BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan struktur tumbuhan yang menggambarkan kerapatan K, kerapatan relatif KR, frekuensi
F, frekuensi relatif FR, dominasi D, dominasi relatif DR dan indeks nilai penting INP. Menurut Soegianto 1994 dalam Sandika 2008, parameter
kuantitatif yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi tingkat penguasaan jenis-jenis dalam suatu komunitas tumbuhan adalah INP. Sutisna
1981 dalam Sandika 2008 juga menyatakan bahwa suatu jenis dapat dikatakan berperan jika nilai INP pada tingkat semaitumbuhan bawah dan pancang lebih
dari 10, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis yang terdapat pada lahan pasca terbakar yaitu kayu
putih, keliat, sengon, dan akasia daun lebar, sedangkan pada lahan tidak terbakar yaitu keliat, concong belut, akasia daun kecil, dan gmelina.
INP pada lahan pasca terbakar dan tidak terbakar dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Indeks nilai penting pada lahan pasca terbakar
Nama Jenis Jumlah
Kindha KR F
FR D m2ha
DR INP
1. Tingkat pancang Kayu putih
M. cajuputi 5
400 83,33
0,4 66,67
- -
150,00 Keliat
M. tomentosa 1
80 16,67
0,2 33,33
- -
50,00 Total 6
480 100,00
0,6 100,00
- -
200,00 2. Tingkat tiang
Kayu Putih M. cajuputi
6 120
75,00 0,6
60,00 17554,14
64,00 199,00
Sengon F.moluccana
1 20
12,50 0,2
20,00 5732,48
20,90 53,40
Akasia daun lebar A. mangium
1 20
12,50 0,2
20,00 4141,72
15,10 47,60
Total 8
160 100,00
1,0 100,00
27428,34 100,00
300,00 3. Tingkat pohon
Akasia daun lebar A. mangium
11 55
100,00 1,0
100,00 43032,25 100,00 300,00
Total 11
55 100,00
1,0 100,00
43032,25 100,00
300,00 K = kerapatan; KR = kerapatan relatif; F = frekuensi; FR = frekuensi relatif; D = dominasi; DR =
dominasi relatif; INP = indeks nilai penting
Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tingkat pancang di lahan pasca terbakar menunjukkan tanaman kayu putih memiliki indeks nilai penting
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman keliat, sedangkan di lahan tidak terbakar tanaman concong belut memiliki indeks nilai penting yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman keliat. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kayu putih mendominasi pada satuan luas 5 x 5 m tingkat pancang di lahan pasca
terbakar, dan tanaman concong belut yang mendominasi pada satuan luas 5 x 5m di lahan tidak terbakar. Pada tingkat tiang di lahan pasca terbakar menunjukkan
bahwa tanaman kayu putih memiliki indeks nilai penting yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lain, sedangkan di lahan tidak terbakar tanaman
akasia daun kecil memiliki indeks nilai penting yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kayu putih putih
mendominasi pada satuan luas 10 x 10 m tingkat tiang di lahan pasca terbakar, dan tanaman akasia daun lebar yang mendominasi pada satuan luas 10 x 10 m di
lahan tidak terbakar.
Tabel 3 Indeks nilai penting pada lahan tidak terbakar
Nama Jenis Jumlah Kindha
KR F
FR D m2ha
DR INP
1. Tingkat pancang Keliat
M. tomentosa 2
160 14,29
0,2 20,00
- -
34,29 Congcong belut
B. ovata 12
960 85,71
0,8 80,00
- -
165,71 Total 14
1120 100,00
1,0 100,00
- -
200,00 2. Tingkat tiang
Akasia daun kecil A.auriculiformis
2 40
66,67 0,4
66,67 10375,80 74,68
208,02 Gmelina
G. arborea 1
20 33,33
0,2 33,33
3517,52 25,32
91,98 Total
3 60
100,00 0,6 100,00
13893,32 100,00
300,00 3. Tingkat pohon
Akasia daun kecil A.auriculiformis
53 265
100,00 1,0
100,00 209840,80 100,00
300,00 Total
53 265
100,00 1,0
100,00 209840,80 100,00
300,00 K = kerapatan; KR = Kerapatan relatif; F = frekuensi; FR = frekuensi relatif; D = dominasi; DR =
dominasi relatif; INP = indeks nilai penting
Pada tingkat pohon, terdapat jenis akasia daun lebar di lahan pasca terbakar dan akasia daun kecil di lahan tidak terbakar. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada
satuan luas 20 x 20 m, tanaman akasia daun lebar mendominasi tanaman pada lahan pasca terbakar dan akasia daun kecil mendominasi tanaman pada lahan
pasca terbakar. Namun, jenis akasia daun kecil memiliki kerapatan yang lebih tinggi yaitu sebesar 265 individuha pada lahan tidak terbakar dibandingkan
dengan tanaman akasia daun lebar pada lahan pasca terbakar yaitu sebesar 55 individuha. Perbedaan nilai kerapatan masing-masing jenis disebabkan adanya
perbedaan penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan Arrijani et al. 2006.
5.2 Karbon tersimpan atas permukaan pada lokasi penelitian