Penentuan Kondisi KCKT Yang Optimum

4.3 Penentuan Kondisi KCKT Yang Optimum

Analisa antibiotika amoksisilin, tetrasiklin, ampisilin dan kloramfenikol dalam daging telah dilakukan berdasarkan metode yang telah dilakukan oleh Zhou 2010 dengan menggunakan fase gerak asam formiat 0,1 dalam akuabides dan asam formiat 0,1 dalam metanol dengan elusi gradient seperti pada tabel 4.2. Elusi gradien adalah tehnik elusi fase gerak dengan kondisi perbandingan komposisi fase gerak di atur berubah selama waktu analisa McMaster, 2007. Tabel 4.2. Pola fase gerak pada kondisi KCKT Waktu min Laju alir mlmin 0,1 asam formiat dalam air 0,1 asam formiat dalam methanol 0,0 0,5 98 2 0,3 0,5 98 2 7,27 0,5 20 80 7,37 0,5 1 99 8,27 0,5 1 99 13 0,5 98 2 Hasil kromatografi memperlihatkan kromatogram yang tajam dan garis dasar yang stabil pada gambar 5 disebabkan penggunaan metanol dan asam formiat sebagai fase gerak. Menurut Cai- Ming 2009 bahwa penggunaan fase gerak berupa senyawa organik metanol dengan penambahan asam formiat 0,1 vv berguna untuk meningkatkan intensitas respon dan membantu dalam meningkatkan bentuk puncak menjadi lebih tajam dan untuk menjadi sumber proton dalam proses ionisasi di detektor MS. Universitas Sumatera Utara a. b. Gambar 4.2. Kromatogram hasil optimasi penyuntikan larutan 1 ppm larutan antibiotika baku standar dengan pola ionisasi positif a dan pola ionisasi negatif b. h c e f g b a Ket: a. Ampisilin 55:45 b. Ampisilin 60:40 c. Ampisilin 65:35 d. Ampisilin 70:30 e. Kloramfenikol 55:45 f. Kloramfenikol 60:40 g. Kloramfenikol 65:35 h. Kloramfenikol 70:30 d d e f g h a b,c Ket: a. Amoksisilin 50:50 b. Amoksisilin 40:60 c. Amoksisilin 30:70 d. Amoksisilin 20:80 e. Tetrasiklin 50:50 f. Tetrasiklin 40:60 g. Tetrasiklin 30:70 h. Tetrasiklin 20:80 Waktu Menit Waktu Menit Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Data hasil waktu tambat a, lempeng teoritis b, tailing factor c analisis antibiotika baku standar pada berbagai perbandingan komposisi fase gerak dan laju alir 0,5 mlmnt. a. Perbandingan Fase Gerak pada menit ke 7,27 Waktu Tambat Menit Pos Neg Amoksisilin Tetrasiklin Ampisilin Kloramfenikol A B A B 50 50 70 30 4,692 7,157 2,235 4,748 40 60 65 35 4,491 6,629 1,640 4,003 30 70 60 40 4,487 6,354 1,314 3,134 20 80 55 45 4,342 6,031 1,099 2,375 b. Perbandingan Fase Gerak pada menit ke 7,27 Lempeng Teoritis Theoritical plate Pos Neg Amoksisilin Tetrasiklin Ampisilin Kloramfenikol A B A B 50 50 70 30 6704 9991 1496 4720 40 60 65 35 6767 9797 1082 2162 30 70 60 40 11027 13382 899 1120 20 80 55 45 10881 12952 731 920 c. Perbandingan Fase Gerak pada menit ke 7,27 Tailing Factor Pos Neg Amoksisilin Tetrasiklin Ampisilin Kloramfenikol A B A B 50 50 70 30 1.45 1,89 1,65 1,55 40 60 65 35 1,42 1,76 1,59 1,41 30 70 60 40 1,44 1,81 1,62 1,43 20 80 55 45 1,40 1,80 1,55 1,54 Keterangan: A : 0,1 asam formiat dalam air B: 0,1 asam formiat dalam metanol Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhou 2010, dengan menggunakan kolom kromatografi C18 dengan ukuran 50 x 2,1 mm x 2,6 µm memberikan waktu tambat untuk amoksilin 2,08 menit, tetrasiklin 3,71 menit , ampisilin 3,56 menit dan kloramfenikol 4,28 menit tetapi karena kolom kromatografi yang digunakan pada penelitian adalah kolom C18 dengan ukuran 4,6 x 30 mm x 1.8 µl maka, pada penelitian ini