Bab 1. Hal ini menunjukkan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan di Kabupaten Pandeglang relatif lebih jauh bila dibandingkan
dengan kabupaten lain. Demikian pula dengan distribusi pengeluaran penduduk miskin di kabupaten ini memiliki ketimpangan yang lebih tinggi dari ketimpangan
distribusi pengeluaran penduduk miskin di kabupaten lainnya di Provinsi Banten. Pertimbangan ketiga adalah Kabupaten Pandeglang merupakan salah
satu kabupaten rawan pangan prioritas keempat pada Food Insecurity Atlas dan merupakan salah satu kabupaten pelaksana Program Aksi Desa Mandiri Pangan di
Departemen Pertanian. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan, yaitu sejak Desember 2007 hingga Juni 2008.
4.2 Jenis, Variabel dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan mewawancarai rumahtangga petani
dan informan kunci tokoh masyarakat, aparat kabupaten dan aparat desa dengan menggunakan daftar pertanyaan. Sementara itu data sekunder yang dibutuhkan
diperoleh dari dari berbagai sumber data antara lain: 1. Badan Pusat Statistik Pusat, Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang.
2. Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. 3. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pandeglang.
4. Sumber-sumber terkait lainnya.
4.2.1 Analisis Kemisikinan Wilayah Desa
Analisis kemiskinan di wilayah desa dilakukan dengan menggunakan data PODES Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 dari BPS Kabupaten Pandeglang.
Data PODES dikumpulkan dari satuan unit wilayah terkecil dari pemerintahan yaitu desa. Cakupan desa meliputi desa persiapan dan desa yang telah ditetapkan
dalam Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Depdagri. Berdasarkan tinjauan hasil-hasil penelitan terdahulu maka digunakan 63
variabel yang dipilih sebagai bahan penetapan desa miskin. Penentuan variabel didasari pertimbangan bahwa variabel-variabel tersebut diduga menjadi faktor
penyebab kemiskinan di wilayah desa. 63 variabel yang telah ditentukan tersebut kemudian disusun menjadi 12 faktor penyebab yang diduga berpengaruh terhadap
kemiskinan di suatu wilayah, yaitu: 1.
Persentase Miskin BKKBN PBKKBN Persentase kemiskinan diduga menjadi salah satu indikator kemiskinan di
wilayah desa. Semakin besar persentase rumahtangga miskin di desa tersebut maka diduga desa tersebut tergolong miskin.
2. Persentase Buruh Tani PBTANI
Tingkat pendapatan yang diterima oleh rumahtangga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk. Tingkat pendapatan yang diterima oleh
buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri relatif minim. Rendahnya pendapatan tersebut menyebabkan rendahnya kesejahteraan
rumahtangga. Semakin tinggi jumlah rumahtangga yang tidak sejahtera maka akan menyebabkan desa tersebut diindikasikan sebagai desa miskin.
3. Persentase Bukan Pengguna Listrik PBLISTRIK
Kemiskinan suatu wilayah diduga diindikasikan oleh keberadaan listrik masuk desa. Desa yang rumahtangganya sebagian besar tidak menggunakan
listrik diduga desa tersebut adalah desa miskin.
4. Persentase Rumahtangga Rawan Bencana PBCANA
Kejadian bencana dapat menyebabkan masyarakat suatu wilayah kehilangan harta bendaaset yang mereka miliki. Hal ini akan berdampak pada penurunan
daya beli masyarakat wilayah tersebut. Persentase rumahtangga rawan bencana yang tinggi diduga dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan di
suatu desa. 5.
Persentase Rumahtangga Penerima Kartu Sehat PKSEHAT Rumahtangga pemegang kartu sehat adalah rumahtangga yang miskin.
Sehingga persentase rumahtangga pemegang kartu sehat diduga dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu wilayah desa.
6. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan PNDIDIK
Ada tiga jenis indikator pendidikan yang sering digunakan yaitu: tingkat pendidikan anggota rumahtangga, ketersediaan pelayanan pendidikan dan
penggunaan pelayanan oleh anggota rumahtangga. Semakin rendah fasilitas pendidikan yang terdapat di suatu wilayah diduga akan menjadi faktor
penyebab kemiskinan di suatu desa. Persentase skor fasilitas pendidikan dihitung dengan menghitung persentase skor jumlah sekolah TK, SD dan
yang sederajat, SLTP dan yang sederajat, SMU dan yang sederjat, SMK, sekolah luar biasa dan pondok pesantrenMadrasah Diniyah. Persentase skor
tidak memiliki fasilitas pendidikan dihitung dengan mengurangi skor 100 – persentase skor dari fasilitas pendidikan yang dimiliki.
7. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan Ketrampilan PNLPK
Persentase tidak memiliki fasilitas pendidikan dihitung dengan melihat skor ketiadaan sarana pendidikan keterampilan yang terdiri dari jenis keterampilan
bahasa, tata bukuakuntansi, komputer, tata boga, menjahit, kecantikan, montir, elektronik dan lainnya. Semakin tinggi persentase skor tidak memiliki
sarana pendidikan keterampilan maka diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa. Semakin rendah fasilitas pendidikan keterampilan
yang terdapat di suatu wilayah diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa.
8. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Kesehatan PNKES
Menurut Bank Dunia 2003, penyebab dasar kemiskinan salah satunya adalah terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.
Semakin rendah fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah tersebut diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa. Persentase skor
fasilitas kesehatan dihitung dengan menghitung persentase skor jumlah rumah sakit, rumah sakit bersalinrumah bersalin, poliklinikbalai
pengobatan, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, tempat praktek dokter, tempat praktek bidan dan apotik. Persentase skor tidak memiliki fasilitas kesehatan
dihitung dengan mengurangi persentase skor 100 – persentase skor dari fasilitas kesehatan yang dimiliki.
9. Persentase Skor Tidak Memiliki Tenaga Medis PNMEDIS
Tenaga medis diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu wilayah karena apabila tenaga medis di suatu wilayah sedikit maka
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak dapat terpenuhi. Persentase skor tenaga medis dihitung dengan menghitung persentase skor
jumlah dokter, mantri kesehatan, bidan dan dukun bayi. Persentase skor tidak
memiliki fasilitas tenaga medis dihitung dengan mengurangi skor 100 – persentase skor tenaga medis yang dimiliki.
10. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Perlindungan Sosial PNFPS Persentase skor tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial dihitung dengan
melihat skor ketiaadaan jumlah panti asuhan, panti wreda, panti cacat, panti bina
remaja, panti
rehabilitas anak,
majelis ta’limkelompok
pengajinakelompok kebaktian, yayasankelompok persatuan kematian dan lembaga swadaya masyarakat di desa bersangkutan. Semakin tinggi
persentase tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial maka diduga akan menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan di wilayah desa.
11. Persentase Lahan Tidak Diusahakan PLAHAN Persentase lahan tidak diusahakan dihitung dengan menjumlahkan lahan
sawah sementara tidak diusahakan dan ladang yang tidak diusahakan kemudian membaginya dengan luas desa kemudian dikalikan 100. Persentase
lahan tidak diusahakan ini diduga akan berpengaruh terhadap kemiskinan di wilayah desa. Lahan tidak diusahakan tidak akan memberikan nilai tambah
bagi desa tersebut. 12. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Ekonomi PNEK
Aktivitas ekonomi di suatu wilayah salah satunya diindikasikan oleh kegiatan perdagangan.
Kelompok pertokoan
menandakan bahwa
kegiatan perdagangan di wilayah tersebut telah maju sehingga dapat memberikan
lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Kelompok pertokoan
yang berkembang menandakan bahwa masyarakat wilayah tersebut memiliki daya
beli sehingga dapat melakukan transaksi.
Gambar 6. Skema Proses Penelitian
PEMBENTUKAN INDIKATOR
DATA SAMPEL ANALISIS FAKTOR
1. Letak Geografis Pesisir dan Non Pesisir 2. Usaha Pertanian dan Non Pertanian
3. Penduduk Jarang, Sedang, Padat 1.
Jml. Penduduk 2.
Jml. Keluarga 3.
