sepedasampankendaraan tidak bermotor lainnya, kepemilikan tempat tidur dengan kasurbusa dan kepemilikan hewan ternak besar babi, sapi, kerbau
dan lainnya. 8. Keterangan tentang pengeluaran rumahtangga yang meliputi: pengeluaran
untuk makanan sebulan dan total pengeluaran sebulan. 9. Pendapat pencacah tentang keadaan rumahtangga apakah miskin atau tidak.
Variabel-variabel yang digunakan dalam pendekatan kemiskinan relatif Departemen Pertanian ini selanjutnya digunakan dalam menentukan faktor penciri
dan karakteristik rumahtangga miskin di daerah pertanian karena telah memperhatikan kondisi spesifik lokasi di daerah pertanian, dimana pada kajian-
kajian yang telah dilakukan belum memperhatikan kondisi spesifik lokasi.
2.5 Tipologi Kemiskinan Desa
Harniati 2007 menyatakan ada dua organisasi internasional yang menjabarkan pendekatan untuk membangun tipologi kemiskinan yakni Swedish
International Development Cooperation Agency SIDA dan International Fund
for Agricultural Development IFAD. Pendekatan yang digunakan SIDA untuk
membangun tipologi kemiskinan, yaitu: 1. Kemiskinan berdasarkan pekerjaan: buruh tani, petani gurem, nelayan
tradisional dan lain-lain. 2. Kemiskinan yang berkaitan dengan ketidakberuntungan sosial: masyarakat
dengan kasta rendah, masyarakat terasing dan suku dalam atau penduduk asli. 3. Kemiskinan karena diskriminasi.
4. Kemiskinan berdasarkan letak geografis.
IFAD menggunakan lima pendekatan untuk membangun tipologi kemiskinan khususnya kemiskinan pedesaan rural poverty, yaitu:
1. Kemiskinan karena pencabutan hak dan tersisihkan. 2. Kemiskinan karena faktor daerah terisolasi dan daerah marjinal.
3. Kemiskinan traumatissporadis karena adanya guncangan eksternal seperti: kekeringan, banjir dan Pemutusan Hubungan Kerja PHK.
4. Kemiskinan endemik yang dicirikan oleh ketidakmandirian, terisolasi, kurangnya aksesibilitas dan tidak memadainya teknologi.
5. Kemiskinan karena kepadatan penduduk atau keterbatasan sumberdaya. Hernowo 2006 membagi tipologi desa tertinggal di Provinsi Jawa
Tengah ke dalam sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani pada desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa
adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh industri serta desa jasa
dan perdagangan. Berdasarkan kriteria Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa KTP2D, tipologi desa dibagi ke dalam enam tipologi berdasarkan kegiatan
ekonominya, yaitu desa industri, desa pertanian tanaman pangan, desa perkebunan, desa perikanan, desa pariwisata atau jasa dan desa peternakan.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa belum ada keseragaman dalam penentuan tipologi desa, namun terdapat kesamaan pandangan dalam penentuan
tipologi desa yaitu didasarkan pada kegiatan perekonomian, sumberdaya manusia, dan keadaan geografi yang dimiliki desa tersebut. Kebijakan dan perencanaan
pembangunan desa dapat disesuaikan dengan tipologi desa apabila mengetahui komponen utama dari aktivitas ekonomi dan sumberdaya manusia suatu desa.
Pembangunan desa yang terfokus pada kegiatan ekonomi, sumberdaya dan geografi desa tersebut, diharapkan dapat memberikan multiplier efek yang luas,
seperti: perluasan lapangan kerja, investasi dan pembangunan infrastruktur. Selain itu diharapkan terjadinya keterkaitan ke belakang dan ke depan backward dan
forward linkages baik antar desa maupun antar desa dengan kota. Lebih lanjut
diharapkan ada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat desa tersebut dan sekaligus dapat mengatasi kemiskinan yang ada di desa. Tipologi
yang digunakan dalam penelitian memperhatikan kegiatan ekonomi yang digambarkan oleh jenis usaha pertanian dan non pertanian, kepadatan penduduk
jarang, sedang dan padat serta letak geografis pesisir dan non pesisir.
2.6 Strategi Penanggulangan Kemiskinan