18
Dalam menjalankan kegiatan usahanya lembaga keuangan Islam harus sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
2. Operasional Menggunakan Sistem Bagi Hasil
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana shahibul maal dengan pengelola dana
mudharib.
16
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara lembaga keuangan dengan penyimpan dana, maupun antara lembaga keuangan
dengan nasabah penerima dana. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh
kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil
usaha tersebut ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil
atas usaha yang dikerjasamakan. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah
dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk pendanaan tabungan dan deposito maupun pembiayaan, sedang musyarakah hanya untuk
pembiayaan.
17
Dengan demikian, investasi berjangka dalam melaksanakan kegiatan operasional dan pembagian hasil usahanya menggunakan sistem
16
Ibid., h. 221.
17
Ibid., h. 221-222.
19
bagi hasil. Sistem bagi hasil usaha tersebut ditetapkan dengan menggunakan nisbah.
3. Akad Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah
adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal shahibul maal mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola mudharabah dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
18
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalam ini lebih tepatnya adalah
proses sseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
19
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana shahibul maal menyediakan seluruh 100
modal, sedangkan mudharib menjadi pengelola, untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan atau usaha. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh shahibul maal
18
Ahamd Rodoni, Investasi Syariah, Cet. I, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 35.
19
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek Jakarta: Gema Insani Press, 2011,
h. 95.
20
selama kerugian itu kecurangan atau kelalaian si mudharib, si mudharib harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
20
Mudharib adalah entrepreneur, yang melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan atau hasil atas usaha yang dilakukann.
Shahibul maal sebagai pihak pemilik modal atau investor, perlu mendapat imbalan atas dana yang diinvestasikan.
21
Gambar 2.1 Akad Mudharabah
Keterangan: 1
Mudharib dan shahibul maal melaksanakan kerjasama usaha. Bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah
diperjanjikan antara shahibul maal dan mudharib.
20
Ibid., h. 95.
21
Ismail, Perbankan Syariah Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. I, h. 84.
Shahibul maalNasabah
MudharibBank
Proyek Usaha
Keuntungan Pendapatan