20 memengaruhi  sifat  dan  keluasan  penyujian  substantif  yang  harus
dilakukan. Teknik  pengumpulan  bukti  yang  digunakan  pada  tahap  ini  dapat
meliputi  teknik  manual  dan  teknik  audit  komputer  khusus.  Tahap pengujian  substantif  melibatkan  penyelidikan  yang  terperinci  mengenai
berbagai  saldo  akun  dan  transaksi.  Risiko  deteksi  yang  direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan
auditor,  yang  besarnya  berlawanan  dengan  risiko  deteksi.  Jika  risiko deteksi  yang  direncanakan  dikurangi,  auditor  harus  mengumpulkan  lebih
banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu Arens, Elder dan Beasley, 2008.
Beberapa  uji  substantif  merupakan  aktivitas  fisik  yang membutuhkan  banyak  tenaga  kerja  seperti  menghitung  kas,  menghitung
persediaan  di  gudang  dan  memverivikasi  keberadaan  sertifikat  saham. Dalam  sebuah  lingkungan  TI,  informasi  yang  dibutuhkan  untuk
melakukan uji substantif terdapat dalam berbagai file data yang sering kali harus  diekstraksi  menggunakan  software  Computer  Assissted  Audit  Tools
and Techniques CAATTs Hall dan Singleton, 2007.
3. Penilaian Risiko Audit
Statement  on  Auditing  Standards  SAS  No.  47  AICPA  1983 memberikan  konsep  yang  menjelaskan  model  risiko  audit  dan  konsep
tersebut disertakan dalam Generally Accepted Auditing Standards GAAS POB, 2000.
21 Risiko  audit  audit  risk  adalah  probabilitas  bahwa  auditor  akan
memberikan  pendapat  yang  wajar  bersih  atas  laporan  keuangan  yang, pada  kenyataanya,  salah  saji  secara  material  Hall  dan  Singleton,  2007.
Kesalahsajian  yang  material  mungkin  dapat  disebabkan  oleh  berbagai kesalahan  atau  iregularitas,  atau  keduanya.  Iregularitas  adalah  kesalahan
penyajian  yang  disengaja  untuk  melakukan  penipuan  atau  menyesatkan para  pengguna  laporan  keuangan.  Tiga  komponen  risiko  audit  menurut
Boynton, Johnson dan Kell 2006: a.  Risiko Inheren Inherent Risk
Risiko  inheren  atau  risiko  bawaan  adalah  kerentanan  suatu  asersi terhadap  kemungkinan  salah  saji  yang  material,  dengan  asumsi  tidak
terdapat pengendalian internal yang terkait. b.  Risiko Pengendalian Control Risk
Risiko  pengendalian  adalah  risiko  terjadinya  salah  saji  yang  material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. c.  Risiko Deteksi Detection Risk
Risiko  deteksi  adalah  risiko  yang  timbul  karena  auditor  tidak  dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Model  risiko  audit  dapat  dinyatakan  secara  kuantitatif  sebagai berikut:
AR = IR X CR X DR
22 IR  dan  CR  dinilai  oleh  pengetahuan  auditor  atas  lingkungan
perusahaan,  pengujian  pengendalian  internal,  pengalaman  sebelumnya dengan klien, dan sebagainya. Terakhir, setelah  menilai tingkatan dari  IR
dan  CR,  DR  atau  lingkup  dari  perencaan  prosedur  substantif  kemudian disesuaikan oleh auditor untuk mendapatkan tingkat AR yang diinginkan
DR = AR  IR x CR. Misalkan  risiko  audit  dinilai  dengan  5,  yang  sama  dengan
interval  kepercayaan  confidence  interval  95  dalam  statistik.  Makin andal  pengendalian  internal,  makin  rendah  probabilitas  CR.  Hal  itu
mengarah  pada  DR  yang  lebih  rendah,  yang  akan  juga  mengarah  pada lebih  sedikit  uji  substantif  yang  dibutuhkan.  Peningkatan  uji  substantif
dapat berarti audit yang lebih lama dan mengganggu serta biaya audit yang lebih tinggi Hall dan Singleton, 2007.
Menurut  Boynton,  Johnson  dan  Kell  2006  risiko  deteksi tergantung pada dua faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan
berubah  hanya  jika  auditor  mengubah  salah  satu  dari  faktor-faktor  model risiko.  Jika  auditor  menyimpulkan  bahwa  kemungkinan  besar  akan  ada
salah  saji,  dengan  mengabaikan  pengendalian  internal,  auditor  akan menyimpulkan  bahwa  risiko  inheren  adalah  tinggi.  Risiko  inheren
berbanding  terbalik  dengan  risiko  deteksi  yang  direncanakan  dan  bersifat langsung dengan bukti.
