47 berpori daripada media 3 akibat adanya unsur organik yang terkandung dalam
tanah. Media 3 juga memiliki unsur organik alami karena berasal dari lapisan top soil. Akan tetapi, kandungan bahan organik media 3 jauh lebih kecil daripada
media 1 dan 2. Besarnya kerapatan lindak media tanam mempengaruhi nilai tahanan penetrasinya. Semakin besar nilai kerapatan lindaknya, nilai tahanan
penetrasi yang ditunjukkan penetrometer semakin tinggi. Nilai kerapatan lindak, porositas, dan CI mempengaruhi kemampuan akar
untuk menembus tanah. Akar tanaman akan berhenti tumbuh jika dikenai gaya sebesar 850 kPa Arkin, 1981. Nilai CI maksimum yang diperoleh dari semua
jenis media tanam sebesar 247.12 kPa. Dapat disimpulkan bahwa akar tanaman masih terus tumbuh pada tekanan tersebut. Meskipun demikian, pertumbuhan akar
tanaman akan berkurang seiring dengan pertambahan tekanan lihat Gambar 8. Jika gaya tekan akar lebih besar daripada kerapatan lindak, pertumbuhan akar
terus berlangsung. Sebaliknya, jika gaya tekan akar lebih kecil daripada kerapatan lindak, pertumbuhan akar terhenti, akar tanaman tumbuh ke arah horizontal dan
terjadi peningkatan diameter akar. Pada pembahasan pembibitan jarak pagar akan disajikan data perakaran dan pertumbuhan akar jarak yang nantinya dapat
dihubungkan dengan besarnya nilai CI. Tabel pengukuran grafik tahanan penetrasi pada semua media terdapat pada Lampiran 3.
4. Kerapatan Lindak terhadap Kadar Air Uji Proctor Standar
Pengujian pemadatan standar Proctor dilakukan pada masing-masing media tanam sebelum maupun sesudah digunakan untuk kegiatan pembibitan. Hasil dari
pengujian ini adalah mengetahui perubahan berat isi maksimum dan kadar air optimum pada masing-masing media sebelum dan sesudah digunakan untuk
kegiatan pembibitan. Kegunaan uji Proctor ini adalah untuk mengetahui berat isi kering maksimum yang menyebabkan pemadatan tanah. Kondisi pemadatan tanah
harus dihindarkan agar akar tanaman terus tumbuh dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Melalui hasil pengujian kondisi M1 sebelum
pembibitan, diperoleh berat isi kering maksimum ρd sebesar 1.362 tm
3
dengan kadar air optimum 33.79.
48 Setelah tanah tersebut digunakan untuk pembibitan, ternyata berat isi kering
maksimumnya turun menjadi 1.123 tm
3
dengan kadar air optimum 29.46. Hal ini menunjukkan pada M1 terdapat banyak bahan organik yang mempengaruhi
komposisi tanah yang terdapat pada media tersebut. Pada akhir masa pembibitan, kandungan bahan organik dalam media tanam telah banyak berkurang, sehingga
menyebabkan kemampuan media tanam mengikat air juga berkurang. Media tanam lebih mudah melepaskan air sehingga berat isi kering maksimum dan kadar
air optimum menjadi berkurang. Tabel dan grafik pengukuran berat isi kering maksimum dan kadar air optimum untuk M1 sebelum dan sesudah pembibitan
dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil pengujian Proctor M2 sebelum digunakan untuk pembibitan
menunjukkan hasil berat isi kering sebesar 1.246 tm
3
dengan kadar air optimum 36.14. Setelah digunakan untuk pembibitan, berat isi kering maksimum M2
adalah sebesar 1.204 tm
3
dengan kadar air optimum sebesar 37.57. Berat isi kering M2 sebelum dan sesudah masa pembibitan turun sedikit,
demikian pula dengan kadar air optimum. Hal ini dikarenakan tanah merupakan penyusun utama media tanam 2, sehingga berat isi kering maksimumnya
merupakan berat isi kering maksimum tanah. Sedangkan pupuk kulit jarak mempengaruhi besar kecilnya kadar air optimum. Melalui uji Proctor M2
sebelum masa pembibitan, pengujian dengan kadar air berbeda-beda dilakukan hingga 12 kali, karena pupuk kulit jarak menyerap air dengan sangat baik.
Sedangkan sesudah pembibitan, kegiatan pengujian cukup dilakukan sebanyak 10 kali. Tabel perhitungan dan grafik M2 sebelum dan sesudah penanaman dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Uji Proctor M3 untuk kondisi tanah sebelum tanam menunjukkan hasil berat
isi kering maksimum sebesar 1.310 tm
3
dengan kadar air optimum sebesar 37.74. Setelah masa pembibitan, berat isi kering maksimum menjadi sebesar
1.281 tm
3
, akan tetapi kadar air optimumnya berubah sangat sedikit yaitu menjadi sebesar 37.73 . Melalui hasil pengukuran terlihat bahwa tidak terjadi perubahan
berat isi kering maksimum maupun kadar air optimum yang signifikan pada M3 sebelum dan sesudah pembibitan. Ternyata selama pembibitan jarak pagar, M3
49 tidak banyak terjadi perubahan sifat mekanik. Tabel perhitungan dan grafik uji
Proctor M3 sebelum dan sesudah pembibitan terdapat pada Lampiran 9 dan 10. Grafik di bawah ini merupakan grafik perbandingan hasil uji Proctor pada
berbagai media sebelum masa pembibitan.
Gambar 20. Grafik uji Proctor berbagai media sebelum tanam Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui grafik tersebut, terlihat bahwa M1
memiliki kadar air optimum dan berat isi kering maksimum tertinggi di antara media lainnya. Setelah kegiatan pembibitan, kadar air optimum dan berat isi
kering maksimum mengalami perubahan, sebagaimana dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
Gambar 21. Grafik uji Proctor berbagai media sesudah tanam
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
0,800 0,900
1,000 1,100
1,200 1,300
1,400 1,500
4 8
12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52
ρd t
m
3
Kadar Air
Media I
Media II
Media III
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
0,800 0,900
1,000 1,100
1,200 1,300
1,400 1,500
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
ρd tm3
Kadar Air
Media I
Media II
Media III
50 Melalui pengujian sifat fisik dan mekanik media tanam berupa uji tahanan
penetrasi, kerapatan lindak, dan uji standard Proctor, terlihat bahwa M1 menyediakan lingkungan tumbuh yang optimal bagi jarak pagar untuk semua jenis
bibit dibanding media lainnya. Nilai kerapatan lindak, porositas, dan pengujian Proctor M2 berada di antara M1 dan M3. Hal ini disebabkan oleh kandungan
bahan organik yang terdapat pada pupuk kulit jarak yang mempengaruhi sifat fisik dan mekanik media tanam.
Kemampuan M1 untuk menunjang pertumbuhan bibit secara optimal dengan sifat fisik dan mekanis tersebut dibuktikan lebih lanjut dengan pengamatan
perkembangan bibit dan perakaran. Pengamatan terhadap kemampuan tumbuh bibit yang ditanam pada M2 juga dilakukan untuk mengetahui potensi M2 sebagai
media tanam pembibitan jarak pagar.
C. Perkembangan Bibit