59 tinggi tanaman yang dibibitkan dalam M2. Tinggi tanaman ditanam pada M1 dan
M2 berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada M3. Ringkasan hasil analisis statistik tinggi tanaman terhadap jenis media dan jenis bibit dan uji lanjut Duncan
terdapat pada Lampiran 18 dan 19.
2. Jumlah Daun dan Diameter Batang
Parameter lain yang diamati pada perkembangan bibit adalah jumlah daun dan diameter batang. Hasil dari pengamatan tersebut diplotkan ke dalam grafik
hubungan pertambahan jumlah kumulatif daun dan perkembangan diameter batang
ΔǾ terhadap minggu pembibitan. Pertambahan jumlah daun tiap minggunya tidak tetap, karena adanya daun yang gugur akibat adanya serangan
kutu daun. Oleh karena itu, Gambar 32 di bawah ini menunjukkan grafik pertambahan jumlah daun kumulatif bibit biji jarak.
Gambar 32. Grafik pertambahan jumlah daun kumulatif B1 Jumlah daun kumulatif pada masing-masing jenis bibit di ulangan 1 ini tiap
minggu selalu mengalami peningkatan meskipun tidak sama tingkat kenaikan tiap minggunya. Hal ini disebabkan oleh adanya penyakit yang dialami oleh tanaman
maupun sebab-sebab luar yang menyebabkan daun kering dan gugur. Pada perkembangan diameter batang tiap minggu pada masing-masing jenis
mengalami peningkatan sebesar 0.1 cmminggu. Perkembangan diameter batang dari awal hingga akhir pembibitan mencapai 0.646 cm untuk bibit yang ditanam
pada M1, 0.55 cm untuk bibit yang ditanam pada M2, dan 0.59 cm untuk bibit
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Jumlah Daun
helai
Minggu ke‐
B1M1 B1M2
B1M3
60 yang ditanam pada M3. Grafik di bawah ini merupakan grafik perkembangan
diameter batang tiap minggu.
Gambar 33. Grafik laju pertumbuhan diameter batang B1 Laju pertumbuhan diamater batang bibit biji jarak yang ditanam pada media
1 dan 2 menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih stabil daripada tanaman yang ditanam pada media 3.
Pertumbuhan jumlah daun pada B2 menunjukkan nilai yang fluktuatif. Bibit jarak yang ditanam pada M1 mengalami pertumbuhan jumlah daun yang relatif
lebih stabil dan memiliki jumlah daun tertinggi pada akhir masa pembibitan, diikuti tanaman yang ditanam pada M2 dan M3. Gambar 34 berikut ini
menyajikan grafik pertumbuhan jumlah daun kumulatif pada B2.
Gambar 34. Grafik pertumbuhan jumlah daun kumulatif B2
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
ΔǾ c
m
Minggu ke ‐
B1M1 B1M2
B1M3
2 4
6 8
10 12
14
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Jumlah Da
un helai
Minggu ke‐
B2M1 B2M2
B2M3
61 Pertumbuhan jumlah daun yang fluktuatif pada B2 disebabkan oleh gugur
daun akibat serangan hama kutu, daun menguning karena kekurangan unsur hara, dan pada beberapa kesempatan rusaknya daun akibat terkena air ketika siang
hari. Perkembangan diameter batang tanaman yang ditanam pada masing-masing
media pada B2 secara umum mengalami tingkat pertumbuhan yang sama. Grafik di bawah ini adalah grafik perkembangan diamter batang B2 pada ulangan 1.
Gambar 35. Grafik laju pertumbuhan diameter batang B2 Perkembangan diameter batang stek jarak yang ditanam pada media 2
B2M2 menunjukkan tingkat laju pertumbuhan yang terbesar dari ketiga media tanam.
Pertumbuhan jumlah daun pada B3 menunjukkan hasil yang kurang bagus dibandingkan dengan bibit lainnya. Pertumbuhan jumlah daun tanaman di media
lainnya mengalami fluktuasi mulai dari awal hingga akhir pembibitan. Gambar 36 berikut ini menunjukkan pertumbuhan jumlah daun kumulatif tanaman ex-vitro
jarak selama masa pembibitan.
