Padat Faktor Penyebab dan Karakteristik Kemiskinan Desa Berdasarkan

150 dijabarkan pada kelompok desa tidak miskin yaitu: 1 minimnya fasilitas penddikan keterampilan, 2 minimnya fasilitas kesehatan, 3 minimnya fasilitas perlindungan sosial, dan 4 minimnya fasilitas ekonomi.

6.3.3 Padat

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Lampiran 13, diketahui bahwa nilai uji KMO sebesar 0.74 dengan nilai signifikansi 0.00. Nilai KMO yang dihasilkan di atas 0.50 dan nilai signifikansinya di bawah 0.05 maka data yang digunakan cukup untuk dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor. Tabel Total Variance Explained, faktor yang terbentuk sebanyak lima faktor dengan kriteria nilai Cummulative Sums of Square Loadings ≥ 60 persen. Setelah dirotasi, faktor pertama mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 21.88 persen, faktor kedua mampu menerangkan sebesar 18.19 persen, faktor ketiga mampu menerangkan sebesar 11.75 persen, faktor keempat mampu menerangkan sebesar 11.11 persen dan faktor kelima mampu menerangkan sebesar 10.85 persen. Secara bersama-sama kelima faktor ini mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 73.79 persen. Tabel 41 menunjukkan bahwa faktor pertama berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan tenaga medis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan. Faktor kedua berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial, fasilitas pendidikan keterampilan dan fasilitas ekonomi serta rumahtangga rawan bencana. Faktor ini berhubungan dengan sosial ekonomi. Faktor ketiga berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga bukan pengguna listrik, faktor ini berhubungan dengan 151 sumber penerangan. Faktor keempat berkorelasi tinggi dengan indikator buruh tani, faktor ini berhubungan dengan matapencaharian. Sedangkan faktor kelima berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga miskin BKKBN, faktor ini berhubungan dengan status kemiskinan. Tabel 41. Nilai Beban Faktor yang Telah Dirotasi pada Desa Berpenduduk Padat Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Secara ringkas, jumlah faktor yang terbentuk berdasarkan kesepuluh indikator tersebut terdiri atas faktor kesehatan dan pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor sumber penerangan, faktor matapencaharian serta faktor status kemiskinan. Selanjutnya, kelima faktor ini akan dilibatkan dalam analisis gerombol berikut ini. Analisis gerombol melalui teknik berhierarki dengan pendekatan metode ward digunakan untuk menentukan desa miskin dan tidak miskin di desa berpenduduk padat. Hasil pengolahan seperti terlihat pada Lampiran 14 menunjukan, dari 72 desa berpenduduk padat, 51 desa 70.83 persen diantaranya dikategorikan miskin dan 21 desa 29.17 persen dikategorikan tidak miskin. Penetapan ini didasarkan pada nilai rata-rata seperti yang tertera pada Tabel 42. Faktor Indikator 1 2 3 4 5 Zscore : Fasilitas Kesehatan 0.87 0.01 0.04 -0.16 0.04 Zscore : Fasilitas Pendidikan 0.78 0.08 -0.03 0.24 -0.23 Zscore : Tenaga Medis 0.68 0.35 0.16 -0.01 0.15 Zscore : Perlindungan Sosial 0.07 0.80 -0.07 -0.02 -0.05 Zscore : Pendidikan Keterampilan 0.30

