji ke-20

b.1. Pengaruh Laju Distilat