Hubungan Inhibisi Enzim Alfa-Glukosidase dan Total Fenol Hubungan Inhibisi Enzim Alfa-Glukosidase dan Kadar Tanin

27 glukosidase perlakuan dengan kombinasi terbaik adalah sampel teh hijau dengan suhu penyeduhan 70 o C selama 30 menit.

3. Hubungan Inhibisi Enzim Alfa-Glukosidase dan Total Fenol

Hubungan antara nilai total fenol dan nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan pada taraf p0.05 diantara keduanya Lampiran 32. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan total fenol yang terdapat dalam ekstrak teh hijau memiliki nilai korelasi yang tidak signifikan terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase pada taraf 5. Jika pada inhibisi enzim alfa-amilase dan kadar total fenol nilai koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi, hal yang berbeda diberikan oleh nilai korelasi antara inhibisi enzim alfa- glukosidase dan kadar total fenol yang memberikan nilai korelasi yang tidak signifikan pada taraf 5. Dapat disimpulkan pula bahwa pada penelitian ini, senyawa fenol bukan merupakan salah satu dari komponen bioaktif yang diduga dominan, yang dapat menghambat kerja dari enzim alfa- glukosidase. Komponen bioaktif lain yang telah dilaporkan memiliki daya hambat terhadap enzim alfa glukosidase adalah golongan alkaloid Molynuex et al. 1986 dan triterpenoid saponin Luo et al. 2008. Gambar 10 memperlihatkan grafik hubungan total fenol dengan nilai inhibisi alfa- glukosidase. Gambar 10. Grafik hubungan total fenol dengan nilai inhibisi enzim alfa- glukosidase pada ekstrak awal

4. Hubungan Inhibisi Enzim Alfa-Glukosidase dan Kadar Tanin

Hubungan kadar tanin terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi diantara keduanya dengan p0.05 Lampiran 34. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanin bukan merupakan komponen bioaktif yang diduga dominan yang dapat bekerja menghambat enzim alfa-glukosidase. Namun, menurut Aitani et al. 2003 komponen yang berperan besar dalam menghambat kerja dari enzim alfa-glukosidase adalah polifenol. Salah satu komponen dari golongan polifenol yang memberikan nilai inhibisi untuk enzim alfa- glukosidase adalah proanthocyanidin. Komponen bioaktif lain yang telah dilaporkan memiliki daya hambat terhadap enzim alfa glukosidase adalah golongan alkaloid Molynuex et al. 1986 dan triterpenoid saponin Luo et al. 2008. Pengendapan tanin-protein terlarut terjadi secara maksimal pada pH mendekati titik isoelektrik protein Kawamoto et al. 1997 dan enzim alfa 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 4 6 8 10 n ila i in h ib is i kadar tanin 28 glukosidase memiliki titik isoelektrik 5.4 Siro et al. 1978. Gambar 11 menunjukkan grafik hubungan antara kadar tanin dengan nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase. Gambar 11. Grafik hubungan kadar tanin dengan nilai inhibisi enzim alfa- glukosidase pada ekstrak awal 94.5 95 95.5 96 96.5 97 97.5 98 98.5 99 99.5 100 2 4 6 8 10 n ila i in h ib is i kadar tanin

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan waktu penyeduhan teh hijau dapat memengaruhi besarnya nilai inhibisi enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase. Daya hambat yang dianggap paling optimal adalah daya hambat yang tidak berbeda nyata dengan daya hambat yang dihasilkan acarbose sebagi kontrol positif. Daya inhibisi ekstrak awal terhadap enzim alfa-amilase menunjukkan bahwa hanya faktor interaksi antara suhu dan waktu penyeduhan yang berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfa- amilase pada p 0.05. Terdapat dua sampel yang memiliki daya hambat alfa-amilase yang tidak berbeda nyata dengan acarbose sebagai kontrol positif. Kedua sampel tersebut adalah ekstrak teh hijau dengan suhu penyeduhan 100 o C selama 5 menit dan 100 o C selama 15 menit. Sedangkan untuk ekstrak pada pH 6.8, faktor waktu dan interaksi antar suhu dan waktu berpengaruh p0.05. Pada ekstrak pH 6.8 semua sampel memiliki daya hambat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daya hambat acarbose sebagai kontrol positif Daya inhibisi ekstrak teh hijau pada pH awal terhadap enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa faktor suhu dan faktor interaksi antara suhu dan waktu berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase p0.05. Ekstrak yang memiliki daya hambat enzim alfa-glukosidase yang tidak berbeda nyata dengan daya hambat acarbose adalah ekstrak teh dengan suhu penyeduhan 70 o C selama 30 menit. Sedangkan untuk nilai inhibisi untuk ekstrak teh hijau pada pH 6.8 terhadap enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa hanya faktor interaksi antara suhu dan waktu penyeduhan yang berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase p0.05. Hanya terdapat satu sampel yang mempunyai daya hambat alfa-glukosidase yang tidak berbeda dengan acarbose sebagai kontrol positif, yaitu ekstrak teh hijau hasil suhu penyeduhan 70 o C selama 30 menit. Ekstrak teh hijau setelah melalui proses pencernaan secara in vitro, mengalami penurunan terhadap daya inhibisi enzim alfa- amilase maupun enzim alfa-glukosidase. Daya inhibisi enzim alfa-amilase mempunyai nilai korelasi yang tinggi dengan nilai total fenol, namun berbanding terbalik dengan nilai kadar tanin. hal ini menunjukkan bahwa komponen yang diduga dominan dalam menghambat kerja dari enzim alfa-amilase adalah komponen fenol selain tanin. Hubungan antara nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase dengan nilai total fenol maupun nilai kadar tanin menunjukkan bahwa komponen fenol maupun tanin diduga bukan merupakan komponen yang dominan dalam menghambat kerja dari enzim alfa-glukosidase. Teh hijau dengan perlakuan suhu penyeduhan 100 o C selama 5 menit adalah sampel dengan kombinasi yang terbaik dari daya hambat enzim alfa-amilase maupun enzim alfa-glukosidase, baik pada pH ekstrak awal maupun pada pH 6.8. Sampel dengan kombinasi terbaik ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam pengonsumsian teh hijau dengan tujuan mengurangi asupan kalori berlebih yang berasal dari pati.