Model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS berkah madani

(1)

MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI

BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

SEKAR ASIH SAMAWI NIM : 1110046100080

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI, adalah skripsi hasil karya Sekar Asih Samawi, NIM 1110046100080. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan konsep bagi hasil investasi berjangka mudharabah menurut prinsip ekonomi syariah, menjelaskan konsep bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani, menjelaskan apakah penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah KJKS Berkah Madani telah sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan berupa studi kasus, dengan metode analisis deskriptif. Yaitu dengan menggambarkan model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani dan kesesuaiannya terhadap prinsip ekonomi syariah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pertama, konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 menggunakan akad mudharabah dan metode revenue sharing. Kedua, penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani menggunakan akad

mudharabah dan metode revenue sharing. Ketiga, kesesuaian penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 ditemukan persamaan akad dan rumus menghitung PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan) dalam metode revenue sharing. Namun ditemukan perbedaan rumus menghitung bagi hasil, pendapatan dan equivalent rate

dalam metode revenue sharing.

Kata Kunci : Bagi Hasil, Investasi Berjangka, Mudharabah

Pembimbing : Aini Masruroh, SE.I, MM Daftar Pustaka : Tahun 1972 s/d Tahun 2014


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beiring rasa syukur penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Model Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah di KJKS

Berkah Madani”.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia kepada kehidupan yang lebih baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik maupun saran yang bertujuan untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:


(7)

iii

1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Bapak H. Abdurrauf, LC, MA. Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum.

4. Ibu Aini Masruroh, SE.I, MM. Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh ikhlas dan sabar untuk membimbing penulis, memberikan arahan, serta saran-saran yang bermanfaat dari mulai awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Segenap dosen pengajar Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan bimbingan dan bantuannya hingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang Perbankan Syariah. 6. Ibu Siti Umainah sebagai Manajer Operasi KJKS Berkah Madani beserta staff

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan izin penelitian, pengambilan data serta memberikan saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Rasa terimakasih tiada terhingga kepada Ayahanda H. Sedjo dan Ibunda Retno Windari yang telah memberikan dukungan moril dan materil, kesabaran, serta cintanya kepada penulis yang tak pernah habis selama saya menuntut ilmu hingga penyelesaian skripsi ini.


(8)

iv

8. Adik-adiku tersayang Sabila, Shofie, Sari dan Farid yang selalu memberikan “warna” pada hari-hari penulis.

9. Keluarga besar Eyang H. Soekatmoko dan (Almh.) Hj. Sumiyati yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan yang tulus kepada penulis. Spesial terimakasih kepada Almh. Eyang Uti di hari-hari akhir hayat selalu menghibur dan menyemangati penulis hingga Eyang Uti dipanggil Sang Khalik.

10. Sahabat-sahabat terbaikku dari Konsulat Jakarta MA Al-Mukmin yang telah turut membantu mendukung penulis dalam penyusunan dan selalu siap membantu penulis dalam kesulitan. Semoga tali silaturahmi kita selalu kuat dan terjaga dengan baik.

11. Sahabat-sahabat terbaikku dari MA Al-Mukmin Surakarta, Lusi, Anis, Nelly, Rossi, Tia, Tita, Uci, Ara, Nisa, Firly, Lina, Leni, Cuwi, Twins, Coco, Nieke, Azka, Fina, Ican, Nana, Memel, Astri, Adun, Fika, Capung, Tawon, Bekti, Tutik, dan semuanya yang tidak bias penulis sebutkan satu-persatu terimakasih atas doa dan dukungannya.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Perbankan Syariah B angkatan 2010 Della Puspita Sari dan Marlena Irena yang selalu menyenangkan, lucu dan membuat kata-kata „aneh‟ selama penulis menuntut ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Sahabat-sahabat terbaikku Perbankan Syariah B angkatan 2010 Fifi, Putri, Mpok, Ai, Eci, Fajri, Anggun, Amoy, Tari, Aam dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membimbing dan membantu selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

v

14. Sahabat-sahabat TIM KKN Jejak 2010 yang telah menjadi keluarga baru dan bersama-sama menyukseskan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa Banyuwangi-Cigudeg, Bogor, selama satu bulan penuh.

15. Untuk Sahabat-sahabat satu angkatan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga amal dan jasa baik yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan diberikan ganjaran. Aamiin.

Jakarta, 12 Juni 2014 M


(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………vi

DAFTAR GAMBAR……….………...…ix

DAFTAR TABEL……….x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….7

D.Kerangka Pemikiran………....10

E. Teknik Penulisan……….11

F. Sistematika Penulisan……….11

BAB II KAJIAN TEORI A.Koperasi Jasa Keuangan Syariah………14


(11)

vii

C. Peraturan Terkait Investasi Berjangka……….37

D. Tinjauan Studi Terdahulu………41

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian………...46

B. Sumber dan Jenis Data………...47

C. Teknik Pengumpulan Data ……….48

D.Teknik Analisis Data………..49

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian………..…52

B. Analisis Konsep Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 17 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 ………...………..60

C. Analisis Penerapan Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah di KJKS BerkahMadani ………..63

1. Investasi Berjangka 1 Bulan……….71

2. Investasi Berjangka 3 Bulan……….74

3. Investasi Berjangka 6 Bulan……….77

4. Investasi Berjangka 12 Bulan………...80 D.Analisis Kesesuaian Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka


(12)

viii

dan 17 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun

2004………...85

BAB V PENUTUPAN

A.Kesimpulan……….89

B. Saran………90

DAFTAR PUSTAKA………..91


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pemikiran………..…………9

Gambar 2.1 Akad Mudharabah………...19

Gambar 2.2 Deposito Berjangka Mudharabah………26

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Hiberman (1992)………...49

Gambar 4.1 Pertumbuhan Aktiva, PYD & Pencairan Tahun 2010-2013…..52

Gambar 4.2 Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga & Pinjaman Tahun


(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nisbah dan Informasi Saldo………31

Tabel 2.2 Penghitungan Bagi Hasil (Dalam Jutaan)…………...32

Tabel 2.3 Perbandingan Studi Terdahulu………40

Tabel 4.1 Rasio Keuangan Tahun 2012-2013……….57

Tabel 4.2 Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka………….59

Tabel 4.3 Nisbah Bagi Hasil dan Equivalent Rate Tahunan pada Produk Investasi Berjangka Berkah Tahun 2013 di KJKS Berkah Madani………62

Tabel 4.4 Jumlah Anggota dan Dana Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani Periode 2012-2013………..63

Tabel 4.5 Penghitungan Setara Nisbah Bagi Hasil Bulan Januari 2013 KJKS Berkah Madani……….68

Tabel 4.6 Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani dengan Prinsip Ekonomi Syariah……...83


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kini, dunia perbankan di Indonesia sudah berkembang. Lembaga Keuangan Mikro (non bank) yang berbasis syariah tidak mau kalah dalam persaingan untuk meramaikan dunia perbankan di Indonesia. Lembaga Keuangan Mikro Syariah hanya melakukan transaksi yang halal, bebas riba

(bunga), dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah mempunyai peran yang signifikan dalam mengembangkan ekonomi masyarakat menengah kebawah sebagai sasaran utama melalui berbagai pembiayaan mikro dan penghimpunan dananya. Hal ini tidak terlepas dari kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya. Lembaga Keuangan Mikro Syariah terdiri dari berbagai lembaga salah satunya yaitu, Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai


(16)

2

dengan pola bagi hasil (syariah).1 Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan umat Islam yang bersifat sosial dan mengelola dana umat sesuai dengan syariat Islam.

