BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karet Alam
Karet alam adalah polimer isoprena C
5
H
8
yang mempunyai bobot molekul yang besar. Karet Hevea yang diperoleh dari pohon Hevea Brasiliensis adalah bentuk
alamiah dari 1,4–polyisoprene. Karet jenis ini memiliki ikatan ganda lebih dari 98 dalam konfigurasi cisnya yang penting bagi kelenturan atau elastisitas
polyisoprene Tarachiwin dkk., 2005. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui
polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4 poliisoprena. Sesungguhnya, isoprena merupakan produk
degradasi utama karet, yang diidentifikasi sebagaimana pada awal 1860.
Bentuk utama dari karet alam yang terdiri dari 98 cis 1,4 isoprena dikenal sebagai Havea Rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis
pohon hevea brasiliensis yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam di bagian dunia yang lain. Ia juga ditemukandalam berbagai semak dan tumbuhan
kecil, termasuk rumput milkweed dan dandelion.
Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32- 35 karet dan sekitar 33 senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein,
sterol ester dan garam. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi rata-rata 1 juta dan amorfus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak
pada suhu rendah.
Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan
mengkoting lateks di atas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Hevea sekitar 65 digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan
dalam sekelompok produk-produk komersial termasuk alas kaki, segel karet dan lain-lain Stevens, 2001.
2.1.1 Jenis-jenis Karet Alam Dewasa ini karet alam diproduksi dalam berbagai jenis, yakni lateks pekat, karet
sit asap, crumb rubber, karet siap atau tyre rubber, dan karet reklim Reclimed Rubber.
a. Lateks pekat diolah langsung dari lateks kebun melalui proses pemekatan yang umumnya secara sentrifugasi sehingga kadar airnya turun dari sekitar
70 menjadi 40-45. Lateks pekat banyak dikonsumsi untuk bahan baku sarung tangan, kondom, benang karet, balon, dan barang jadi lateks lainnya,
mutu lateks pekat dibedakan berdasarkan analisis kimia antara lain kadar karet kering, kadar NaOH, Nitrogen, MST dan analisis kimia lainnya.
b. Karet sip asap atau dikenal dengan nama RSS Ribbed Smoked Sheet dan karet krep crepe digolongkan sebagai karet konvensional, juga dibuat
langsung dari lateks kebun, dengan terlebih dahulu menggumpalkannya kemudian digiling menjadi lembaran – lembaran tipis dan dikeringkan
dengan cara pengasapan untuk karet sip asap, dan dengan cara pengeringan menggunakan udara panas untuk karet krep. Mutu karet konvensional dinilai
berdasarkan analisis visual permukaan lembaran karet. Mutu karet akan semakin tinggi bila permukaannnya makin seragam, tidak ada gelembung,
tidak mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekar kokoh. c. Crumb rubber karet remah digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis
TSR = Technical Spesified Rubber, karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat – sifat fisika
kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, Plastisitas Wallace dan Viscositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama
SIR Standard Indonesian Rubber.
d. Karet siap atau Tyre Rubber Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet
konvensional. Ban atau produk – produk karet lain jika menggunakan Tyre Rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutuyang lebih baik dibandingkan
jika menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet
sintetis. e. Karet Reklim Reklimed Rubber merupakan karet yang diolah kembali dari
barang – barang karet bekas, terutama ban – ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil
bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan mastication dan pencampuran
yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang
tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu karet reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban Tim Penulis,
1999.
2.1.2Standard Indonesia Rubber Ketentuan tentang Standard Indonesia Rubber SIR didasarkan pada ketentuan
Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK No.143KP V69. Ketentuan ini berlaku mulai 18 Juni 1969 Dana telah menetapkan ketentuan-ketentuan
mengenai karakteristik SIR sebagai berikut : 1. SIR adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah-daerah yang termasuk
dalam lingkungan Negara Republik Indonesia. 2. SIR yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan balok dengan ukuran
28 ×6.5 dalam inchi. Bongkahan-bongkahan yang telah dibungkus dengan
plastic polyetilen, tebalnya 0,03 mm, dengan titik pelunakan kurang dari 180
o
C, berat jenis 0,92 dan bebas dari segala bentuk pelapis coating.
Pengepakan selanjutnya dapat dilakukan dalam kantung kertaskraft 4 ply atau dalam bentuk pallet seberat 0,5 ton atau 1 ton.
3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International
Standart of Quality and packing for Natural Rubber The Green Book. 4. SIR terdiri dari 3 jenis mutu dengan spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10 dan
SIR 20. Semua jenis karet yang diperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai plasticity Retention Index PRI dengan
menggunakan tanda huruf : “ H” untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80.
“ M” untuk PRI antara 60 – 79. “ S ” untuk PRI antara 30 – 59.
Karet yang mempunyai nilai SIR lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan dimasukkan dalam SIR.
5. Warna karet tidak menjadi bagian dalam spesifikasi teknis. 6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk
mendaftarkan pada Departemen Perdagangan. Oleh Departemen Perdagangan akan diberikan tanda pengenal produsen kepada setiap
produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakan. Setiap mutu SIR diwajibkan untuk menyerahkan contoh-contoh hasil produksi kepada
Balai Penelitian Bogor atau Balai Penelitian Perkebunan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut untuk
mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi. 7. Setiap eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang
disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian. 8. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambang
SIR dan menurut ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan.
9. Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat-syarat SIR di atas akan dilarang.
2.2 Mastikasi Mastikasi adalah proses awal dari pembuatan barang jadi karet. Proses ini