Persentase Keluarga Pertanian 4.
Jml. Pra KS Dan KS 1 5.
Buruh Tani 6.
Keluarga Pengguna Listrik PLN dan Non PLN
7. Keluarga Rawan Bencana Tanah
Longsor 8.
Keluarga Rawan Bencana Banjir 9.
Keluarga Rawan Bencana Banjir Bandang
10. Keluarga Rawan Bencana Gempa 11. Keluarga Rawan Bencana Abrasi
12. Pendidikan TK 13. Pendidikan SD dan yang sederajat
14. Pendidikan SLTP dan yang sederajat 15. Pendidikan SMU dan SMK
16. Sekolah Luar Biasa 17. Pondok PesantrenMadrasah Diniyah
18. Jenis Keterampilan Bahasa 19. Jenis Keterampilan Tata Buku
20. Jenis Keterampilan Komputer 21. Jenis Keterampilan Memasak
22. Jenis Keterampilan Menjahit 23. Jenis Keterampilan Kecantikan
24. Jenis Keterampilan Montir Mobil 25. Jenis Keterampilan Elektronik
26. Jenis Keterampilan lainnya 27. Rumah Sakit
28. Rumah Sakit Bersalin 29. PoliklinikBalai Pengobatan
30. Puskesmas 31. Puskesmas Pembantu
32. Tempat Praktek Dokter 33. Tempat Praktek Bidan
34. Apotik 35. Dokter
36. Mantri Kesehatan 37. Bidan
38. Dukun Bayi 39. Keluarga Penerima Kartu Sehat
40. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Asuhan 41. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Wreda 42. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Cacat 43. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Bina Remaja 44. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Rehabilitasi Anak 45. Fasilitas Perlindungan Sosial Panti
Rehabilitasi WTS 46. Organisasi Kemasyarakatan Majelis
Ta’limKelompok PengajianKebaktian
47. YayasanKelompokPersatuan Kematian
48. Lembaga Swadaya Masyarakat 49. Luas Desa
50. Lahan Sawah Tidak Diusahakan 51. Ladang Tidak Diusahakan
52. Kawasan Industri 53. Sentra Industri
54. LingkupanPerkampungan Industri Kecil LIKPIK
55. Kelompok Pertokoan 56. Pasar Permanen
57. Pasar Non Permanen 58. SupermarketSwalayan
59. Hotel 60. Penginapan
61. ATM 62. Penggadaian
63. Lembaga Keuangan Mikro Informal
VARIABEL
12 Indikator
1. Persentase Miskin BKKBN PB KKBN 2. Persentase Buruh Tani PBTANI
3. Persentase Bukan Pengguna Listrik PBLISTRIK 7. Persentase Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan
Ketrampilan PNLPK 8. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Kesehatan
PNKES 9.
Persentase Skor Tidak Memiliki Tenaga Medis PNMEDIS
4. Persentase Rumahtangga Rawan Bencana PBCANA
5. Persentase Rumahtangga Penerima Kartu Sehat PKSEHAT
6. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan PNDIDIK
10. Persentase Tidak Me miliki Fasilitas Perlindungan Sosial PNFPS
11. Persentase Lahan Tidak Diusahakan PLAHAN
12. Persentase Tidak Memiliki Fasilitas Ekonomi PNEK
FAKTOR- FAKTOR
ANALISIS CLUSTER
DESA MISKIN
DESA TIDAK
MISKIN
62
Sebaliknya apabila di wilayah tersebut maka diduga bahwa di wilayah tersebut tidak ada aktivitas perdagangan sehingga dapat digolongkan menjadi
wilayah desa miskin. Persentase skor tidak memiliki fasilitas ekonomi dihitung dengan melihat skor ketidakadaan kawasan industri, sentra industri,
lingkunganperkampungan industri kecil, kelompok pertokoan, bangunan pasar permanen, ATM, kantor penggadaian dan lembaga keuangan mikro
informal LDKPBKDLEPMMBMTKelompok Simpan Pinjam. Variabel dan indikator yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6.
4.2.2 Analisis Kemiskinan Rumahtangga