B. Dampak kebakaran yang merugikan
Kebakaran hutan dan lahan juga memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Hal itu jelas terlihat dan dapat dirasakan pada saat terjadi kebakaran
hutan besar tahun 19821983 dan tahun 19971998. Hampir semua media masa memberitakan permasalahan lingkungan yang timbul akibat kebakaran berupa
kabut asap dan kerugian ekonomi, termasuk kerusakan ekosistem dan komponen- komponennya. Dampak kebakaran hutan dan lahan yang merugikan menurut
Syaufina 2008, meliputi:
1. Dampak kebakaran terhadap tanah
Kebakaran hutan dan lahan akan mengubah fungsi tanah dalam menyerap dan menyimpan cadangan air. Tanah berinteraksi dengan ekosistem lainnya
melalui suplai air di udara, sumber hara, dan menyangga tumbuhan secara mekanis. Kebakaran akan berdampak pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
dengan tahapan yang berbeda, tergantung pada beberapa faktor, seperti karakteristik tanah, intensitas dan lamanya kebakaran, waktu dan intensitas hujan
setelah terjadinya kebakaran, serta sifat bahan bakar. Kebakaran akan mempengaruhi suhu tanah, struktur tanah, serta
kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Selain itu, bobot isi bulk density
akan meningkat yang selanjutnya akan menurunkan porositas dan laju infiltrasi tanah. Hasilnya, aliran permukaan akan meningkat sehingga tanah
menjadi peka terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan erosi dan banjir. Kebakaran yang menimbulkan pemanasan tanah dapat menghancurkan struktur
tanah, mempengaruhi total porositas distribusi ukuran pori pada permukaan horizon tanah, melalui penurunan total porositas dan ukuran pori tanah.
Kehilangan pori makro pada permukaan tanah akan mengurangi laju infiltrasi dan meningkatkan aliran air pada permukaan tanah. Besarnya dampak kebakaran
terhadap sifat fisika tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis tanah, sifat tanah asal, intensitas kebakaran, tingkat kekerasan kebakaran fire severity,
presipitasi setelah kebakaran, dan periode pengukuran setelah kebakaran. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada, tidak lama setelah terjadi kebakaran
bobot isi akan meningkat. Beberapa waktu setelah peristiwa kebakaran, bobot isi cenderung menurun karena adanya proses pemulihan dari lahan yang terbakar.
Sistem kimia tanah yang terdiri atas komponen-komponen organik dan nonorganik berinteraksi secara kontinu dengan melibatkan bahan organik,
kapasitas tukar kation KTK, kapasitas buffer, dan pH tanah. Bahan organik ditemukan di atas maupun di bawah permukaan tanah. Jumlah bahan organik yan
dihasilkan oleh tumbuhan bervariasi, tergantung pada tipe vegetasi yang tumbuh. Hasil penelitian Setiyono 2004 yang menganalisis sifat kimia tanah pada
tegakan Acacia mangium yang terbakar di daerah Parungkuda, Sukabumi, menunjukkan bahwa kandungan C-organik meningkat secara nyata setelah
kebakaran. Hal itu disebabkan oleh pembakaran komponen utama berupa selulosa dan hemiselulosa serta lignin yang berubah menjadi senyawa karbondioksida dan
karbonat. Karbondioksida akan dilepas dalam bentuk gas saat terjadi kebakaran, sedangkan karbonat berakumulasi pada abu dan jatuh di permukaan tanah yang
akan menambah kandungan karbonat tanah. Hasil analisis tanah yang dilakukan Syaufina et al. 2005 dalam Syaufina 2008 pada lahan terbakar di hutan
sekunder Jasinga, Bogor menunjukkan bahwa tiga hari setelah pembakaran, kandungan Mg, K, dan Na menurun dengan nyata. Sementara itu, setelah satu
minggu terjadi peningkatan Na dan penurunan KTK secara signifikan. Terjadi peningkatan C-organik, N-total, K, dan Na secara signifikan dalam periode dua
minggu. Selanjutnya, setelah tiga minggu terjadi peningkatan C-organik, N-total, K, dan Na secara signifikan.
2. Dampak kebakaran terhadap vegetasi