dengan tanaman akasia daun lebar pada lahan pasca terbakar yaitu sebesar 55 individuha. Perbedaan nilai kerapatan masing-masing jenis disebabkan adanya
perbedaan penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan Arrijani et al. 2006.
5.2 Karbon tersimpan atas permukaan pada lokasi penelitian
Menurut Hairiah
et al. 2011, salah satu cara untuk mengendalikan
perubahan iklim adalah mengurangi emisi gas rumah kaca CO
2
, CH
4,
N
2
O dengan mempertahankan keutuhan hutan alami dan meningkatkan kerapatan
populasi pepohonan di luar hutan. Pengukuran jumlah karbon tersimpan dalam tubuh tanaman hidup pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknnya CO
2
di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Karbon tersimpan yang diukur pada
penelitian ini adalah karbon di atas permukaan yang meliputi karbon tersimpan pada vegetasi tingkat pohon, serasah dan vegetasi tingkat tumbuhan bawah.
5.2.1 Karbon tersimpan pada vegetasi tingkat pohon
Menurut Adinugroho 2006, yang dimaksud vegetasi pada tingkat ini adalah semua vegetasi dengan tinggi 1,5 m yang sering dikenal vegetasi tingkat
pancang, tiang, dan pohon. Karbon tersimpan yang terdapat dalam setiap jenis pohon pada lahan pasca terbakar dan lahan tidak terbakar dapat dilihat pada Tabel
4. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 5 jenis individu yang terdapat pada lahan pasca terbakar, karbon tersimpan terbesar terdapat pada jenis akasia daun lebar
yaitu sebesar 16,35 tonha. Hal ini disebabkan jenis akasia daun lebar pada lahan pasca terbakar, memiliki rata-rata diameter setinggi dada dan tinggi lebih besar
dibandingkan dengan yang lain yaitu 16,97 cm dan 11,29 m kecuali untuk tanaman sengon yang memiliki rata-rata diameter 19,11 cm dan rata-rata tinggi
16,00 m. Namun, jenis akasia daun lebar ini memiliki jumlah individu yang lebih tinggi yaitu sebesar 35 pohonplot dibandingkan dengan tanaman sengon yang
hanya memiliki 1 pohonplot. Pada lahan tidak terbakar, karbon tersimpan terbesar terdapat pada jenis akasia daun kecil sebesar 93,35 tonha. Hal ini karena
jenis akasia daun kecil memiliki diameter rata-rata dan tinggi rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jenis lain yaitu 28,00 cm dan 18,13 m serta
didukung oleh banyaknya pohon akasia daun kecil yang terdapat pada lahan tidak terbakar.
Tabel 4 Karbon tersimpan tiap jenis pohon
Nama Jenis Jumlah
individu Rata-rata
diameter cm Rata-rata
tinggi m Karbon
tonha a. Lahan pasca terbakar
Akasia daun lebar A. mangium 35
16,97 11,29
16,35 Kayu Putih M. cajuputi
52 9,60
9,38 4,33
Keliat M. tomentosa 22
6,34 7,32
0,35 Sungkay P. canescens
6 4,67
7,00 0,06
Sengon F. moluccana 1
19,11 16,00
0,24 Total
116 21,32
b. Lahan tidak terbakar Akasia daun kecil A. auriculiformis
67 28,00
18,13 93,35
Keliat M. tomentosa 14
7,28 6,55
0,37 Gmelina G. arborea
6 10,03
8,33 0,64
Sungkay P. canescens 1
15,29 9,50
0,13 Congcong belut B. ovata
15 3,97
5,62 0,13
Bungur L. speciosa 1
8,28 7,50
0,05 Total 104
94,68
Hasil penelitian Gintings 1997 dalam Masripatin et al. 2011, karbon tersimpan di atas permukaan tanah pada hutan tanaman akasia daun lebar umur 6
tahun di Benakat, Sumatera Selatan adalah 91,2 tonha, serta karbon tersimpan di atas permukaan tanah pada hutan tanaman sungkay umur 10–25 tahun di Benakat,
Sumatera Selatan dan stasiun penelitian hutan tanjungan Lampung adalah berkisar antara 35,7–71,8 tonha. Hasil penelitian Gintings 1997 dan Siregar et al.
2006 dalam Masripatin et al. 2011, karbon tersimpan di atas permukaan tanah pada hutan tanaman sengon umur 14–25 tahun di Jawa Timur dan Jawa Barat
adalah berkisar antara 112,8–122,7 tonha. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa karbon tersimpan baik pada hutan tanaman akasia daun
lebar, sungkay maupun sengon lebih besar dibandingkan dengan kandungan karbon tersimpan pada jenis akasia daun lebar, sungkay dan sengon di lokasi
penelitian. Hal ini diduga karena perbedaan umur dan jumlah tegakan yang terdapat pada masing-masing lokasi. Selain itu disebabkan juga oleh perbedaan
kondisi lingkungan pada masing-masing lokasi. Pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa karbon tersimpan pada pohon di
lahan pasca terbakar lebih rendah yaitu sebesar 21,32 tonha dibandingkan dengan karbon tersimpan pada pohon di lahan tidak terbakar yaitu sebesar 94,68 tonha.
