25 dicampur pupuk kandang, campuran arang sekam, serbuk kelapa, dan pupuk
majemuk. Pada penelitian ini, 3 jenis media tanam digunakan yaitu media I berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir malang, media II merupakan
campuran tanah dan kulit jarak, dan media III yaitu hanya berupa tanah top soil. Berdasarkan jenis media tanam yang digunakan untuk penelitian ini, terlihat
bahwa tanah adalah media tanam utama bibit, selain campuran-campuran lainnya. Menurut Schroeder 1984 dalam Notohadiprawiro 1999, tanah adalah
pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumu di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu
yang sangat panjang sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi teraktifkan.
Pada umumnya, tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air, dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah
tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada lapisan tanah atas yang baik untuk pertumbuhan
tanaman lahan kering bukan sawah umumnya mengandung 45 volume bahan mineral, 5 bahan organik, 20-30 udara, dan 20-30 air Hardjowigeno, 1992.
Melalui keterangan di atas, tanah dan media tanam akan saling melengkapi untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bibit. Selain itu, parameter lain yang
perlu diperhatikan dalam proses pembibitan adalah sifat fisik media tanam. Sifat fisik yang digunakan sebagai parameter untuk menentukan kondisi media tanam
antara lain bulk density, porositas, dan kandungan air Wesley, 1973.
1. Sifat Fisik dan Mekanik Media Tanam
a. Tekstur Media Tanam
Menurut Hardjowigeno 1992 tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat
maka tanah dikelompokkan ke dalam lima macam kelas tekstur di antaranya adalah kasar pasir, pasir berlempung, agak kasar lempung berpasir,
lempung berpasir halus, sedang lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu, agak halus lempung liat, lempung liat berpasir,
lempung liat berdebu dan halus liat berpasir, liat. Sedangkan menurut
26 Notohadiprawiro 1999 tekstur merupakan komposisi fraksi-fraksi tanah yang
terdiri dari tiga fraksi yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyerap menahan air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah dengan kandungan debu atau lempung yang tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat
air tersedia bagi pertumbuhan tanaman, karena kombinasi yang unik antara luasan permukaan dan ukuran pori. Hal ini yang menyebabkan tekstur tanah
berdebu lebih subur dibandingkan tanah berpasir atau liat Font, 1988 dalam Wijaya 2000.
Media tanam merupakan campuran antara tanah dan bahan organik. Oleh karena itu, tekstur media tanam tergantung campuran yang digunakan. Media
tanam yang merupakan campuran tanah dengan pupuk kandang dan pasir malang, maka tekstur media, berdasarkan definisi Hardjowigeno, menjadi
kasar dan memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi. Sedangkan media tanam yang dicampur dengan bagian tanaman jarak kulit jarak memiliki
tekstur yang agak halus, meskipun demikian, kemampuan tanaman untuk mengikat air juga tinggi.
b. Bulk Density dan Porositas
Bulk density atau kerapatan lindak menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dan volume media tanam termasuk volume pori-pori media
tanam. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan media tanam. Makin padat
suatu media tanam makin tinggi bulk density, yang berarti akan semakin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada tanah umumnya, bulk
density berkisar dari 1.1 sampai 1.6 gcc, namun beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0.85 gcc Hardjowigeno, 1992.
Sedangkan untuk media tanam, nilai bulk density pada umumnya lebih kecil daripada 1 gcc, yaitu berada pada kisaran 0.3-0.6 gcc.
27 Pori-pori media tanam adalah bagian yang tidak terisi bahan padat media
tanam terisi oleh udara dan air. Pori-pori media tanam dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar macro pore dan pori-pori halus micro pore. Pori-
pori kasar berisi udara atau air gravitasi air yang mudah hilang karena gaya gravitasi, sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara.
Hardjowigeno, 1992. Porositas media tanam dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan tekstur media tanam. Porositas media tinggi jika
bahan organik tinggi. Media tanam dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada media dengan struktur
massive pejal. Media tanam dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori- pori makro sehingga sulit menahan air. Menurut Mandang dan Nishimura
1992, perbandingan volume pori terhadap total volume disebut sebagai porositas.
c. Kadar Air Media Tanam