Ketiga Seasonal Poverty, kemiskinan bersifat musiman yang secara umum terjadi di kasus nelayan dan petani tanaman pangan. Keempat Accidental Poverty,
kemiskinan yang terjadi akibat bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat mengalami
penurunan. Kartasasmita 1996, kemiskinan juga dapat dikaji berdasarkan keadaan
penduduk dan potensi wilayah. Dari segi keadaan penduduk, penentuan penduduk miskin didasarkan pada garis kemiskinan. Adapun potensi wilayah yang
digunakan untuk menetapkan wilayah-wilayah atau desa-desa yang dikategorikan sebagai wilayah atau desa tertinggal. Penduduk miskin secara umum terkait erat
dengan wilayah miskin. Wilayah dengan potensi daerah yang tertinggal besar kemungkinan menyebabkan kemiskinan penduduk.
2.3 Faktor Penyebab dan Karakteristik Desa Miskin
Informasi tentang profil kemiskinan di pedesaan sangat diperlukan oleh pengambil kebijakan terutama untuk penanganan masalah kemiskinan.
Keterangan mengenai jenis persoalan dan akar permasalahan yang dihadapi berbagai jenis segmen penduduk miskin dapat membantu perencana program
pengentasan kemiskinan di pedesaan sehingga dapat lebih sesuai dengan kebutuhan penduduk miskin tersebut. Berbagai program pengentasan kemiskinan
yang didasari pemahaman menyuluruh mengenai karakteristik sosial demografi dan dimensi ekonomi penduduk miskin dapat membantu perencanaan,
pelaksanaan dan hasil target yang baik. Hal tersebut karena salah satu prasyarat keberhasilan program-program pembangunan sangat bergantung pada ketepatan
pengidentifikasian target group dan target area.
Karakteristik utama kemiskinan berkaitan dengan kondisi dan potensi wilayah miskin, yang dalam banyak hal berkaitan erat dengan penyebab utama
kemiskinan. Penyebab utama kemiskinan berkaitan dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan, baik yang berkaitan dengan sumberdaya alam,
kualitas sumberdaya manusia maupun hal-hal yang berhubungan dengan kegagalan dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
World Bank 2000, penyebab kemiskinan antara lain: 1 kepemilikan
tanah dan modal yang terbatas, 2 sarana dan prasarana yang dibutuhkan terbatas, 3 pembangunan yang bias kota, 4 perbedaan kesempatan di antara anggota
masyarakat, 5 perbedaan sumberdaya manusia dan sektor ekonomi, 6 rendahnya produktivitas, 7 budaya hidup yang jelek, 8 tata pemerintahan yang
buruk, dan 9 pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan. Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS 2005, adalah: 1
kecukupan dan mutu pangan terbatas, 2 mutu dan akses layanan kesehatan terbatas, 3 akses dan mutu layanan pendidikan rendah dan terbatas, 4
kesempatan kerja dan berusaha terbatas, 5 perlindungan terhadap aset usaha rendah dan perbedaan upah, 6 akses layanan perumahan dan sanitasi terbatas,
7 akses terhadap air bersih terbatas, 8 kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah yang lemah, 9 kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam memburuk,
serta akses masyarakat terhadap sumberdaya alam terbatas, 10 jaminan rasa aman rendah, 11 partisipasi rendah, 12 beban kependudukan tinggi yang
disebabkan oleh tanggungan keluarga yang besar, dan 13 tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam
pelayanan publik, korupsi dan jaminan sosial terhadap masyarakat rendah.