Mastikasi Mastikasi adalah proses awal dari pembuatan barang jadi karet. Proses ini Komposit Komposit adalah penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sebagai

2.2 Mastikasi Mastikasi adalah proses awal dari pembuatan barang jadi karet. Proses ini

merupakan proses penurunan berat molekul karet yang ditunjukkan oleh penurunan viskositas karet sehingga pencampuran bahan kompon, yang sebahagian besar adalah serbuk padat dengan karet dapat berlangsung dengan mudah dan merata. Penurunan berat molekul terjadi akibat rantai-rantai utama atau backbone dari karet diputus-putus yang berakibat viskositasnya menurun. Sebagai contoh pada proses mastikasi karet alam terjadi penurunan berat molekul yang lebih rendah Bristow and Watson, 1963. Proses mastikasi terdiri atas dua jenis yaitu : 1. Mastikasi dingin. Proses pelunakan dilakukan pada suhu di bawah 100 o C seperti dihepotesakan oleh Standinger dan Bondy serta oleh Kautman dan Eyring bahwa yang berperan dalam pemutusan rantai molekul pada mastikasi dingin adalah tenaga mekanis yang berasal dari gaya geser antara permukaan gilingan dengan karet. Pemutusan ikatan terjadi pada ikatan karbon-karbon dari rantai utama polimer. 2. Mastikasi panas. Proses pelunakan yang dilakukan pada suhu diatas 100 o C. Mastikasi ini lebih dominan berasal dari proses oksidasi yang dialami oleh rantai molekul karet Bhuana, 1993.

2.3 Monmorillonite Monmorillonite MMT merupakan sebuah mineral clay yang dibentuk dari abu

vulkanik, yang telah berperan dalam aturan pusat dalam evolusi kehidupan. Karena strukturnya, MMT cenderung adsorbsi senyawa organik dan kontribusi ini untuk kemampuan dalam mengkatalisasi beberapa reaksi organik Feris, 2005. Berdasarkan kandungan mineralnya, tanah lempung dibedakan menjadi:, kaolinit, haloisit, klorit dan MMT. MMT merupakan kelompok mineral filosilikat yang paling banyak menarik perhatian. Hal ini disebabkan karena MMT memiliki kemampuan untuk mengembang serta kemampuan untuk diinterkalasi dengan senyawa organik membentuk material komposit organik-anorganik. Selain itu mineral ini juga mempunyai kapasitas penukar kation yang tinggi sehingga ruang antar lapis monmorilonite mampu mengakomodasi kation dalam jumlah yang besar serta menjadikan montmorilonit sebagai material yang unik Gil, 1994. Berdasarkan sifat fisiknya, MMT dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaituNa-MMT dan Ca-MMT. Na-MMT memiliki kandungan Na + yang besar pada antar lapisnya. Selain itu memiliki sifat mudah mengembang bila direndam dalam air dan akan terbentuk suspensi bila didispersikan ke dalam air. Untuk Ca-MMT, kandungan Ca 2+ dan Mg 2+ relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kandungan Na + . Ca-MMT memiliki sifat sedikit menyerap air dan jika didispersikan ke dalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi. Oleh karena itu, Na-MMT sering disebut dengan MMT mengembang dan Ca- MMT disebut dengan MMT tidak mengembang Long, 1999. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan MMT sebagai adsorben dan katalis. Salah satu metode yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan MMT adalah dengan pemilaran atau pilarisasi atau pembentukan komposit lempung dengan oksida logam. Biasanya MMT dipilarkan dengan berbagai senyawa organik, senyawa kompleks dan oksida-oksida logam yang diinterkalasikan ke dalam antar lapisnya. Proses pemilaran ini dapat mengakibatkan pori-pori lempung semakin besar dan homogen, antar lapisnyapun relatif menjadi lebih stabil daripada sebelum dipilarkan. Melalui kalsinasi diperoleh pilar oksida logam yang akan menyangga ruang antar lapis monmorilonite. MMT merupakan mineral aluminosilikat Al-silikat yang banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk di berbagai industri, salah satunya sebagai katalis, penyangga katalis catalyst support, dan juga sebagai reinforcement. Ketebalan setiap lapisan MMT sekitar 0,96 nm, tiap dimensi permukaan pada umumnya 300-600 nm, sedangkan d-spacing 1,2 – 1,5 nm Utracki dan Kamal, 2002. 2.3.1 Struktur Monmorillonite MMT memiliki bentuk seperti lembaran. Di mana dimensinya antara panjang dan lebar dapat dihitung hanya satu nanometer. Berikut ini adalah rumus struktur dari MMT : Gambar 2.1 Stuktur MMT, Beyer, 2002 Struktur kristal lempung adalah dua dimensi lapisan yaitu atom silica lapisan silica bentuk tetrahedral dan atom aluminiun lapisan Al dalam bentuk oktahedra. Tetrahedra silica terikat sebagai SiO 6 OH 4 sedangkan oktahedra Al berikatan secara Van der Waals fisik membentuk lapisan alumino-silikat karena kondidi terjadinya bentonit, memungkinkan terjadinya substitusi Si oleh Al bentuk tetrahedral, menyebabkan mineral lempung kekurangan muatan negatif yang dinetralisir oleh logam alkali dan alkali tanah. Ion logam tersebut berada diantara lapisan, sehingga dapat dipertukarkan dengan ion lain menyebabkan bentonit mempunyai sifat penukar ion Zhu, 1996.

