a. Komposisi jenis
Menurut Soerianegara dan Indrawan 2002, kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi dan INP dihitung dengan menggunakan rumus:
Kerapatan suatu spesies K = Kerapatan relatif suatu spesies KR =
x 100 Frekuensi suatu spesies F =
Frekuensi relatif suatu spesies FR =
F F
x 100 Dominansi suatu spesies D =
BDS
Dominansi relatif suatu spesies DR =
D D
x 100 INP = KR + FR pada tingkat pancang
INP = KR + FR + DR pada tingkat tiang dan pohon
b. Pengukuran biomassa
Pengukuran biomassa dilakukan pada pohon, tumbuhan bawah dan serasah. Biomassa pada pohon dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Biomassa = Volume pohon x WD Keterangan: WD
= wood density
gcm
3
Volume Pohon = Volume batang pohon x angka bentuk 0,7 cm
3
Pada penelitian ini, nilai wood density menggunakan data yang didapatkan dari website Tabel 1. Pada pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah,
pengukuran diawali dengan menghitung kadar airnya. Menurut Lubis 2011, kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:
KA = {BBc - BKcBKc}× 100 Keterangan: KA = kadar air
BBc = berat basah contoh g BKc = berat kering contoh g
Setelah mendapatkan kadar air, kemudian dihitung berat kering biomassa tumbuhan bawah dan serasahnya dengan rumus:
BKT = BB{1+ KA100}
Keterangan: BKT = berat kering tanurbiomassa g BB
= berat basah g KA
= kadar air
c. Pendugaan Karbon
Berdasarkan SNI No 7724 2011, karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan menggunakan rumus:
C
b
= B x C organik Keterangan: C
b
= kandungan karbon dari biomassa kg B = total biomassa kg
C organik = nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau menggunakan nilai persen karbon yang
diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium. Pada penelitian ini, nilai C organik menggunakan nilai hasil penelitian
sebelumnya Lampiran 1.
d. Pengukuran bobot isi dan bahan organik tanah
Pada contoh tanah tidak terusik, yang dianalisis adalah bobot isi tanah. Menurut Sitorus et al. 1980, bobot isi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: Bobot isi BI =
gcm
3
Keterangan: X = contoh tanah dengan tabung g Y = tabung kosong g
Z = kadar air tanah g volume tanah dalam ring Vt = ¼
πd
2
t cm
3
Menurut Lubis 2011, kandungan bahan organik tanah dapat dihitung dari C-organik dengan rumus:
Bahan organik = 1,74 × C-organik
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan struktur tumbuhan yang menggambarkan kerapatan K, kerapatan relatif KR, frekuensi
F, frekuensi relatif FR, dominasi D, dominasi relatif DR dan indeks nilai penting INP. Menurut Soegianto 1994 dalam Sandika 2008, parameter
kuantitatif yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi tingkat penguasaan jenis-jenis dalam suatu komunitas tumbuhan adalah INP. Sutisna
1981 dalam Sandika 2008 juga menyatakan bahwa suatu jenis dapat dikatakan berperan jika nilai INP pada tingkat semaitumbuhan bawah dan pancang lebih
dari 10, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis yang terdapat pada lahan pasca terbakar yaitu kayu
putih, keliat, sengon, dan akasia daun lebar, sedangkan pada lahan tidak terbakar yaitu keliat, concong belut, akasia daun kecil, dan gmelina.
INP pada lahan pasca terbakar dan tidak terbakar dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Indeks nilai penting pada lahan pasca terbakar
Nama Jenis Jumlah
Kindha KR F
FR D m2ha
DR INP
1. Tingkat pancang Kayu putih
M. cajuputi 5
400 83,33
0,4 66,67
- -
150,00 Keliat
M. tomentosa 1
80 16,67
0,2 33,33
- -
50,00 Total 6
480 100,00
0,6 100,00
- -
200,00 2. Tingkat tiang
Kayu Putih M. cajuputi
6 120
75,00 0,6
60,00 17554,14
64,00 199,00
Sengon F.moluccana
1 20
12,50 0,2
20,00 5732,48
20,90 53,40
Akasia daun lebar A. mangium
1 20
12,50 0,2
20,00 4141,72
15,10 47,60
Total 8
160 100,00
1,0 100,00
27428,34 100,00
300,00 3. Tingkat pohon
Akasia daun lebar A. mangium
11 55
100,00 1,0
100,00 43032,25 100,00 300,00
Total 11
55 100,00
1,0 100,00
43032,25 100,00
300,00 K = kerapatan; KR = kerapatan relatif; F = frekuensi; FR = frekuensi relatif; D = dominasi; DR =
dominasi relatif; INP = indeks nilai penting
Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tingkat pancang di lahan pasca terbakar menunjukkan tanaman kayu putih memiliki indeks nilai penting