KJKS Berkah Madani merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang berada di Kota Depok Propinsi Jawa Barat yang kegiatan operasionalnya dimulai pada tahun 2004. Sebagai sebuah keuangan Islam yang keberadaannya diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh umat Islam untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui produk perbankan yang disediakan. Sebagaimana layaknya suatu bank, KJKS Berkah Madani juga menyediakan fasilitas penitipan uang (penghimpunan dana/ kegiatan funding) dan pemberian pembiayaan (kegiatan finding) kepada semua sektor yang membutuhkan dana.2 Sesuai dengan fungsi dan jenis dana yang dapat dikelola oleh lembaga Islam yang mengembangkan konsep bebas riba

(bunga), selanjutnya melahirkan berbagai macam jenis produk pengumpulan dan penyaluran dana oleh lembaga syariah.

Dalam operasionalnya KJKS dalam pengambilan keuntungannya memakai sistem bagi hasil. Bagi hasil merupakan bentuk return dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap.3 Bagi hasil adalah

1

Amrullah Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 13.

2

Artikel diakses pada 9 Desember 2013 dari http://ekonbisyariah.blogspot.com/2009/07/kjks-lembaga-keuangan-mikro-syariah-yang.html

3

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.III, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 191.


(17)

3

pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank.4 Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

Dalam aplikasinya mekanisme penghitungan bagi hasil memiliki dua metode, yaitu:5

1. Bagi Hasil dengan Menggunakan Revenue Sharing

Dasar penghitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing

adalah penghitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atau usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.6

4

Ismail, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 96.

5

Ibid., h. 98-99.

6


(18)

4

2. Bagi Hasil dengan Menggunakan Profit/Loss Sharing

Dasar penghitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak, Bank maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian.7

Prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil di KJKS Berkah Madani pada umumnya menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyarakah dan

mudharabah. Dalam kesempatan ini penulis akan menitikberatkan sistem bagi hasil yang menggunakan akad mudharabah. Pada produk investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani.

Mudharabah adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang member modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.8 Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam perbankan syariah dari penghimpunan dana adalah Tabungan Mudharabah dan Investasi Berjangka Mudharabah, tabungan mudharabah yaitu tabungan/simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai

7

Ibid,. h. 99.

8

Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 95.


(19)

5

perjanjian dengan menggunakan akad mudharabah, sedangkan investasi berjangka mudharabah adalah simpanan yang mempunyai masa tenggang waktu dan hanya bisa ditransaksi setelah batas akad waktu perjanjian yang terikat dengan menggunakan akad mudharabah.

KJKS Berkah Madani memberikan imbalan atas penempatan investasi berjangka berupa bagi hasil yang besarnya ditentukan pada saat pembukaan sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan. Pembayaran bagi hasil investasi berjangka dilakukan pada tanggal saat simpanan berjangka dibuka. Jangka waktu yang diberikan KJKS Berkah Madani dalam produk investasi berjangka berkah mudharabah bervariasi antara lain: jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 24 bulan. Perbedaan jangka waktu investasi berjangka tersebut merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan menimbulkan perbedaan balas jasa berupa besarnnya persentase nisbah bagi hasil. Pada umumnya, semakin lama jangka waktu simpanan berjangka akan semakin tinggi persentase nisbah bagi hasil yang diberikan oleh KJKS Berkah Madani.9

Masyarakat umum selaku pemilik dana, tentunya ingin mengetahui bagaimana tata cara penghitungan bagi hasil atas investasi berjangka mudharabah yang dimilikinya beserta manfaat dan analisis sistem bagi hasil, maka dari itu penulis mencoba menganalisis tata cara penghitungan yang digunakan oleh KJKS Berkah Madani selaku KJKS percontohan untuk studi

9


(20)

6

banding koperasi syariah di kota Depok,10 terutama pada produk investasi berjangka mudharabah. Karena Equivalent rate yang diberikan oleh KJKS Berkah Madani lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah. Equivalent rate pada produk investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani pada tahun 2013 bisa mencapai persentase yang tinggi yaitu mencapai 13,98%. Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis tertarik untuk menjawab, meneliti, mengamati, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh dan mendalam pembahasan di atas dalam skripsi ini dengan judul:

“MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI

BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah, skripsi ini hanya akan membahas pada penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah pada KJKS Berkah Madani, dan apakah telah sesuai dengan ekonomi syariah. Adapun ruang lingkup adalah objek penelitian dalam penelitian ini, yaitu pada KJKS Berkah Madani sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia yang berbentuk KJKS (Non Bank) yang memberikan jasa keuangan dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.

10


(21)

7

Sesuai dengan judul skripsi yaitu “MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI”, permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004? 2. Bagaimana penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah di KJKS Berkah Madani?

3. Bagaimana kesesuaian penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini, disamping bertujuan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah, penulis memiliki tujuan, yaitu:


(22)

8

a. Menjelaskan konsep pengitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 41 Tahun 2004.

b. Menjelaskan penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani.

c. Menjelaskan apakah penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani telah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Meteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2000.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah:

a. Bagi Akademis

Dapat mengetahui dan belajar mengenai penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000, Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 dan di KJKS Berkah Madani. Serta diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(23)

9

Dapat menjadi masukan bagi pemerintah, khususnya Dewan Syariah Nasional – MUI dan Menteri Koperasi dalam model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah.

c. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas untuk mengetahui model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI, Menteri Koperasi dan di KJKS Berkah Madani.


(24)

10

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Alur Kerangka Penelitian

Sumber: Diolah sendiri BMT

Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sifatnya informal. Dengan badan

hukum koperasi atau kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan operasional bank dalam skala kecil (micro).

BPRS Bank Perkreditan rakyat Syariah merupakan BPR

biasa yang pola operasionalnya mengikuti

prinsip-prinsip ekonomi (syari’at) Islam, yakni bagi

hasil. KJKS

Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sifatnya formal. Dengan

badan hukum koperasi dan operasional bank dalam skala kecil (micro).

Produk-produk: Produk Pembiayaan dan Produk Penghimpunan Dana

Produk Pembiayaan: 1. P. Musyarakah

2. P. Mudharabah 3. P. Murabahah

4. P. Ijarah

5. OPERASIONAL

Produk Penghimpunan Dana: 1. T. Berkah Hasil 2. T. Berkah Fitri 3. T. Berkah Qurban 4. T. Berkah Siswa 5. T. Berkah Walimah 6. T. Berkah Amanah 7. T. Haji Berkah Talbiyah 8. Investasi Berjangka

Berkah Mudharabah

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)

Penerapan Penghitungan Bagi Hasil Simpanan Berjangka Mudharabah di

KJKJS Berkah Madani

Konsep Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah Berdasarkan:

1.Fatwa DSN MUI No. 03 Tahun 2000 Tentang Deposito 2.Fatwa DSN MUI No. 15 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi

Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah

3.Kepmenkop No. 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

KJKS BERKAH MADANI

Apakah sesuai penerapan penghitungan bagi hasil simpanan berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI dan Menteri Koperasi?


