Gambar 7 Karbon pada lahan pasca terbakar a, dan karbon pada lokasi yang tidak terbakar b
Pada Gambar 7 terlihat bahwa kandungan karbon tersimpan pada pohon mendominasi kandungan karbon tersimpan di atas permukaan tanah baik di lahan
pasca terbakar maupun pada lahan tidak terbakar. Pada lahan pasca terbakar, persentase kandungan karbon pada pohon sebesar 97,84 21,32 tonha, serasah
sebesar 0,78 0,17 tonha, dan tumbuhan bawah sebesar 1,38 0,30 tonha. Pada lahan tidak terbakar, persentase kandungan karbon pada pohon sebesar
99,31 94,68 tonha, serasah sebesar 0,39 0,37 tonha, dan tumbuhan bawah sebesar 0,30 0,29 tonha. Ini menunjukkan bahwa serasah dan tumbuhan
bawah menyumbangkan kandungan karbon tersimpan di atas permukaan yang sangat kecil dibandingkan dengan kandungan tersimpan pada pohon. Hal ini
karena pohon mampu menyerap CO
2
melalui proses fotosintesis dan didukung dengan ukuran bentuk batang pohon yang besar, sehingga mampu menyimpan
karbon tersimpan yang besar. Menurut Hairiah et al. 2011, proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan.
5.3 Kualitas Tempat Tumbuh
Berdasarkan komposisi partikel tanah pada Tabel 9, tekstur tanah pada kedua lokasi hampir semuanya memiliki kelas tekstur liat kecuali untuk kelas
tekstur pada plot 3 di lahan pasca terbakar yaitu lempung berliat dan kelas tekstur pada plot 3 di lahan tidak terbakar yaitu lempung liat berdebu. Hal ini akan
meyebabkan tanah di kedua lokasi ini memiliki sistem aerasi dan drainase yang kurang optimal. Aerasi dan drainase akan mempengaruhi proses sirkulasi air,
udara, dan hara di dalam tanah. Jika aerasi dan drainasenya kurang baik, maka akan mempengaruhi pertumbuhan vegetasinya, sehingga akan mempengaruhi
besar biomassanya. Menurut Lubis 2011, faktor pendukung atau parameter
Pohon 97,84
Tumbu han
bawah 1,38
Serasah 0,78
a
Pohon 99,31
Tumbu han
bawah 0,30
Serasah 0,39
b
untuk menilai kondisi hutan adalah kualitas tempat tumbuh. Jika sifat-sifat tanahnya baik maka kualitas tempat tumbuhnya juga baik sehingga akan
mempengaruhi kondisi hutannya. Menurut Hairiah et al. 2011, penyimpanan karbon pada suatu lahan
menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, karena biomassa pohon meningkat. Hasil analisis tanah yang terdiri dari sifat fisik tanah tekstur dan
bobot isi dan sifat kimia tanah pH, C-organik, Ca, Mg, K, dan KTK pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tekstur tanah dapat mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah. Hal ini karena tekstur tanah akan menentukan ukuran dan jumlah pori-pori tanah yang berpengaruh pada siklus air dan udara di dalam tanah.
Tanah yang didominasi pasir akan lebih banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso, sedangkan
yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro atau tidak porous Hanafiah 2005.