2.3.2 Sifat-Sifat Monmorillonite pH

: 3-4 Bentuk Fisik : Beige keabu-abuan bubuk Densitas : 370 gL Luas Area Permukaan : 250 m 2 g Hilang Pada Ignasi : 6 1000 o C, 2 jam Ukuran Partikel : 63 µm www.fishersci.com MMT memiliki kemampuan untuk mengembang serta kemampuan untuk di interkalasi dengan senyawa organik membentuk material komposit organik- anorganik. Selain itu mineral ini juga mempunyai kapasitas penukar kation yang tinggi sehingga ruang antarlapis MMTmampu mengakomodasi kation dalam jumlah yang besar serta menjadi MMT sebagai material yang unik. Na-montmorilonite memiliki kandungan Na + yang besar pada antar lapisnya. Selain itu memiliki sifat mudah mengembang bila direndam dalam air dan akan terbentuk suspensi bila didispersikan ke dalam air. Untuk Ca- montmorilonite, kandungan Ca 2+ dan Mg 2+ relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kandungan Na + . Ca-montmorilonite memiliki sifat sedikit menyerap air dan jika didispersikan ke dalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi. Oleh karena itu, Na-montmorilonite sering disebut dengan monmorilonite mengembang dan Ca-montmorilonite disebut dengan monmorilonite tidak mengembang Riyanto, 1994.

2.4 Komposit Komposit adalah penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sebagai

suatu kombinasi yang menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat fibre sebagai pengisi dan bahan pengikat serat yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya serat, sedangkan bahan pengikatnya polimer yang mudah dibentuk. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifatmekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik berfungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia Hadi, 2000. 2.4.1 Nanokomposit Karet AlamMMT Nanokomposit biasanya merupakan penggabungan antara polimer dan bahan komposit sebagai penguat reinforcement, seperti silika, zeolit, dan MMT.Reinforcement yang digunakan biasanya juga sebagai pengisi filler pada matriks polimer. Antara Karet alam dan MMT mempunyai sifat yang berbeda. Untuk mempersatukan kedua bahan yaitu Karet alam yang bersifat nonpolar dan MMT yang bersifat polar dibutuhkan zat pemersatu yang biasa disebut pemantap. yang biasa digunakan adalah zat yang identik dengan matriks polimer serta dapat mengikat filler itu sendiri. Bahan pemantap yang sering digunakan dalam pembuatan polimer nanokomposit adalah PP-g-GMA. Pemantap memegang peranan penting dalam proses compounding. Peran pemantap sama seperti peran emulsifier dalam teknologi emulsi. Pemantapyang paling banyak digunakan adalah kopolimer baik tipe blok maupun graft Liza, 2005.

2.5. Proses Grafting Grafting pada permukaan pada bahan polimer merupakan suatu variasi teknologi

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

2 126 72

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

7 76 146

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Tip Blok Terbuat Dari Sisa Potongan Kayu Sembarang Dan Tripleks Sebagai Pengapit Dengan Menggunakan Resin Epoksi Dan Fox

1 62 72

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam - Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 2 18

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 0 13

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 36

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit - Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 7

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 1 20