hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Kuadran III merupakan kuadran di mana PP dan PPW bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat PP 0 dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain PPW 0. Yang termasuk ke dalam
kuadran III adalah sektor pertambangan dan penggalian. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan lambat PP 0, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya PPW 0. Sektor yang termasuk dalam kuadran IV adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-jasa.
5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 2003-2004
Berdasarkan penelitian ini, semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Bali selama periode 2003-2004 memberikan kontribusi yang positif. Dilihat dari
nilai komponen pertumbuhan regional PR di Provinsi Bali ternyata sektor yang memiliki nilai komponen PR yang paling tinggi dari seluruh sektor adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar Rp 292.161,20 juta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran ini memiliki kontribusi peningkatan terbesar.
Tabel 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2
No Sektor perekonomian
PR ij Juta Rupiah
Persen 1 Pertanian
212.534,40 5,03
2 Pertambangan dan Penggalian 6.181,35
5,03 3 Industri Pengolahan
92.204,60 5,03
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 14.053,90
5,03 5 Bangunan
37.003,80 5,03
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 292.161,20
5,03 7 Pengangkutan dan Komunikasi
97.538,10 5,03
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 67.719,10
5,03 9 Jasa-jasa
134.648,30 5,03
Total 954.044,75
5,03 Sumber: Bali in Figures, 2005 diolah.
Selanjutnya adalah pertumbuhan proporsional PP. Berdasarkan Tabel 5.5, sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan cepat adalah sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Tabel 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional PP di Provinsi Bali
Tahun 2003-2004 Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2
No Sektor perekonomian
PP ij Juta Rupiah
Persen 1 Pertanian
-92.711,33 -2,18
2 Pertambangan dan penggalian -11.715,90
-9,48 3 Industri Pengolahan
25.504,90 1,38
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 840,31
0,30 5 Bangunan
18.427,30 2,49
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 40.997,23
0,70 7 Pengangkutan dan Komunikasi
163.564,37 8,38
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 35.990,13
2,66 9 Jasa-jasa
10.132,28 0,38
Total 5.890,27
0,03 Sumber: Bali in Figures, 2005 diolah.
Kemudian komponen pertumbuhan wilayah yang terakhir adalah pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
beberapa sektor yang memiliki nilai PPW0 yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Artinya, sektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi atau baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Tabel 5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2
No Sektor perekonomian
PPW ij Juta Rupiah
Persen 1 Pertanian
35.664,97 0,84
2 Pertambangan dan Penggalian 10.949,54
8,86 3 Industri Pengolahan
-49.336,47 -2,68
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -2.276,20
-0,81 5 Bangunan
-17.761,08 -2,40
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -61.679,32
-1,06 7 Pengangkutan dan Komunikasi
-160.285,53 -8,22
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.181,79
0,31 9 Jasa-jasa
-22.183,58 -0,82
Total -77.586,74
-0,41 Sumber: Bali in Figures, 2005 diolah.
5.2.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2003-2004 Sesudah Bom Bali 1
Tabel 5.8. Nilai Pergeseran Bersih PB Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2
No Sektor perekonomian
PB ij Juta Rupiah
Persen 1 Pertanian
-57.046,36 -1,34
2 Pertambangan dan Penggalian -766,35
-0,62 3 Industri Pengolahan
-23.831,57 -1,29
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.435,89
-0,51 5 Bangunan
666,22 0,09
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -20.682,09
-0,35 7 Pengangkutan dan Komunikasi
3.278,84 0,17
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 40.171,92
2,97 9 Jasa-jasa
-12.051,29 -0,45
Total -71.696,46
-0,38 Sumber: Bali in Figures, 2005 diolah.
Berdasarkan Tabel 5.8, dapat dilihat bahwa selama periode 2003-2004 atau sesudah bom Bali 1 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang
progressive yaitu sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor lain
pertumbuhannya tidak progressive. Gambar 5.6. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Periode
2003-2004 Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2
Berdasarkan Gambar 5.6, dalam kurun waktu 2003-2004 atau periode sesudah tragedi bom Bali 1 dan sebelum bom Bali 2, kondisi perekonomian
Provinsi Bali mengalami fluktuatif. Sektor pariwisata, yang notabene sebagai leading sector di Provinsi Bali, mengalami dampak signifikan akibat adanya
tragedi bom. Sektor yang mendukung pariwisata, misalnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada periode 2003-2004 berada pada kuadran 2 yang pada
periode 2000-2001 juga berada pada kuadran 2. Hal ini disebabkan fluktuasi banyaknya wisatawan, baik asing maupun domestik, yang datang ke Provinsi Bali
akibat isu keamanan dan kesehatan, khususnya sesudah tragedi bom Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Banyaknya Wisatawan yang Datang Langsung ke Bali Periode 2000-2004
2000 2001
2002 2003
2004 Jumlah jiwa
1.408.249 2.509.882
1.570.859 1.684.300
2.041.960 Pertumbuhan
- 78,23
-37,41 7,22
21,23 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2005 diolah.
5.2.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 2006-2007