15
C. Tahapan Penelitian
1. Pembuatan Cokelat
Proses pembuatan cokelat secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pembuatan base cokelat dilakukan dengan menggunakan mesin blade mill.
Sukrosa, kakao massa, lemak kakao, lesitin kedelai dimasukan kedalam mesin blade mill dan dilakukan conching selama 10 jam pada suhu 70-80
o
C sampai aroma yang diinginkan tercapai. Selanjutnya dilakukan proses refinning selama 6-
8 jam sampai diperoleh kehalusan 20-25 µm, sambil ditambahkan PGPR untuk mencapai likuiditas yang sesuai. Base yang diperoleh selanjutnya dicampur
dengan polimer dengan konsentrasi tertentu dengan menggunakan ball mill. Setelah tercampur, produk ditapping. Proses selanjutnya adalah tempering dengan
menggunakan mesin jenis table top kapasitas 3 kg. Selanjutnya produk dicetak dalam bentuk batang dengan ukuran 8x1,2x0,7 cm³ dan berat 7,5 g, kemudian
dikemas dengan kemasan aluminium foil tertutup dan diperlakukan aging selama 2 minggu pada suhu 18-20
o
C dan kelembaban udara maksimal 50 agar cokelat matang sempurna.
16
Tempering Mixing Conching
70ºC, 8 – 12 jam
Refining 6
– 8 jam, 20-25 mikron
Tapping
Pencetakan
Aging 2 minggu, 18-20ºC
Pengujian Gula, kakao massa,
lemak kakao
Lesithin kedelai, PGPR
Cokelat Baking Polimer
Base Cokelat Baking Mixing
2-3 jam
Gambar 3.1 Pembuatan cokelat Sampel cokelat selanjutnya dianalisis untuk parameter snapbrittleness dan
kestabilan selama penyimpanan pada suhu 34
o
C dan kelembaban relatif 65 selam 4 jam. Sebagai pembanding digunakan kontrolblanko dengan skor snap 0.
Sampel yang memiliki skor snap brittleness 0 dinyatakan sebagai polimer yang
berpotensi untuk meningkatkan stabilitas cokelat. 2.
Tahap Pemilihan Polimer
Tahap pemilihan polimer bertujuan menentukan jenis polimer yang berpo- tensi digunakan untuk meningkatkan stabilitas tekstur cokelat. Polimer dekstrin,
tepung putih telur, kitosan dan, gelatin diujicobakan dengan konsentrasi masing-
Commented [T6]: KALAU GAK PAKAI POLIMER BAGAIMANA MENURUT SAYA JUDULNYA GAK USAH
PLUS POLIMER
17 masing 1,0. Pemilihan konsentrasi 1,0 didasarkan pada kemudahan proses
pembuatan sampel, kemu-dahan proses tempering dan karakter aliran sampel. Sampel cokelat yang telah di aging selanjutnya dianalisis parameter snap secara
subyektif oleh 5 orang panelis terlatih. Sebagai pembanding digunakan kontrolblanko dengan skor snap 0. Sampel yang memiliki skor kemudahan patah
snap 0 dinyatakan sebagai polimer yang berpotensi untuk meningkatkan stabilitas tekstur cokelat.
3. Tahap Penentuan Konsentrasi Polimer
Polimer yang terpilih dari tahap pertama kemudian ditentukan konsentrasi- nya, baik dalam bentuk tunggal atau kombinasi. Konsentrasi polimer yang
digunakan adalah 0,5 dan 1,0. Cokelat tanpa penambahan polimer digunakan sebagai kontrol.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial yang terdiri dari dua peubah bebas Faktor yaitu faktor I adalah konsentrasi polimer A
terpilih 0, 0,5 dan 1,0 dan faktor II adalah konsentrasi polimer B terpilih. 0, 0,5 dan 1,0 dan kedua faktor tersebut diduga saling berinteraksi.. Dari
kedua faktor diperoleh kombinasi perlakuan seperti Tabel 3.1. Sampel cokelat perlakuan dianalisis sifat fisiko kimia yaitu tekstur, visko-sitas, persen menempel
di kemasan dan warna serta uji sensori kemudahan patah snap dan rasa. Tabel 3.1 Rancangan Percobaan.
Konsentrasi polimer A
Konsentrasi Polimer A 0,0
A0,5 A1,0
B0,0 A1B1
A2B1 A3B1
B0,5 A1B2
A2B2 A3B2
B1,0 A1B3
A2B3 A3B3
Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yijk = µ + Ai + Bk + ABik + Ʃijk
dimana: Yijk
: nilai pengamatan
Commented [T7]: PERLU DIJABARKAN DIMETODE YANG DIMAKSUD DENGAN PANELIS TERLATIH