Tabel 9 Hasil analisis sifat-sifat tanah pada lokasi penelitian
Lokasi Tekstur
pH 1:1
Walkley Black
N NH
4
OAc pH 7.0
Bobot Isi
Bahan Orga
‐ nik
H
2
O C
‐ organik
Ca Mg
K KTK
me100 g
a. Lahan pasca terbakar KTU
Plot 1
Liat 4,30
sm
2,07
s
0,72
sr
1,21
s
0,35
s
17,05
s
1,68 3,60
Plot 2
Liat 4,10
sm
0,48
sr
3,24
r
1,21
s
0,15
r
15,86
r
1,70 0,84
Plot 3
Lempung berliat
4,30
sm
0,40
sr
0,33
sr
1,11
s
0,35
s
11,91
r
1,59 0,70
Plot 4
Liat 4,20
sm
1,12
r
1,82
sr
4,00
t
0,36
s
16,28
r
1,51 1,95
Plot 5
Liat 4,00
sm
1,04
r
1,07
sr
1,90
s
0,23
r
15,28
r
1,51 1,81
Rata ‐
rata 4,18
sm
1,02
r
1,44
sr
1,89
s
0,29
r
15,28
r
1,60 1,78
b. Lahan tidak terbakar LIMOA
Plot 1
Liat 4,40
sm
1,20
r
3,11
r
7,80
t
0,18
r
16,67
r
1,57 2,09
Plot 2
Liat 4,30
sm
1,52
r
3,38
r
8,26
st
0,25
r
18,99
s
1,62 2,64
Plot 3
Lempung liat
berdebu 4,60
m
5,43
st
4,58
r
8,30
st
0,20
r
21,32
s
1,59 9,45
Plot 4
Liat 3,90
sm
5,43
st
1,85
sr
4,14
t
0,32
s
19,77
s
1,32 9,45
Plot 5
LIat 3,80
sm
5,75
st
4,49
r
4,15
t
0,32
s
19,56
s
1,43 10,01
Rata ‐
rata 4,2
sm
3,87
t
3,48
r
6,53
t
0,254
r
19,26
s
1,51 6,73
sm = sangat masam; m = masam; am = agak masam; n = netral; aa = agak alkalis; a = alakalis; sr = sangat rendah; r = rendah; s = sedang; t = tinggi; st = sangat tinggi Hardjowigeno 1995
Berdasarkan Tabel 9 dan kriteria penilaian sifat kimia tanah Lampiran 8, terlihat bahwa nilai rata-rata pH untuk lahan pasca terbakar adalah 4,18 yang
tergolong sangat masam dengan kisaran nilai pH antara 4,00–4,30, sedangkan pada lahan tidak terbakar nilai rata-rata pH adalah 4,20 yang tergolong sangat
masam dengan kisaran nilai pH antara 3,80–4,60. Hal ini menunjukkan pH pada lahan pasca terbakar dan lahan tidak terbakar sama-sama tergolong sangat masam.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991, penyebab utama dari reaksi tanah menjadi masam adalah karena keberadaan Al yang tinggi dan
dibarengi oleh kehilangan basa-basa akibat curah hujan yang tinggi. Kelarutan Al yang tinggi dapat bersifat meracun bagi tanaman. Keracunan Al menyebabkan
gangguan terhadap akar tanaman baik fisiologi maupun morfologinya. Gangguan sistem perakaran ini, akan menghambat serapan hara dan air sehingga terjadilah
gangguan pertumbuhan dari penurunan produksi pada tanah masam. Pada kedua lokasi penelitian menunjukkan pH yang sangat masam. Hal ini diduga adanya
keberadaan Al yang tinggi pada tanah di kedua lokasi tersebut yang akan menyebabkan gangguan pada sistem perakaran, sehingga akan menghambat
serapan hara dan air yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan. Jika terjadi gangguan pertumbuhan maka biomassa dan kandungan karbon tersimpannya
menurun. Tabel 9 juga menunjukkan bahwa rata-rata C-organik tanah pada lahan
pasca terbakar yaitu sebesar 1,02 yang tergolong rendah dengan kisaran antara 0,40–2,07, sedangkan rata-rata C-organik tanah pada lahan tidak terbakar
sebesar 3,87 yang tergolong tinggi dengan kisaran antara 1,20–5,75. Berdasarkan hasil C-organik tanahnya dapat diperoleh bahan organik di kedua
lokasi tersebut. Bahan organik rata-rata pada lahan pasca terbakar sebesar 1,78, sedangkan bahan organik rata-rata pada lahan tidak terbakar sebesar 6,73. Hal
ini menunjukkan bahwa tanah pada lahan tidak terbakar memiliki bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pada lahan pasca terbakar, sehingga
dapat dikatakan bahwa tanah pada lahan tidak terbakar lebih subur dibandingkan dengan lahan pasca terbakar. Hal ini terkait dengan banyaknya serasah pada lahan
tidak terbakar, sehingga menyebabkan tanahnya menjadi subur. Menurut Lubis 2011, pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap
pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah,sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain, menambah
kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara KTK tanah menjadi tinggi, dan sumber energi bagi
mikroorganisme. Kalsium Ca rata-rata untuk lahan pasca terbakar adalah 1,44 me100 g
yang tergolong sangat rendah dengan kisaran antara 0,33–3,24 me100 g, sedangkan Ca rata-rata pada lahan tidak terbakar sebesar 3,48 me100 g yang
tergolong rendah dengan kisaran antara 1,85–4,58 me100 g. Menurut Hanafiah 2005, Ca berperan dalam struktur dan permeabilitas membran, terutama karena
fungsinya sebagai pengikat antar molekul-molekul fosfolipid-fospolipidprotein penyusunnya, dan sebagai aktivator beberapa enzim.