(25)

11

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan non bank yang dapat berupa: BMT, KJKS juga BPRS.

2. Peneliti akan mengadakan penelitian di KJKS Berkah Madani yang beralamat di Jl. Akses UI No. 91 Depok Jawa Barat pada produk penghimpunan dana, yaitu produk investasi berjangka berkah mudharabah. Penelitian ini hanya akan membahas penerapan penghitungan bagi hasil pada produk investasi berjangka berkah mudharabah di KJKS Berkah Madani, konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah

berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 dan kesesuaian penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 17 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004.

Demikian teori-teori terkait yang dapat dijelaskan baik berhubungan secara langasung maupun tidak langsung terhadap penelitian model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani ditinjau oleh Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004.


(26)

12

E. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah

pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka dan literatur mengenai Koperasi Jasa Keuangan Syariah, konsep bagi hasil investasi berjangka, dan peraturan terkait investasi berjangka. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penulisan.


(27)

13

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah

berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004, penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani, dan kesesuaian penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang menggunakan.


(28)

14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah

1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, produksi, perdagangan dan simpanan sesuai dengan pola layanan syariah.

Menurut Amirullah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah).11

Dengan demikian dapat kita fahami dari kedua pengertian di atas bahwasanya Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah.

11


(29)

15

2. Landasan Hukum dan Asas Koperasi Jasa Keuangan Syariah Koperasi syariah berlandaskan kepada tiga hal diantaranya adalah: a. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

b. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.

c. Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan saling tolong menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).12

Dengan demikian landasan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, syariah Islam dan berazaskan kekeluargaan.

3. Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di dalam intern pendiri. Mendirikan koperasi syariah akan memerlukan perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan.

12 Ian Ahmad Fauzi, “Faktor

-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Pada Koperasi

Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam


(30)

16

Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan tidak riba, perjudian (maysir) serta ketidakjelasan (gharar). Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.13

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah:

a. KJKS dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota koperasi;

b. Pembentukan KJKS harus disetujui oleh rapat anggota koperasi yang bersangkutan dan ditetapkan dalam anggaran dasarnya; c. Modal awal pendirian KJKS sekurang-kurangnya Rp

15.000.000 (lima belas juta rupiah)

d. Rencana kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;

13 Aan Afrianti, “Strategi Ko

perasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat Non Performing Financing/NPF (Studi Kasus pada KJK Syariah Ar-Rahmah Cinere),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 16-17.


(31)

17

e. Membentuk pengurus, pengawas, ahli syariah atau dewan syariah dan p6engelola.14

Dengan demikian, dalam pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah harus berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004.

B. Konsep Bagi Hasil Investasi Berjangka

1. Prinsip Dasar Lembaga Keuangan Islam

Lembaga keuangan Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai landasan, yaitu:15

a. Larangan Riba

b. Mengutamakan dan Mempromosikan Perdagangan dan Jual Beli

c. Keadilan

d. Kebersamaan dan Tolong Menolong

e. Saling Mendorong untuk Meningkatkan Prestasi.

Perbedaan antara lembaga keuangan Islam dengan lembaga keuangan konvensional adalah adanya prinsip-prinsip dasar tersebut.

14

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cet.VI, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 273.

15

Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk, Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta: Pusat Komunikasi E.konomi Syariah, 2008, Cet. Pertama), h. 212-220.


(32)

18

Dalam menjalankan kegiatan usahanya lembaga keuangan Islam harus sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.

2. Operasional Menggunakan Sistem Bagi Hasil

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib).16 Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara lembaga keuangan dengan penyimpan dana, maupun antara lembaga keuangan dengan nasabah penerima dana. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil usaha tersebut ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah

dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedang musyarakah hanya untuk pembiayaan.17

Dengan demikian, investasi berjangka dalam melaksanakan kegiatan operasional dan pembagian hasil usahanya menggunakan sistem

16

Ibid., h. 221.

17


(33)

19

bagi hasil. Sistem bagi hasil usaha tersebut ditetapkan dengan menggunakan nisbah.

3. Akad Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah

adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharabah) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.18

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalam ini lebih tepatnya adalah

proses sseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.19

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana shahibul maal menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan mudharib menjadi pengelola, untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan atau usaha. Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh shahibul maal

18

Ahamd Rodoni, Investasi Syariah, Cet. I, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 35.

19M. Syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), h. 95.


(34)

20

selama kerugian itu kecurangan atau kelalaian si mudharib, si

mudharib harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.20

Mudharib adalah entrepreneur, yang melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan atau hasil atas usaha yang dilakukann.

Shahibul maal sebagai pihak pemilik modal atau investor, perlu mendapat imbalan atas dana yang diinvestasikan.21

Gambar 2.1 Akad Mudharabah

Keterangan:

(1) Mudharib dan shahibul maal melaksanakan kerjasama usaha. Bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah diperjanjikan antara shahibul maal dan mudharib.

20

Ibid., h. 95.

21

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. I), h. 84. Shahibul

maal/Nasabah

Mudharib/Bank

Proyek Usaha


(35)

21

(2) Shahibul maal menyerahkan modal 100%, artinya semua usaha akan dibiayai oleh modal milik shahibul maal.

(3) Mudharib, sebagai pengusaha atas dasar keahliannya, akan mengelola dana investasi dalam sebuah proyek atau sebuah usaha riil.

(4) Pendapatan atas hasil usaha proyek tersebut akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan.

(5) Pada saat jatuh tempo perjanjian, maka modal yang telah diinvestasikan oleh shahibul maal akan dikembalikan semuanya (100%) oleh mudharib kepada shahibul maal, dan akad

mudharabah telah berakhir.

Dengan demikian, dalam akad mudharabah pihak bank selaku

mudharib dan nasabah selaku shahibul maal, serta pembagian hasil usaha ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah diperjanjikan antara mudharib dan shahibul maal.

b. Dasar Hukum Mudharabah

Secara umum, dasar hukum syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat berikut ini.22

22M. Syafi’I Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), h. 95.


(36)

22

















...



“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah SWT ...” (al-Muzammil: 20)23

Yang menjadi argumen dari surat al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah

yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.24 Mereka bepergian meninggalkan tempat tinggalnya untuk mencari sebagian karunia Allah baik keuntungan perniagaan atau memperoleh ilmu. Akan tetapi yang kita bahas ini adalah mengenai konsep mudharabah

dalam mencari keuntungan.25













...



Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT ...” (al-Jumu’ah: 10)26

Ayat di atas menyatakan: lalu apabila telah ditunaikan shalat, maka jika kamu mau, maka bertebarlah kamu di muka bumi untuk

23

Al-Qur’an Surat Al-Muzammil: 20.

24M. Syafi’I Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), h. 95.

25

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 537.

26


(37)

23

tujuan apapun yang dibenarkan Allah, karena karunia Allah sangat banyak dan tidak mungkin kamu dapat mengambil seluruhnya, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya jangan sampai kesungguhan kamu mencari karunia-Nya itu melengahkan kamu. Berdzikirlah dari saat ke saat dan di setiap tempat dengan hati atau bersama lidah kamu supaya kamu beruntung memperoleh apa yang kamu dambakan.27

















Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu ...” (al-Baqarah: 198)28

Ayat ini menerangkan bahwasannya kita sebagai umat Islam dianjurkan mencairkan anugerah (keuntungan) dari Allah berupa rizki dari perniagaan dan usaha halal lainnya.29

Surat al-Jumu’ah: 10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.30

27

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),. h. 230.