0,000 0,050
0,100 0,150
0,200 0,250
0,300 0,350
0,400 0,450
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
ΔǾ cm
Minggu ke ‐
B2M1 B2M2
B2M3
62 Gambar 36. Grafik pertumbuhan jumlah daun kumulatif B3
Perkembangan diameter batang B3 juga mengalami fluktuasi. Seperti yang terlihat pada Gambar 36, terlihat bahwa bibit yang ditanam pada M1 dan M2
mengalami penurunan antara minggu ke-5 dan ke-6, hal ini dikarenakan banyak tanaman yang mengalami busuk batang, sehingga rataan diameter batang pun
mengalami penurunan. Gambar 37 berikut ini menunjukkan perkembangan diameter batang ex-vitro jarak.
Gambar 37. Perkembangan diameter batang B3
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Ju m
la h
da un
helai
Minggu ke‐
B3M1 B3M2
B3M3
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
0,800
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Δ ø
cm
Minggu ke‐
B3M1 B3M2
B3M3
63 Pada akhir masa pembibitan, ex-vitro jarak yang ditanam pada M2 memiliki
diameter batang lebih besar daripada kedua media lainnya. Setelah itu, berturut- turut diameter batang jarak pada M1 dan M3. Data pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, dan diameter batang pada masing-masing media dalam 3 ulangan terdapat pada Lampiran 12-17.
Hasil analisis statistik terhadap diameter batang jarak pagar yang ditanam pada berbagai media tanam tidak berbeda nyata dari 1 hingga 5 MST pada taraf
5. Seperti halnya dengan jumlah daun, mulai dari 6 – 10 MST, terdapat perbedaan nyata antara M3 dengan M1 dan M2. Sedangkan M1 dan M2 tidak
berbeda nyata. Hasil ini kemudian di uji lanjut Duncan pada taraf 5. Hasil dari uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa perkembangan diameter batang pada
M1 dan M2 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ringkasan hasil analisis statistik diameter batang terhadap jenis media dan jenis bibit serta uji lanjut Duncan
terdapat pada Lampiran 20 dan 21. Jumlah daun yang berasal dari jenis media tanam yang berbeda tidak berbeda
nyata dari 1 hingga 5 MST pada taraf 5. Mulai dari 6 hingga akhir masa pembibitan 10 MST, M1 dan M2 tidak berbeda nyata. Sedangkan M3
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan media lainnya. Hasil ini juga di uji dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5. Dari hasil uji lanjut Duncan,
pertumbuhan jumlah daun pada M1 dan M2 tidak memiliki perbedaan nyata. Hasil analisis dan uji lanjut Duncan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22
dan 23. Melalui hasil analisis statistik berupa tinggi tanaman, diameter batang, dan
jumlah daun yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan M2 sebagai media tanam bibit jarak pagar memberikan hasil pertumbuhan yang
optimal bagi bibit karena M1 dan M2 lebih baik daripada M3. Pada pengaruh penggunaan jenis bibit selama pembibitan baik terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang melalui uji statistik menunjukkan bahwa B2 berbeda nyata dengan B1 dan B3 pada taraf 5 mulai
dari 1 MST hingga 10 MST dari awal hingga akhir masa pembibitan. Hal ini terjadi karena B2 berasal dari stek yang telah mengalami pertumbuhan tinggi dan
jumlah daun lebih dari jenis bibit lainnya. Oleh karena itu, hasil yang ditunjukkan
64 pada bibit B2 menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi pada pengujian
analisis statistik. Pengaruh interaksi antara media tanam dan jenis bibit yang digunakan selama
pembibitan ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan nyata. Artinya, baik media tanam dan jenis bibit yang digunakan merupakan kejadian saling bebas dan
tidak saling mempengaruhi. Jenis bibit yang akan dipilih tergantung pada tujuan pembibitan tersebut. Bibit yang berasal dari stek dan ex-vitro memiliki
produktivitas yang tinggi sehingga cocok jika bertujuan untuk mengembangkan jarak pagar dalam waktu singkat dan juga untuk mengembangkan produksi
minyak jarak CPO. Jika tujuan pembibitan jarak pagar adalah untuk produksi bibit, maka bibit yang berasal dari biji lebih baik. Selain itu, kondisi perakaran
yang lebih kuat dan stabil daripada bibit yang merupakan hasil pengembangbiakan vegetatif.
3. Perkembangan Akar