5.2.8. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2008-2009
Tabel 5.18. Nilai Pergeseran Bersih PB Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2008-2009
No Sektor Perekonomian
PB ij Juta Rupiah
Persen 1 Pertanian
37.540,64 0,76
2 Pertambangan dan Penggalian 1.126,98
0,77 3 Industri Pengolahan
22.119,47 0,89
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 813,47
0,21 5 Bangunan
-34.843,76 -3,59
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 158.993,43
2,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi
16.653,90 0,59
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -33.884,92
-1,87 9 Jasa-jasa
38.658,71 1,14
Total 207.177,73
0,83 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010 diolah.
Berdasarkan Tabel 5.18, dapat dilihat bahwa selama periode 2008-2009 atau sesudah bom Bali 2 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang
progressive yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan dua sektor lainnya pertumbuhannya tidak progressive yaitu sektor
bangunan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Gambar 5.8. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Periode 2008-2009
Selama kurun waktu 2008-2009, kondisi perekonomian Provinsi Bali mengalami fluktuatif. Berdasarkan Gambar 5.8, tidak ada satupun sektor yang
berada di kuadran 1 dan 3. Pada kuadran 2, terdapat sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sektor yang mendukung pariwisata, misalnya sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, pada periode 2008-2009 berada pada kuadran 4 yang pada periode 2006-2007 berada pada kuadran 2. Hal ini disebabkan fluktuasi banyaknya
wisatawan, baik asing maupun domestik, yang datang ke Provinsi Bali akibat isu keamanan dan kesehatan, khususnya sesudah tragedi bom Bali 1 dan 2.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, selama kurun waktu penelitian sebelum dan sesudah tragedi bom, terjadi perubahan posisi dan pola beberapa
kabupatenkota di Provinsi Bali. Pada periode 2000-2001 sebelum bom Bali 1, yang termasuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh hanya Kabupaten
Badung. Di sisi lain, tidak ada satu pun kabupatenkota yang masuk dalam kategori daerah yang maju tapi tertekan. Selanjutnya, yang termasuk dalam
kategori daerah berkembang cepat, terdapat empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Buleleng, dan Kota Denpasar. Sisanya, sebanyak tiga kabupaten, menempati posisi sebagai daerah relatif tertinggal, yaitu Kabupaten Bangli, Kabupaten
Tabanan, dan Kabupaten Karangasem. Periode berikutnya, yakni 2003-2004 sesudah bom Bali 1 atau sebelum
bom Bali 2, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Di sisi lain, tidak ada satupun kabupatenkota yang termasuk
kategori daerah maju tapi tertekan. Sebanyak lima kabupaten berada pada klasifikasi daerah berkembang cepat, yaitu Kabupaten Buleleng, Kabupaten
Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Karangasem. Sisanya, sebanyak dua kabupaten, menempati posisi daerah relatif tertinggal, yaitu
Kabupaten Bangli dan Kabupaten Klungkung.