28

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 198.

29

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),. h. 436.

30M. Syafi’i Antonio

, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), h. 95.


(38)

24

Dengan demikian, ayat-ayat tersebut yang menjadikan dasar hukum kedua belah pihak dalam melaksanakan kerjasama usaha menggunakan akad mudharabah.

c. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:

mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.31 (1) Mudharabah Mutlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah

adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke

mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. (2) Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah

restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini

31


(39)

25

seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal

dalam memasuki jenis dunia usaha.32

Dengan demikian, dua jenis mudharabah tersebut hanya dibedakan berdasarkan batasan-batasan tertentu oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

4. Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka a. Pengertian Investasi Berjangka

Investasi berjangka atau bisa disebut deposito dalam dunia perbankan. Deposito, menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.

Deposito berjangka adalah simpanan yang mempunyai masa tenggang waktu dan hanya bisa ditransaksi setelah batas waktu akad perjanjian yang terikat. Jika akad yang digunakan dalam deposito berjangka adalah akad mudharabah maka dapat disebut deposito berjangka mudharabah. Sifat deposito berjangka yaitu penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai jangka waktunya, sehingga pada umumnya balas jasa yang berupa nisbah bagi hasil yang diberikan

32


(40)

26

oleh bank untuk deposito berjangka lebih tinggi dibanding tabungan (wadiah).33

Deposito berjangka merupakan dana yang dapat diambil sesuai dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu yang disepakati. Penarikan deposito berjangka hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu, misalnya deposito berjangka diperjanjikan jangka waktunya satu bulan, maka deposito berjangka dapat dicairkan setelah satu bulan.34

Jangka waktu deposito berjangka ini bervariasi antara lain:35 Deposito Jangka waktu 1 bulan.

Deposito Jangka waktu 3 bulan. Deposito Jangka waktu 6 bulan. Deposito Jangka waktu 12 bulan. Deposito Jangka waktu 24 bulan.

Perbedaan jangka waktu deposito berjangka di atas merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan menimbulkan perbedaan balas jasa berupa besarnya persentase nisbah bagi hasil. Pada umumnya, semakin lama jangka waktu deposito berjangka akan

33

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. I), h. 91.

34

Ibid., h. 92.

35


(41)

27

semakin tinggi persentase nisbah bagi hasil yang diberikan oleh Bank.36

Bank memberikan imbalan atas penempatan deposito berjangka berupa bagi hasil yang besarnya ditentukan pada saat pembukaan sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan. Pembayaran bagi hasil deposito berjangka dilakukan pada tanggal valuta, yaitu tanggal pada saat deposito berjangka dibuka. Deposito berjangka pada Bank menggunakan akad mudharabah, yang sering disebut deposito berjangka mudharabah.37

Untuk memudahkan pemahaman, dapat dilihat pada Skema 2.2 Deposito Berjangka Mudharabah berikut ini.

36

Ibid., h. 92.

37


(42)

28

Gambar 2.2

Deposito Berjangka Mudharabah

Dengan demikian, investasi berjangka merupakan deposito. Yakni, simpanan dana dalam jumlah tertentu yang transaksinya hanya dapat dilakukan setelah batas waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak pada saat perjanjian.

b. Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka

Penghitungan bagi hasil yang diterapkan KJKS berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pasal 22 ayat (3) bahwa penghitungan bagi hasil untuk

BANK SYARIAH

NASABAH

Nominal Deposito

PEMBIAYAAN

PENDAPATAN


(43)

29

tabungan dan simpanan berjangka sesuai pola bagi hasil (syariah) dilakukan dengan Sistem Distribusi Pendapatan. Pasal 22 ayat (4) bahwa penetapan distribusi pendapatan diperoleh dari penghitungan saldo rata-rata perklasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana, dikalikan dengan komponen pendapatan dikalikan nisbah bagi hasil masing-masing produk tabungan/simpanan berjangka yang dibagikan.

Bagi hasil merupakan bentuk return dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.38

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak Bank. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasi usaha dalam bank ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak

38

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.III, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 191.


(44)

30

dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar penghitungan bagi hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan 2 metode:39 (1) Bagi hasil dengan menggunakan revenue sharing

Dasar penghitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing adalah penghitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.

Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan.

Nisbah yang telah ditetapkan adalah 10% untuk Bank dan 90% untuk nasabah. Dalam hal bank sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal, bila bank memperoleh pendapatan Rp 10.000.000,- maka bagi hasil yang diterima oleh bank adalah Rp 10% x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000’- dan bagi hasil yang diterima oleh nasabah sebesar Rp 9.000.000,-.

Pada umumnya bagi hasil terhadap investasi dana dari masyarakat menggunakan revenue sharing.

(2) Bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing

39


(45)

31

Dasar penghitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak, bank maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian.

Dalam contoh tersebut, misalnya total biaya Rp 9.000.000,- maka:

(a) Bagi hasil yang diterima oleh nasabah adalah Rp 90.000,- (90% x (Rp 10.000.000,- - Rp 9.000.000,-.))

(b) Bagi hasil untuk bank sebesar Rp 100.000,- (10% x (10.000.000,- - 9.000.000,-).

Penalti merupakan denda yang dibebankan kepada nasabah pemegang rekening deposito berjangka mudharabah apabila nasabah mencairkan deposito berjangkanya sebelum jatuh tempo. Penalti ini dibebankan karena bank telah mengestimasikan penggunaan dana tersebut, sehingga pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo dapat mengganggu likuiditas bank. Bank perlu membebankan penalty

(denda) kepada setiap nasabah deposito berjangka yang menarik deposito berjangkanya sebelum jatuh tempo. Penalti tidak boleh diakui sebagai pendapatan operasional bank, akan tetapi digunakan


(46)

32

untuk dana kebajikan, yang dimanfaatkan untuk membantu pihak-pihak yang membutuhkan.40

Setelah mengetahui tahapan menghitung bagi hasil dengan menggunakan 2 metode tersebut, maka pembahasan berikutnya yaitu tentang cara menghitung bagi hasil atas deposito berjangka

mudharabah. Di bawah ini dibuat ilustrasi kasus penghitungan bagi hasil untuk deposito berjangka mudharabah mutlaqah.41

Di dalam counter Bank Syariah tertulis informasi tentang nisbah sebagai berikut:42

Tabel 2.1

Nisbah dan Informasi Saldo43

Jenis Investasi Mudharabah Nisbah

Nasabah Bank

a. Tabungan mudharabah 55% 45%

b. Simpanan Berjangka mudharabah mutlaqah

b.1. Jangka waktu 1 bulan 60% 40%

b.2. Jangka waktu 3 bulan 63% 37%

b.3. Jangka waktu 6 bulan 65% 35%

b.4. Jangka waktu 12 bulan 58% 42%

Informasi lainnya:

Saldo rata-rata giro wadiah 10.000.000.000

Saldo rata-rata tabungan wadiah 5.000.000.000

Saldo rata-rata tabungan mudharabah 15.000.000.000

Saldo simpanan berjangka:

a. Simpanan berjangka jangka waktu 1 bulan 20.000.000.000

40

Ibid,. h. 95.

41

Ibid., h. 100.