0.63 0.33

0.00 0.15 Zscore : Fasilitas Ekonomi 0.50 0.59 0.12 -0.00 -0.20 Zscore : Rawan Bencana 0.10 -0.55 0.39 0.33 -0.21 Zscore : Pengguna Listrik 0.06 0.04 0.92 0.06 -0.12 Zscore : Buruh Tani -0.01 -0.06 0.07 0.96 -0.01 Zscore : Rumahtangga Miskin -0.03 0.01 -0.13 -0.02 0.94 152 Tabel 42 menunjukkan bahwa kelompok satu dikategorikan sebagai kelompok tidak miskin. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata faktor negatifnya yang lebih banyak dari kelompok dua. Nilai-nilai positif pada kelompok satu adalah faktor kesehatan dan pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor sumber penerangan dan faktor status kemiskinan sedangkan faktor matapencaharian bernilai positif. Sementara nilai-nilai pada kelompok dua merupakan kebalikan dari kelompok satu, dengan demikian kelompok dua dikategorikan sebagai kelompok miskin. Tabel 42. Nilai Rata-Rata Skor Faktor pada Masing-Masing Kelompok di Desa Berpenduduk Padat Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Secara umum karakterstik desa miskin dan tidak miskin di wilayah berpenduduk padat dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 menunjukkan terdapat tiga indikator yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata totalnya yaitu indikator buruh tani, rumahtangga rawan bencana dan ketiadaan fasilitas pendidikan. Meskipun digolongkan sebagai kelompok tidak miskin namun ketiga indikator ini masih perlu diperhatikan pemerintah daerah setempat. Sedangkan indikator yang memiliki nilai di atas rata-rata total pada kelompok desa miskin adalah rumahtangga miskin BKKBN, rumahtangga bukan pengguna listrik, ketiadaan Faktor Kelompok 1 Tidak Miskin Kelompok 2 Miskin Kesehatan dan pendidikan -0.13 0.05 Sosial ekonomi -0.72 0.30 Sumber penerangan -0.60 0.25 Matapencaharian 0.84 -0.35 Status kemiskinan -0.10 0.04 Jumlah 21.00 51.00 Persentase 29.17 70.83 153 fasilitas pendidikan keterampilan, ketiadaan fasilitas kesehatan, ketiadaan tenaga medis, ketiadaan fasilitas perlindungan sosial serta ketiadaan fasilitas ekonomi. Secara spesifik karakteristik desa miskin dan tidak miskin divisualisasikan melalui diagram batang bar chart. Tabel 43. Nilai Rata-Rata Indikator dan Total Menurut Status Desa di Desa Berpenduduk Padat Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Gambar 34 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, terdapat 30 desa miskin 58.82 persen dan 10 desa tidak miskin 47.62 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Terdapat 19 desa miskin 37.25 persen dan delapan desa tidak miskin 38.10 persen yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti pada indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan. Sedangkan pada indikator desa yang tidak memiliki tenaga medis, terdapat 31 desa miskin 60.78 persen dan tujuh desa tidak miskin 33.33 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa total. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar desa miskin memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang tidak memadai. Status Desa Indikator Miskin Tidak Miskin Total Rumahtangga Miskin 45.32 44.02 44.94 Listrik 60.63 36.79 53.68 Pendidikan Keterampilan 98.04 83.81 93.89 Fasilitas Kesehatan 81.18 73.09 78.82 Tenaga Medis 62.74 45.71 57.78 Perlindungan Sosial 77.94 69.52 75.49 Fasilitas Ekonomi 92.25 81.67 89.17 Buruh Tani 7.55 16.02 10.02 Rawan Bencana 29.92 62.89 39.54 Fasilitas Pendidikan 29.71 30.71 30.00 154 Gambar 34. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator pada Faktor Satu Gambar 35 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial, terdapat 28 desa miskin 54.90 persen dan lima desa tidak miskin 23.81 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sedangkan pada indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan, terdapat 46 desa miskin 90.20 persen dan 12 desa tidak miskin 57.14 persen yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Terdapat 34 desa miskin 66.67 persen dan tujuh desa tidak miskin 33.33 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa total pada indikator desa yang tidak memiliki fasilitas ekonomi. Sedangkan pada indikator rumahtangga rawan bencana, terdapat 16 desa miskin 31.37 persen dan 13 desa tidak miskin 61.90 persen yang memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti total. Hasil ini mnunjukkan bahwa sebagian besar desa miskin memiliki 155 fasilitas perlindungan sosial, fasilitas ekonomi dan fasilitas pendidikan keterampilan yang tidak memadai. Sedangkan untuk desa tidak miskin, sebagian besar desanya memiliki fasilitas pendidikan keterampilan yang tidak memadai dan banyaknya rumahtangga rawan bencana. Gambar 35. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator pada Faktor Dua Gambar 36 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator rumahtangga bukan pengguna listrik, terdapat 28 desa miskin 54.90 persen dan lima desa tidak miskin 23.81 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa akses listrik di sebagain besar desa miskin tidak memadai. Gambar 37 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator buruh tani, terdapat 17 desa miskin 33.33 persen dan 16 desa tidak miskin 76.19 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Hal ini dapat 156 mengindikasikan bahwa pekerjaan sebagai buruh tani masih tergolong tinggi di sebagian besar desa tidak miskin. Gambar 36. Karakteristik Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator pada Faktor Tiga Gambar 37. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator Pada Faktor Empat Gambar 38 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator rumahtangga miskin dengan kriteria BKKBN, terdapat 20 desa miskin 39.22 persen dan sembilan desa tidak miskin 42.86 persen memiliki nilai di atas rata-rata seluruh 157 desa yang diteliti. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa penduduk miskin di desa miskin dan tidak miskin relatif lebih sedikit. Gambar 38. Karakteristik Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator pada Faktor Lima Secara keseluruhan, uraian karakteristik kemiskinan desa di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi berpenduduk padat seperti telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan ke dalam beberapa permasalahan diantaranya, pada kelompok desa miskin yaitu: 1 minimnya fasilitas pendidikan keterampilan, 2 minimnya fasilitas kesehatan, 3 minimnya fasilitas ekonomi, 4 minimnya fasilitas perlindungan sosial, 5 minimnya tenaga medis, dan 6 banyaknya penduduk yang sulit mengakses listrik. Sedangkan permasalahan yang dapat dijabarkan pada kelompok desa tidak miskin yaitu: 1 minimnya fasilitas penddikan keterampilan, 2 banyaknya penduduk yang rawan terhadap bencana alam, dan 3 banyak penduduk yang bekerja sebagai buruh tani.

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupatenkota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan untuk mengidentifikasi rumahtangga miskin. Informasi potensi dan karakteristik rumahtangga dapat diketahui melalui kegiatan pendataan lengkap sensus rumahtangga. Hasil dari pendataan tersebut menghasilkan data dasar seluruh rumahtangga yang ada di suatu wilayah dan karakteristik rumahtangga yang diidentifikasi menjadi golongan rumahtangga miskin dan tidak miskin. Selama ini kebutuhan akan informasi rumahtangga miskin sulit didapat, ketersediaan informasi kemiskinan tersebut disadari sangat penting. Pemerintah daerah Pemda perlu berusaha secara sungguh-sungguh agar informasi rumahtangga miskin secara mikro tersedia yang akan membantu perencanaan menjadi lebih terarah. Keterbukaan dan keingintahuan mengenai kondisi masyarakatnya serta mengetahui potensi yang ada di lingkungannya adalah cerminan tanggung jawab pimpinan daerah terhadap kemajuan di wilayahnya, bisa dimulai dari wilayah terkecil, yang tentunya akan mempengaruhi kemajuan di wilayah yang lebih tinggi lagi yaitu kabupatenkota, provinsi dan nasional. Pemerintah daerah di wilayah terkecil diharapkan dapat mengidentifikasi rumahtangga miskin secara terus menerus dan berkesinambungan. Pemda dan Bappeda memegang peranan kunci untuk merangkum seluruh aspirasi yang berkembang dari semua sektor agar proses pelaksanaan