tanpa memerhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah tersebut.
3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah PP dan PW mengasumsikan
bahwa perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Selain itu,
analisis shift share juga mengasumsikan bahwa semua barang dijual secara regional, padahal tidak semua demikian.
2.2. Penelitian Terdahulu
Kuncoro 2002 menganalisis tentang penetapan kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen.
Kawasan andalan Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari kawasan andalan Banjarmasin, Kotabaru, dan Hulu Sungai Selatan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Kabupaten Kotabaru merupakan satu-satunya daerah kawasan andalan yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh, sedangkan
dua daerah lainnya yaitu Kota Banjarmasin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan masing-masing berada pada kategori daerah maju tapi tertekan dan daerah relatif
tertinggal. Usya 2006 menganalisis tentang perubahan struktur ekonomi di
Kabupaten Subang dengan menggunakan analisis Shift Share. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten
Subang. Hal ini ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat.
Harisman 2007, yang menggunakan analisis Shift Share untuk mengidentifikasi struktur perekonomian Provinsi Lampung. Hasil penelitian
dengan analisis Shift Share menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder yang terus
meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung.
Purwantina 2009, menganalisis kontribusi, laju pertumbuhan, dayasaing, profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian Kota
Depok serta mengidentifikasi sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007. Pada penelitian tersebut, untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
digunakan analisis Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan. Sedangkan yang terkecil adalah sektor
pertambangan dan penggalian karena ketidaktersediaan data dan sektor pertanian. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan adalah tercepat adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian karena
ketidaktersediaan data dan sektor pertanian. Hafsari
2010, menganalisis
pola petumbuhan
spasial serta
pengklasifikasiannya di Provinsi DKI Jakarta menurut analisis Tipologi Klassen. Pada periode 2001-2004, hanya Jakarta Pusat yang menempati kuadran daerah
maju dan tumbuh pesat, lalu diikuti oleh Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang menempati kuadran daerah yang masih bisa berkembang pesat, selanjutnya adalah
Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu yang menempati kuadran daerah yang sudah jenuh, dan hanya Jakarta Timur yang menempati kuadran yang relatif tertinggal
dibandingkan dengan daerah acuan DKI Jakarta pada periode tersebut. Suryantini 2010, menganalisis potensi sektor restoran dan pajak restoran
dalam perekonomian Kota Bandung periode 2004-2008. Berdasarkan analisis shift share, sektor restoran menunjukkan perubahan kontribusi terhadap PDRB Kota
Bandung yang bernilai positif. Sektor restoran mempunyai nilai pertumbuhan regional PR yang positif. Pertumbuhan proporsional PP sektor restoran bernilai
negatif sedangkan nilai pertumbuhan pangsa wilayah PPW bernilai positif. Selama periode 2004-2008, sektor restoran berada di kuadran IV yang
menunjukkan bahwa sektor restoran mempunyai pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki dayasaing yang sangat baik bahkan terbesar jika dibandingkan dengan
sektor restoran di wilayah-wilayah lain di Jawa Barat.
2.3. Kerangka Pemikiran