42

Ibid,. h. 101.

43

Ismail, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 101-102.


(47)

33

b. Simpanan berjangka jangka waktu 3 bulan 25.000.000.000 c. Simpanan berjangka jangka waktu 6 bulan 15.000.000.000 d. Simpanan berjangka jangka waktu 12 bulan 10.000.000.000 Rata-rata pembiayaan pada bulan April 2013 adalah sebesar:

100.000.000.000

Pendapatan:

a. Bagi hasil 500.000.000

b. Margin keuntungan 300.000.000

c. Pendapatan sewa ijarah 200.000.000

Dari semua informasi tersebut, maka dapat dihitung bagi hasil untuk masing-masing investasi mudharabah dengan tahapan sebagai berikut:

a. Jumlah investasi mudharabah

a.1. Tabungan mudharabah 15.000.000.000 a.2. Simpanan berjangka mudharah 70.000.000.000 a.3. Total investasi mudharabah 85.000.000.000

b. Jumlah pendapatan 1.000.000.000

c. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagihasilkan antara Bank dan dan Nasabah, yaitu income distribution sebagai berikut:

Income Distribution = Investasi mudharabah x Pendapatan Total Penyaluran Dana = 85,000,000,000 x 1,000,000,000 100,000,000,000


(48)

34

Tabel 2.2

Penghitungan Bagi Hasil (Dalam Jutaan)44 Jenis Investasi

Saldo

rata-rata

Income Bagi Hasil Investor Bagi Hasil Bank

Mudharabah Harian Distribu

tion Nisbah

Bagi

Hasil Nisbah

Bagi Hasil TabunganSimpanan

Berjangka 15.000 807,55 5% 78,375 45% 64,125 a. 1 bulan 20.000 807,56 0,1% 14.000 40% 76.000 b. 3 bulan 25.000 807,56 3,1% 49.625 37% 87.875 c. 6 bulan 15.000 807,56 5% 92.625 35% 49.875 d. 12 bulan 10.000 807,56 8% 64.600 32% 30.400

Total 85.000 299.225 308.275

Dari Tabel 2.1, dapat dijelaskan sebagai berikut:

i. Total Pendapatan Bank Syariah sebelum diberikannya bagi hasil adalah Rp 1.000.000.000,-

ii. Pendapatan yang akan dibagihasilkan atau income distribution

antara Bank Syariah dan Nasabah adalah sebesar Rp 850.000.000,-

iii. Bagi hasil untuk simpanan berjangka waktu 1 bulan, dengan rumus sebagai berikut:

Saldo simpanan berjangka 1 bulan x pendapatan yang akan dibagihasilkan x nisbah = Total saldo seluruh simpanan

Rp 20.000.000.000,- x Rp 850.000.000,- x 60% = Rp 120.000.000,- Rp 85.000.000.000,-

44


(49)

35

Bagi hasil untuk deposito berjangka mudharabah jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, dapat dihitung seperti pada perhitungan bagi hasil pada deposito berjangka mudharabah dengan jangka waktu 1 bulan.

Dengan demikian, penghitungan bagi hasil investasi berjangka yang sesuai dengan syariat Islam juga memperhatikan kemaslahatan kedua belah pihak menggunakan metode revenue sharing. Dalam metode

revenue sharing, penghitungan bagi hasil di dasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. 5. Equivalent Rate

Equivalent rate nisbah bagi hasil adalah indikasi tingkat imbalan dari suatu pananaman dana atau penghimpunan dana atau penghimpunan dana bank pelapor45. Equivalent rate juga berarti tingkat pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan. Equivalent rate ini perannya sama dengan bunga pada bank konvensional, yaitu memberikan gambaran seberapa besar tingkat pengembalian atas investasi yang ditanam. Bedanya, bunga langsung diperjanjikan di awal kontrak sebelum investasi berjalan. Sedangkan Equivalent rate dihitung oleh pihak bank setiap akhir bulan setelah investasi yang dijalankan memberikan hasil. Jadi, nasabah dapat melihat berapa Equivalent rate bank bulan lalu untuk memberikan perkiraan berapa Equivalent rate bank pada bulan berjalan.

45


(50)

36

Dalam penerapannya, tidak boleh menyamakan bagi hasil dengan

Equivalent rate, kecuali Equivalent rate tersebut merupakan hasil masa lalu. Jadi misalnya jika suatu bank menyatakan bagi hasil bulan kemarin setara dengan 12% tetap saja tidak dapat menentukan berapa besaran bagi hasil pada bulan yang akan datang. Jika nisbah bagi hasil misalnya 60:40, hasil dari bagi hasil di masa dating kemungkinan bisa kurang bisa lebih dari 12%, semuanya tergantung dari pendapatan bank. Hal seperti ini merupakan praktek yang umum di bank syariah di Indonesia. Penyebutan

Equivalent rate hanya untuk mempermudah nasabah dalam

memperkirakan bagi hasil saja, dan bukan bagi hasilnya. Jika Equivalent rate sama dengan bagi hasil di masa yang akan dating berarti bagi hasil tersebut sudah dipastikan di awal hal tesebut berarti riba.46

Pada bank konvensional, bungan memiliki hubungan yang erat dengan penghimpunan tabungan. Hal ini dikarenakan nasabah pada bank konvensional cenderung menjadikan bunga sebagai faktor utama dalam menggunakan produk bank tersebut. Namun kondisi tersebut berbeda dengan bank syariah. Posisi Equivalent rate sebenarnya bisa disamakan dengan bunga, dalam arti Equivalent rate dapat dijadikan faktor utama alasan nasabah dalam menggunakan produk tabungan dan juga sebagai

46 Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori, “Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di BPR Syariah Kota Bekasi)”, Maslahah vol.2 (Agustus2011): h. 10.


(51)

37

instrument dalam mempromosikan tingkat pengembalian seperti bunga dalam bank konvensional.47

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:48

Equivalent rate

Setiap produk = Bagi Hasil untuk seluruh Nasabah per produk x 100% Total Saldo Rata-rata per produk

Dengan demikian, Equivalent rate merupakan penghitunagn bagi hasil untuk nasabah dengan cara mengonversi bagi hasil untuk seluruh nasabah pada masing-masing produk DPK ke dalam bentuk persentase.

C. Peraturan Terkait Investasi Berjangka

1. Fatwa DSN – MUI Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Deposito

Investasi berjangka di KJKS sama halnya dengan dengan deposito di bank maka dari itu salah satu regulasi yang menjembatani investasi berjangka adalah Fatwa DSN-MUI No. 03 tahun 2000 tentang deposito. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito:

a. Deposito yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.

47 Mhd. Taqwa Audiansyah, “Pengaruh Equivalen Rate Ter

hadap Penghimpunan Tabungan

Mudharabah Pada BTN Syariah Cabang”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 33.

48

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), h. 405.


(52)

38

b. Bahwa tidak semua kegiatan deposito dapat dibenarkan oleh hukum Islam (syariah).

c. Oleh karena itu, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk muamalah syariah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan deposito pada bank syariah.

d. Deposito ada dua jenis:

(1) Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.

(2) Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

e. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

f. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dan pihak lain.

g. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

h. Bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

i. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.


(53)

39

2. Fatwa DSN – MUI No. 17 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah

a. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya;

b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue

Sharing);

c. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.

3. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Reublik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah:

a. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah), disebutkan dalam pasal 1 ayat (2);


(54)

40

b. Simpanan Berjangka Mudharabah adalah tabungan anggota pada koperasi dengan akad mudharabah mutlaqah yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan, disebutkan dalam pasal 1 ayat (7);

c. Pengelolaan KJKS dilakukan oleh pengurus yang bertanggungjawab kepada rapat anggota, disebutkan dalam pasal 14 ayat (1);

d. Dalam pengelolaan KJKS dalam pengawasannya bisa diangkat atau tidak perlu diangkat sesuai dengan kebutuhan dan keputusan rapat anggota KJKS yang bersangkutan , disebutkan dalam pasal 14 ayat (1) dan (2);

e. Apabila KJKS tidak mengangkat pengawas maka tugas pengawasan dilakukan oleh pengurus, disebutkan dalam pasal 14 ayat (3);

f. Penghimpunan dana dalam KJKS dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka, disebutkan dalam pasal 22 ayat (1);

g. Tabungan dan simpanan berjangka menggunakan prinsip wadiah dan

mudharabah dengan merujuk pada Fatwa DSN MUI, disebutkan dalam pasal 22 ayat (2);

h. Penghitungan bagi hasil untuk simpanan berjangka sesuai pola bagi hasil (syariah) dilakukan dengan sistem distribusi pendapatan, disebutkan dalam pasal 22 ayat (3);


(55)

41

saldo rata-rata perklasifikasi dana x pendapatan x nisbah bagi hasil total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana

disebutkan dalam pasal 22 ayat (3);

j. KJKS selain menjalankan kegiatan pembiayaan atau tamwil, dapat menjalankan kegiatan maal, dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan sodaqoh (ZIS), termasuk wakaf.

Dengan demikian, peraturan di atas merupakan peraturan terkait investasi berjangka yang menjadi landasan hukum dalam melakukan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah, baik itu merujuk pada Fatwa DSN-MUI maupun Keputusan Menteri Koperasi.

D. Tinjauan Studi Terdahulu

Penulisan skripsi ini mengarah pada penelitian-penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai pembanding dan acuan dalam menganalisa permasalahan yang dijabarkan dalam skripsi ini. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.


(56)

42

Tabel 2.3

Perbandingan Studi Terdahulu

No. Nama Penulis/Karya Tulis/Judul/Tahun/ Fakultas/Pergurua n Tinggi

Substansi Perbedaan dengan Penulis

1.

2.

Ahmad

Gifari/Skripsi/Meka nisme Distribusi Bagi Hasil Tabungan Berjangka pada BMT Al-Fath Ikmi Pamulang/2011/FSH /UIN Syarif Hidayatullah

Ruri Siti

Nurziah/Skripsi/Kes esuaian Akad Murabahah Ditinjau dari Fatwa

DSN-Fokus Masalah: mengenai mekanisme distribusi bagi hasil tabungan berjangka (tabah) pada BMT Al-Fath Ikmi Pamulang.

Hasil Penelitian: bahwa mekanisme penyaluran dananya (dalam bentuk produk pembiayaan) menyalurkannya ke semua kalangan tetapi yang lebih banyak mengajukan pembiayaan adalah pedagang, ibu rumah tangga. Untuk mekanisme penghitungan bagi hasil yang terdapat pada tabungan berjangka ditentukan dengan cara persentase yang sesuai dengan jangka waktu dan nisbah bagi hasil antara mitra dengan BMT.

Fokus Masalah: mengenai struktur kontrak murabahah pada produk Bina Usaha Rakyat di Bank BCA Syariah, realisasi akad murabahah pada produk Bina Usaha Rakyat di Bank BCA bila

Judul: Model Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka

Mudharabah di KJKS Berkah Madani

Fokus Masalah: mengenai konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah

menurut prinsip ekonomi syariah, konsep

penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah di

KJKS Berkah Madani, dan


(57)

43

3.

MUI dan Peraturan Terkait (Studi pada PT. Bank BCA Syariah KCP Bina Usaha Rakyat Ciledug/2013/FSH/

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Mohammad Zikrie Ibrahim

Rafsanjani/Skripsi/A kad Mutlaqah pada Produk Tabungan Berjangka BMT Al-Fath Ikmi Pamulang (Tabah)/2011/FSH/

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

dikomparasikan dengan regulasi yang ada di Indonesia, dan penerapan akad

murabahah di Bank BCA Syariah bila dikomparasikan dengan regulasi yang ada di Indonesia.

Hasil Penelitian: bawa terdapat ketidak sesuaian pada stuktur kontrak yang dibuat oleh Bank BCA. Secara administratif proses pembiayaan

murabahah di Bank BCA Syariah sesuai dengan regulasi pada akad pembiayaan murabahah pun masih ada ketidaksesuaian terkait denda keterlambatan, pihak bank tidak menjelaskan untuk apa dana tersebut dimanfaatkan.

Fokus Masalah: mengenai konsep tabungan berjangka pada BMT Al-Fath Ikmi Pamulang, mekanisme produk tabungan berjangka pada BMT Al-Fath Ikmi Pamulang, mekanisme produk tabungan berjangka pada BMT Al-Fath Ikmi (Tabah), implementasi akad

mudharabah mutlaqah pada tabungan berjangka yang terdapat di BMT Al-Fath Ikmi (Tabah) dan peranan akad

mudharabah mutlaqah pada produk

kesesuaian konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka di KJKS Berkah Madani terhadap prinsip ekonomi syariah. Data dan Tempat Penelitian: data penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah

menurut regulasi terkait dan data, metode, dan rumus penghitungan

investasi berjangka

mudharabah di

KJKS Berkah Madani

Jl. Akses UI No. 9 Kelapa Dua – Depok

Telp: 021-70983911 Fax: 021-87720325 Email:


(58)

44

4. Rahmawati/Skripsi/ Analisis Produk Hasanah Card pada Unit Usaha Syariah PT. BNI (Persero), Tbk/2010/FSH/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tabungan berjangka di BMT Al-Fath Ikmi Pamulang (Tabah).

Hasil Penelitian: bahwa produk Tabah yang diterbitkan oleh BMT Al-Fath Ikmi adalah tabungan atau investasi dengtan menggunakan prinsip

mudharabah mutlaqah yang

penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Disini shahibul mal

adalah mitra BMT atau mitra Tabah dan pihak BMT berperan sebagai

mudharib.

Fokus Masalah: mengenai operasional

Hasanah Card yang sesuai dengan prinsip syariah, bentuk kerjasama antara BNI Syariah dengan Master Card, proses pembagian keuntungan antara BNI Syariah dengan Master Card.

Hasil Penelitian: bahwa Hasanah Card

sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam syariah card yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Kerjasama antara BNI Syariah dengan Master Card dilakukan selama akad yang digunakan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip


(59)

45

syariah.

Demikian pembahasan kajian teori mengenai Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah yang dijadikan penulis sebagai bahan rujukan dalam penulisan skripsi ini.


(60)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi kasus dengan penguraian secara deskriptif analisis mengenai model penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani.

Penelitian bersifat deskriptif analis yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis data dan menginterpretasikan dengan tujuan memberikan gambaran sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan KJKS Berkah Madani.49

Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan gejala-gejala lainnya.50

Ciri penelitian yang menggunakan tipe deskriptif dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

49

Winarno Suracmad, Dasar dan Tehnik Research, (Bandung: CV. Tarsito, 1972), h. 25.