Magnesium Mg rata-rata untuk lahan pasca terbakar adalah 1,89 me100 g yang tergolong sedang dengan kisaran antara 1,11–4,00 me100 g, sedangkan Mg
rata-rata pada lahan tidak terbakar sebesar 6,53 me100 g yang tergolong tinggi dengan kisaran antara 4,14–8,26 me100 g. Menurut Hanafiah 2005, Mg
berfungsi sebagai penyusun klorofil dan aktivator enzim-enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi dan sintesis DNARNA, serta sebagai pemicu penyediaan
energi kimia dari ATP yang dibutuhkan dalam berbagai reaksi, seperti pada proses fermentasi glukosa.
Kalium K rata-rata pada lahan pasca terbakar adalah 0,29 me100 g yang tergolong rendah dengan kisaran antara 0,15–0,36 me100 g, sedangkan kalium
rata-rata pada lahan tidak terbakar sebesar 0,254 me100 g yang tergolong rendah dengan kisaran antara 0,18–0,32 me100 gs. Menurut Hanafiah 2005, K
berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses fotosintesis dan respirasi, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan pati. Selain itu K juga berperan dalam
proses buka tutup stomata, karena fungsinya dalam pengaturan potensi osmotik sel-sel.
Kapasitas Tukar Kation KTK rata-rata pada lahan pasca terbakar adalah 15,28 me100 g yang tergolong rendah dengan kisaran antara 11,91–17,05 me100
g, sedangkan KTK rata-rata pada lahan tidak terbakar sebesar 19,26 me100 g yang tergolong sedang dengan kisaran antara 16,67–21,32 me100 g. KTK adalah
kemampuan permukaan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation Ca, Mg, K, Na, NH
4
, Al, Fe, dan H yang dinyatakan dalam me100 g koloid. Secara umum dikatakan bahwa semakin tinggi kadar liat semakin tinggi pula KTK
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991. Jenis partikel tanah akan berpengaruh terhadap pertukaran kation-kation dalam tanah. Tanah yang
didominasi oleh partikel liat akan memiliki kemampuan menjarap kation-kation lebih banyak, karena partikel liat memiliki lebih banyak pori-pori mikro tempat
berlangsungnya pertukaran kation-kation tanah, sedangkan jenis partikel pasir pertukaran kationnya akan sulit terjadi. Semakin tinggi nilai KTK maka serapan
kation-kation hara akan semakin meningkat Sugirahayu 2011. Bulk density
bobot isi menunjukkan bobot massa tanah pada kondisi lapangan yang telah dikeringovenkan per satuan volume. Berdasarkan hasil
analisis bobot isi rata-rata untuk lahan pasca terbakar adalah 1,60 dengan kisaran antara 1,51–1,70, sedangkan bobot isi rata-rata pada lahan tidak terbakar
sebesar 1,51 dengan kisaran antara 1,32–1,62. Menurut Sugirahayu 2011, nilai bobot isi dipengaruhi oleh tekstur tanah. Ukuran partikel-partikel yang
ditunjukkan dalam tekstur tanah akan mempengaruhi nilai bobot isi tanah. Bobot isi pada lahan pasca terbakar lebih tinggi dibanding dengan lahan tidak terbakar.
Hal ini dapat dikatakan bahwa lahan pasca terbakar memiliki tanah yang lebih padat dibandingan dengan lahan tidak terbakar. Keadaan tanah yang padat dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman karena akar-akarnya tidak dapat berkembang dengan baik Sugirahayu 2011.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Karbon tersimpan di atas permukaan tanah di areal reklamasi PT Bukit
Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah 21,79 tonha pada lahan
pasca terbakar dan 95,34 tonha pada lahan tidak terbakar.
2. Pendugaan karbon di areal reklamasi PT Bukit Asam, Tanjung Enim,
Sumatera Selatan, baik pada lahan pasca tebakar maupun tidak terbakar lebih baik menggunakan parameter diameter dibandingkan menggunakan
parameter tinggi. Karbon tersimpan dapat diduga dengan persamaan C = 4,31 - 3,023 DBH + 0,4118 DBH
2
. 3. Kebakaran
berpengaruh terhadap
kandungan karbon tersimpan pada atas permukaan tanah di lahan pasca terbakar. Penurunan karbon tersimpan
sebesar 77,14.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penyempurnaan mengenai penelitian ini adalah kebakaran hutan memiliki pengaruh terhadap potensi simpanan karbon
yaitu dapat mengurangi karbon tersimpan pada permukaan tanah, sehingga pentingnya dilakukan tindakan pengendalian kebakaran hutan.