Hal ini disebabkan kerapatan individu pohon dan banyaknya jenis individu pohon pada lahan tidak terbakar lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pasca terbakar.
Menurut Hairiah et al. 2007, jumlah karbon tersimpan ditentukan oleh keragaman dan kerapatan tumbuhan, jenis tanah, dan cara pengelolaan. Walaupun
total jumlah individu pada lahan tidak terbakar lebih sedikit dibandingkan dengan lahan tidak terbakar, tetapi rata-rata diameter dan tinggi pada lahan tidak terbakar
lebih besar dibandingkan lahan pasca terbakar. Hal inilah yang mempengaruhi kerapatan individu pada luasan plot penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa
kerapatan individu pada lahan tidak terbakar lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pasca terbakar.
Kerapatan kayu wood density juga mempengaruhi besarnya karbon tersimpan pada pohon. Berdasarkan tabel kerapatan kayu Tabel 1 terlihat bahwa
jenis-jenis individu pada lahan tidak terbakar memiliki kerapatan kayu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis individu pada lahan pasca terbakar. Salah
satu jenis yang terdapat pada lahan tidak terbakar memiliki kerapatan kayu tertinggi yaitu jenis concong belut dengan kerapatan kayu sebesar 0,73 gcm
3
. Menurut Novita 2010, potensi biomassa dapat mempengaruhi potensi selulosa,
lignin, zat ekstraktif dan hemiselulosa yang pada akhirnya mempengaruhi kandungan karbon tersimpan pada pohon. Selain itu, beberapa faktor yang
mempengaruhi biomassa tegakan hutan antara lain: umur tegakan hutan, perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan, serta faktor iklim seperti
suhu dan curah hujan. Perbedaan umur tegakan juga mempengaruhi perbedaan kandungan karbon tersimpan pada kedua lokasi tersebut. Tegakan pada lahan
tidak terbakar telah ditanam sejak tahun 1997 berumur 15 tahun, sedangkan pada lahan pasca terbakar baru ditanam sejak tahun 2006 berumur 6 tahun,
sehingga menyebabkan kandungan karbon tersimpan pada lahan tidak terbakar lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pasca terbakar.
Tabel 5 menunjukkan bahwa karbon memiliki korelasi positif yang kuat baik dengan tinggi pohon yaitu sebesar 0,74 maupun dengan diameter pohon yaitu
sebesar 0,91 korelasi kuat jika angka mendekati 1, korelasi lemah jika angka mendekati 0. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pohon dan semakin
besar diameter pohon, maka semakin besar karbon tersimpan yang terkandung pada pohon tersebut.
Tabel 5 Korelasi antara karbon dengan tinggi dan karbon dengan diameter pada berbagai jenis pohon di lahan pasca tambang
Parameter Koefisien
korelasi Karbon
‐Tinggi pohon 0,74
Karbon ‐Diameter pohon
0,91 nyata atau signifikan pada taraf 5
Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh beberapa persamaan regresi dengan R-square yang berbeda-beda Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7. Persamaan
diperoleh dari hasil analisis kuadratik. Persamaan regresi ini didasarkan pada parameter tinggi dan diameter setinggi dada DBH. Hasil analisis regresi dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil analisis regresi antara karbon dengan tinggi dan karbon dengan
DBH pada berbagai jenis pohon di lahan pasca tambang
Persamaan regresi
R ‐square
C = ‐0,542 – 1,859 DBH + 0,3570 DBH
2
93,40 C
= 43,36 – 16,39 T + 1,493 T
2
60,50 C
= ‐0,276 – 0,8035 DBH + 0,2360 DBH
2
95,30 C
= 92,18 – 28,31 T + 2,084 T
2
48,60 C
= 4,31 – 3,023 DBH + 0,4118 DBH
2
96,60 C
= 19,17 – 9,72 T + 1,226 T
2
54,20 C = karbon kg; DBH = diameter setinggi dada cm; T = tinggi pohon m
Tabel 6 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dapat digunakan berdasarkan nilai R-square tertinggi 96,60 adalah C = 4,31 – 3,023 DBH +
0,4118 DBH
2
, dengan hubungan regerasinya dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Hubungan regresi antara karbon dan diameter pada berbagai jenis pohon di lahan pasca tambang
Diameter cm Karbon kg
10 30
20 40
50 60
1400 1200
1000 800
400 600
200
C = 4,31 – 3,023 DBH + 0,4118 DBH
2
R-square menunjukkan keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh peubah X. Pada persamaan regresi ini, peubah X menunjukkan DBH dan peubah Y
menunjukkan kandungan karbonnya. Hal ini menunjukkan bahwa 96,60 dari kandungan karbon tersimpan pada suatu pohon dapat dijelaskan oleh DBH dari
pohon tersebut.
5.2.2 Karbon tersimpan pada serasah