Selain  meningkatkan  bukti  audit  untuk  risiko  inheren  yang  lebih tinggi dalam bidang audit tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf
23 yang lebih berpengalaman pada bidang itu serta mereview pengujian audit
yang  telah  selesai  secara  lebih  menyeluruh.  Sedangkan  jika  auditor mengasumsikan  pengendalian  internal  sama  sekali  tidak  efektif  untuk
mencegah  atau  mendeteksi  salah  saji.  Kesimpulan  tersebut  akan menetapkan  faktor  risiko  yang  tinggi.  Semakin  efektif  pengendalian
internal  semakin  rendah  faktor  risiko  yang  dapat  ditetapkan  untuk  risiko pengendalian.
SAS  107 AU 312 menyebut  kombinasi  risiko  inheren dan risiko pengendalian  ini  risiko  salah  saji  yang  material  risk  of  material
misstatement.  Seperti  pada  risiko  inheren,  hubungan  antara  risiko pengendalian  dan  risiko  deteksi  adalah  berbanding  terbalik,  sedangkan
hubungan  antara  risiko  pengendalian  dan  bukti  substantif  bersifat langsung.
Jika  auditor  menyimpulkan  bahwa  pengendalian  internal  efektif, risiko  deteksi  yang  direncanakan  dapat  diperbesar  sehingga  bukti  dapat
dikurangi dan akan memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan  keuangan.  Auditor  harus  memahami  pengendalian  internal  yang
ada,  mengevaluasi  seberapa  baik  pengendalian  tersebut  berfungsi,  serta menguji keefektifannya.
Auditor  perusahaan  swasta  dan  entitas  lainnya  juga  mungkin mengandalkan  pengendalian  yang  efektif,  terutama  bila  pemrosesan
transaksi sehari-hari melibatkan prosedur yang sangat terotomasi. Apabila pengendalian mungkin tidak efektif dan risiko inheren tinggi, penggunaan
24 model  risiko  audit  akan  menyebabkan  auditor  mengurangi  risiko  deteksi
sehingga meningkatkan bukti. Perbedaan  antara  risiko-risiko  dalam  model  risiko  audit  adalah
dalam  risiko  inheren  dan  risiko  pengendalian  didasarkan  pada  ekspektasi atau prediksi auditor mengenai kondisi klien. Contoh risiko inheren adalah
persedian  yang  belum  terjual  setelah  dua  tahun.  Sementara  contoh  risiko pengendalian  yang  rendah  adalah  pemisahan  tugas  yang  memadai  antara
penyimpanan aktiva dan akuntansi. Risiko deteksi sangat tergantung pada kedua  risiko  lainnya.  Dalam mengembangkan strategi  audit pendahuluan,
auditor  menspesifikasikan  empat  komponen  berikut  Boynton,  Johnson dan Kell, 2006:
a.  Tingkat risiko bawaan yang dinilai. b.  Tingkat  risiko  pengendalian  yang  direncanakan  untuk  dinilai  dengan
mempertimbangkan: 1.  Luas  pemahaman  mengenai  pengendalian  intern  yang
diperoleh. 2.  Pengujian  pengendalian  yang  dilaksanakan  dalam  mengukur
risiko pengendalian. c.  Tingkat  risiko  prosedur  analitis  yang  direncanakan  untuk  dinilai
dengan mempertimbangkan: 1.  Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh.
2.  Prosedur  analitis  yang  akan  dilaksanakan  yang  menyediakan bukti mengenai penyajian wajar dari suatu asersi.
25 d.  Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan
dengan  prosedur  lain,  mengurangi  risiko  audit  hingga  tingkat  rendah yang sesuai.
Sedangkan menurut Arens, Elder dan Beasley, 2008 auditor harus memiliki
faktor-faktor yang
menyebabkan risiko
inheren dan
memodifikasi  bukti  audit  untuk  memperhitungkan  faktor-faktor  tersebut. Auditor  harus  mempertimbangkan  beberapa  faktor  utama  ketika  menilai
risiko inheren: a.  Sifat bisnis klien
b.  Hasil audit sebelumnya c.  Penugasan awal versus penugasan berulang
d.  Pihak-pihak yang terkait e.  Transaksi nonrutin
f.  Pertimbangan  yang  diperlukan  untuk  mencatat  saldo  akun  dan transaksi dengan tepat
g.  Unsur-unsur populasi h.  Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
i.  Faktor-faktor yang berkaitan dengan misaproriasi aktiva
4. Sistem Informasi