50


(61)

47

1. Memusatkan diri pada analisa masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa.

B. Sumber Data dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder.

Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Data jika digolongkan menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.51

1. Data Primer

Adapun sumber data primer yang penulis gunakan diperoleh dengan cara mengadakan penelitian lapangan dengan mengadakan wawancara, yaitu dengan cara bertanya secara langsung kepada pihak KJKS Berkah Madani.

2. Data Sekunder

a. Buku-buku yang berkaitan dengan KJKS, deposito, mudharabah,

penghitungan bagi hasil, dasar-dasar ekonomi Islam, dan lain-lain;

51

Sanipah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001, Cet. V, Ed. 1), h. 16.


(62)

48

b. Peraturan terkait, yaitu Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Deposito;

c. Majalah, jurnal, surat kabar, dan media internet yang berkaitan dan ada relevansinya dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lembaga yang menjadi objek penelitian.

a. Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu lembaga atau instansi. Untuk mendapatkan data peneliti melakukan pengamatan langsung ke tempat penelitian yaitu KJKS Berkah Madani untuk mendapatkan data yang tepat.


(63)

49

b. Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab.52 Teknik pengumpulan data dengan memakai pedoman pokok wawancara agar wawancara terarah. Sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam memecahkan masalah yang akan dibahas. Penulis secara langsung melakukannya dengan pihak-pihak yang terkait dan berpengalaman dengan tujuan untuk mendapatkan data yang tepat, yaitu melakukan wawancara dengan Manajer Operasional KJKS Berkah Madani.

2. Library Research (Studi Pustaka)

Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan proposal skripsi. Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.53

D. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu

52

M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 193.

53

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), h. 9.


(64)

50

kelas peristiwa sekarang54, dengan tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.55

Setelah keabsahan data telah terpenuhi, selanjutnya melakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan cara:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah dari hasil penelitian, seperti: hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan sebagainya.

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan di lapangan dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan ringkasan, mengkode untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian. 3. Penyajian Data (Display data)

Data yang sudah dikelompokkan dan sudah disesuaikan dengan kode-kodenya, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan dan penelitian selanjutnya.

54

M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 55.

55


(65)

51

4. Kesimpulan atau Verifikasi

Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum harus diulang kembali dengan mencocokkan pada reduksi dan display data, agar kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang benar. 56

Hasil komponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Hiberman (1992)

Dengan demikian, penelitian ini penguraiannya secara deskriptif analisis mengenai model penghitungan bagi hasil investasi berjangka

mudharabah di KJKS Berkah Madani.

56

Miles & Huberman. (1992).

Kesimpulan/Verifikasi

Penyajian Data

Reduksi Data

Pengumpulan Data


(66)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya KJKS BERKAH MADANI

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani didirikan di Jl. Akses UI No. 9 Depok Jawa Barat pada tanggal 19 Oktober 2004. Mulai beroperasi pada tanggal 10 Februari 2005 berdasarkan Akta No. 62 dari Notaris B. Wirastuti Puntaraksma, SH. Pada awal didirikan KJKS Berkah Madani merupakan lembaga keuangan mikro syariah berbentuk BMT namun seiring berjalannya waktu supaya mempunyai badan hukum yang formal maka berkonversilah menjadi KJKS.57

KJKS Berkah Madani telah mendapat status Hukum Koperasi berdasarkan surat Keputusan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan Menengah No. 486/BH/MENEG.I/V/2006. Tujuan didirikannya Koperasi Jasa Keuangan Syariah berkah Madani adalah meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota koperasi pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya melalui sistem syariah dan menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, sedangkan aktivitas utamanya dalam bidang usaha adalah simpan pinjam.

57


(67)

53

2. Perkembangan KJKS Berkah Madani

Tabel 4.1

Rasio Keuangan Tahun 2012-2013

Rasio 2012 2013

CAR 31.15% 19%

FDR 69.66% 71.84%

ROA 3.80% 2.64%

ROE 18.40% 17.33%

BOPO 79.56% 83.10%

NPF 6.53% 2.61%

Sumber: Laporan Kinerja KJKS Berkah Madani Tahun 2012 dan 2013

Nilai CAR mengalami penurunan sebesar 12,5% dari tahun 2012 ke 2013. Kemampuan KJKS Berkah Madani untuk membiayai kegiatan operasinya menurun sebesar 12,5% karena ketersediaan modalnya pun menurun. Nilai FDR mengalami kenaikan sebesar 2,18% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini dikarenakan, meskipun pinjaman meningkat namun penghimpunan DPK meningkat juga. Nilai ROA mengalami penurunan sebesar 1,16% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan pengelolaan aktiva mengalami penurunan. Nilai ROE mengalami penurunan sebesar 1,07% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini menunjukan bahwa pengembalian atas modal untuk menghasilkan keuntungan mengalami penurunan, karena modalnya pun mengalami penurunan. Nilai


(68)

54

BOPO mengalami kenaikan sebesar 3,54% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini berarti KJKS pada tahun 2013 mengalami penurunan tingkat efisiensi dalam mengendalikan biaya operasi karena BOPO yang baik nilainya rendah. Nilai NPF mengalami penurunan sebesar 3,92% dari tahun 2012 ke 2013. Ini berarti tingkat kredit macet mengalami penurunan juga. Hal ini sangat baik untuk KJKS karena KJKS akan semakin untung.

Dengan demikian rasio keuangan di KJKS Berkah Madani dari tahun 2012 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel beserta penjelasannya.

Gambar 4.1

Pertumbuhan Aktiva, PYD & Pencairan Tahun 2010-2013 (dalam bentuk jutaan)

Pertumbuhan aktiva dari tahun 2010 sampai 2013 cenderung selalu meningkat hanya menurun di tahun 2011 menunjukan pengelolaannya baik. PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan) dari tahun 2010 sampai 2013

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Total Aktiva 4.533 4.409 5.354 7.027

PYD 3.349 3.156 3.379 4.479

Pencairan 4.088 4.179 4.798 6.400

-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000

R

p

.

Ju

ta

a

n


(69)

55

cenderung selalu meningkat hanya menurun di tahun 2011 menunjukan pendapatan yang diterima besar. Pencairan dari tahun 2010 sampai 2013 selalu meningkat menunjukan pencairan atas DPK mengalami kenaikan dan tidak terjadi masalah terhadap likuiditas.

Dengan demikian pertumbuhan aktiva, PYD dan pencairan di KJKS Berkah Madani dari tahun 2010 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel beserta penjelasannya.

Gambar 4.2

Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga & Pinjaman Tahun 2010-2013 (dalam bentuk jutaan)

Pertumbuhan modal dari tahun 2010 sampai 2012 meningkat namun pada tahun 2013 menurun. Tabungan dari tahun 2010 sampai 2012 meningkat namun pada tahun 2013 menurun. Investasi berjangka dari tahun 2010 sampai 2013 meningkat, karena tabungan di tahun 2013 lebih kecil dari tahun 2012 dapat

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Modal 1107 1229 1309 1258

Tabungan 896 1241 1363 1308

Investasi Bejangka 1086 1173 1278 1437

Pinjaman 1387 687 1247 2771

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

R

p

.

Ju

ta

a

n

Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga &

Pinjaman


(70)

56

disimpulkan bahwa minat anggota lebih ke investasi berjangka daripada tabungan berarti anggota percaya kepada KJKS Berkah Madani karena berani menaruh harta yang dimilikinya. Pinjaman pada tahun 2010 sampai 2011 menurun namun tahun 2012 sampai 2013 meningkat, berarti KJKS Berkah Madani mampu memberikan pinjaman kepada anggota karena ketersediaan modal dan dana pihak ketiga banyak.

Dengan demikian pertumbuhan modal, dana pihak ketiga dan pinjaman di KJKS Berkah Madani dari tahun 2010 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel beserta penjelasannya.

3. Struktur Organisasi KJKS Berkah Madani

Berdasarkan hasil keputusan Rapat Anggota Tahunan (RAT) terakhir, maka disusun pengurus yang bertanggungjawab terhadap jalannya Koperasi Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani terdiri dari:

BADAN PENGURUS

Ketua Umum : Johan Machrobi Prawira Negara Sekretaris Umum : Rinadi Nindiyawan

Bendahara Umum : Yoke Paramita DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Ketua : Arisson Hendry

Anggota : Muhammad Haikal

KARYAWAN


(71)

57

Administrasi & IT Support : Supriyanto

Teller : Anik Andri Lestari

Account Officer : Fahruddin Ali Ahmad Fachroji

Apih 4. Aktivitas KJKS Berkah Madani

a. Kegiatan Penyaluran Dana/Pembiayaan

(1) Pembiayaan Murabahah (Jual Beli), pembiayaan untuk kebutuhan pembelian barang, baik berupa barang modal, alat produksi, bahan baku, persediaan barang, maupun untuk kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, maupun dengan mengangsur untuk jangka waktu yang disepakati. Pada jual beli murabahah nasabah berhak mengetahui harga pokok barang serta margin keuntungan yang diperoleh KJKS.

(2) Pembiayaan Mudharabah, adalah pola pembiayaan yang diberikan dimana KJKS Berkah Madani sebagai pemilik modal/shahibul maal dan nasabah sebagai pengelola modal/mudharib. Pembiayaan mudharabah dikenal juga sebagai pola pembiayaan bagi hasil. Hasil yang diperoleh pengelolaan modal tersebut dibagi antara KJKS Berkah Madani dan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika akad.


(72)

58

(3) Pembiayaan Musyarakah, adalah pola kerjasama antara KJKS Berkah Madani dengan salah satu atau lebih mitra usaha dalam sebuah proyek/aktivitas usaha, dimana para pihak yang terlibat sama-sama berkontribusi dalam hal permodalan maupun pengelolaan usaha. Pembagian bagi hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan dibagikan kepada para pihak yang terlibat sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pada waktu akad dilakukan.

(4) Pembiayaan Ijarah (Sewa), adalah pola pembiayaan dimana KJKS Berkah Madani menyewakan suatu barang/jasa untuk digunakan manfaatnya oleh nasabah dengan sejumlah imbalan yang dibayarkan nasabah kepada KJKS Berkah Madani. Pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa kendaraan, sewa tenaga kerja, dsb. Pembiayaan ini juga dapat digunakan untuk pembayaran biaya sekolah, rumah sakit, dokter serta jasa-jasa lainnya.

b. Kegiatan Penghimpunan Dana

(1) Tabungan Berkah Hasil, Tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukan bagi individu, mendapatkan bagi hasil setiap bulan yang halal dan menguntungkan.


(73)

59

(2) Tabungan Berkah Qurban, tabungan mudharabah mutlaqah

sebagai persiapan dana untuk keperluan ibadah qurban. Bebas biaya administrasi bulanan.

(3) Tabungan Berkah Amanah, tabungan mudharabah mutlaqah

yang diperuntukan bagi lembaga/organisasi.

(4) Tabungan Berkah Fitri, tabungan mudharabah mutlaqah

sebagai persiapan dana untuk menghadapi hari raya Idul Fitri. Bebas biaya administrasi bulanan.

(5) Tabungan Berkah Siswa, tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukan bagi pelajar/mahasiswa. Bebas biaya administrasi bulanan.

(6) Tabungan Berkah Walimah, tabungan mudharabah mutlaqah

sebagai persiapan dana menghadapi hari pernikahan. Bebas biaya administrasi.

(7) Tabungan Haji/Umrah Berkah Talbiyah, tabungan mudharabah mutlaqah sebagai persiapan dana untuk keperluan ibadah umrah dan haji.

(8) Investasi Berjangka Berkah, instrument investasi anda berupa simpanan berjangka yang halal, aman, dan menguntungkan. Nasabah dapat memilih jangka waktu investasi sesuai keinginan dan dapat diperpanjang secara otomatis. Nilai investasi minimal Rp. 1.000.000,-. Jangka waktu yang


(1)

94

Artikel diakses pada 9 Desember 2013

http://ekonbisyariah.blogspot.com/2009/07/bmt-lembaga-keuangan-mikro-syariah-yang.html

Artikel diakses pada 9 Desember 2013

http://pesantrenonline.org/index.php/ekonomi-islam/704-profil-baitul-maal-wat-tamwil-bmt-daarul-quran.html

Artikel diakses pada 9 Desember 2013

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/12/02/mx653g-aset-bmt-ini-mencapai-rp-950-miliar

Artikel diakses pada 1 Februari 2014

http://www.iaei- pusat.org/article/perbankan/-deposito-syariah-karakteristik-dan-daya-tariknya-?language=id

Artikel diakses pada 1 Februari 2014

http://www.inkopsyahbmt.co.id/index.php?option=com_content&view=art

icle&id=128:konsep-bagi-hasil-dalam-ekonomi-syariah&catid=88&Itemid=659

Artikel diakses pada 10 Februari 2014

http://konsultasi-hukum- online.com/2013/05/penerapan-prinsip-syariah-dalam-produk-perbankan-syariah/


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisa Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan

0 18 101

Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

0 16 136

Analisis Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis

4 54 138

Fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah : Studi pada LKS berkah Madani Kelapa DUA

0 16 85

Strategi komunikasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani Depok dalam menjalin loyalitas nasabah

0 5 79

Analisis Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah (Ijabah) Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baituttamwil Tamzis Bandung Periode Bulan Januari-Desember 2011

1 24 66

PENERAPAN PRINSIP BAGI HASIL DALAM SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA Penerapan Prinsip Bagi Hasil Dalam Simpanan Mudharabah Berjangka Di Baitul Maal Wat Tamwil Sakinah Bekonang.

0 3 13

PENDAHULUAN Penerapan Prinsip Bagi Hasil Dalam Simpanan Mudharabah Berjangka Di Baitul Maal Wat Tamwil Sakinah Bekonang.

0 3 15

PENERAPAN PRINSIP BAGI HASIL DALAM SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA Penerapan Prinsip Bagi Hasil Dalam Simpanan Mudharabah Berjangka Di Baitul Maal Wat Tamwil Sakinah Bekonang.

0 3 15

ANALISIS PRODUK SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA UNTUK MASA DEPAN (SIMUDAMAPAN) DI KJKS BMT TUMANG CABANG AMPEL BOYOLALI TUGAS AKHIR - ANALISIS PRODUK SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA UNTUK MASA DEPAN (SIMUDAMAPAN) DI KJKS BMT TUMANG CABANG AMPEL BOYOLALI - Tes

0 0 112