dilakukan optimasi pada fase gerak untuk mendapatkan efisiensi kolom dan pemisahan yang baik. Optimasi fase gerak dilakukan pada perbandingan fase gerak 0,1 asam formiat dalam metanol pada menit 7,27. Data analisa campuran amoksisilin, tetrasiklin, ampisilin dan kloramfenikol baku dengan KCKT-MS menggunakan berbagai komposisi fase gerak pada laju alir 0,5 mlmenit dapat dilihat pada tabel 4.3 kromatogram dapat dilihat pada gambar 4.2a dan 4.2b. Dari tabel 4.3a, dapat diamati bahwa semakin besar konsentrasi metanol dalam fase gerak, maka waktu tambat akan semakin singkat. Namun, waktu tambat yang singkat tidak selalu menjadi yang terbaik terutama untuk sampel dalam matriks biologis Purcell, 2009. Hal ini dikarenakan sering muncul puncak-puncak lain pada menit-menit awal yang akan mengganggu pengamatan. Schluesener 2006 menyatakan bahwa puncak kromatogram dalam kondisi ideal memperlihatkan bentuk Gaussian dengan asimetris tailing factor bernilai 1 dan nilai asimetris tidak lebih besar dari 2 karena akan memberikan bentuk tailing sehingga nilai asimetris yang terbaik adalah yang mendekati 1. Efisiensi kolom pada KCKT dapat dilihat dari parameter lempeng teoritis pada setiap kromatogram dan daya pisah dapat dilihat dari parameter resolusi. Universitas Sumatera Utara Menurut USP XXX, lempeng teoritis setiap kromatogram dalam penetapan kadar secara simultan harus lebih besar dari 550 dan resolusi tidak lebih kecil dari 3,5. Perolehan hasil lempeng teoritas pada tabel 4b diperoleh data bahwa pada perbandingan fase gerak 0,1 asam formiat dalam air - 0,1 asam formiat dalam metanol 30:70 untuk analisa mode polarisasi positif dan perbandingan 70:30 untuk mode polarisasi negatif memberikan memberikan nilai efisiensi dan pemisahan kolom yang optimal dan memenuhi syarat USP yaitu 11027 untuk amoksisilin; 133882; 1496 untuk ampisilin; 4720 untuk kloramfenikol. Dari tabel 4.3c dapat dilihat bahwa pada perbandingan fase gerak 0,1 asam formiat dalam air - 0,1 asam formiat dalam metanol 30:70 untuk analisa mode polarisasi positif dan perbandingan 70:30 untuk mode polarisasi negatif memberikan nilai asimetris yang tidak lebih besar dari 2 sehingga memiliki puncak kromatogram yang ideal dan dengan peningkatan perbandingan fase gerak 0,1 asam formiat dalam metanol tidak memberikan perubahan nilai tailing factor yang begitu besar. Dari data pada tabel 4.3, di atas maka dipilihlah kondisi kromatografi dengan perbandingan fase gerak seperti pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Elusi Gradien pada pola ionisasi positif dan negatif. Waktu menit Laju Alir mlmin Pola ionisasi positif Pola ionisasi negatif 0,1 asam formiat dalam air 0,1 asam formiat dalam metanol 0,1 asam formiat dalam air 0,1 asam formiat dalam metanol 0,0 0,5 98 2 98 2 0,3 0,5 98 2 98 2 7,27 0,5 30 70 70 30 7,37 0,5 1 99 1 99 8,27 0,5 1 99 1 99 13 0,5 98 2 98 2 Universitas Sumatera Utara

4.4 Analisa Kuantitatif

Dokumen yang terkait

Deteksi Residu Antibiotika Pada Karkas, Organ Dan Kaki Ayam Pedaging Yang Diperoleh Dari Pasar Tradisional Kabupaten Tangerang

3 16 132

Deteksi Residu Antibiotika Pada Karkas, Organ Dan Kaki Ayam Pedaging Yang Diperoleh Dari Pasar Tradisional Kabupaten Tangerang

1 11 61

Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi

1 9 48

SKRIPSI STUDI KANDUNGAN RESIDU OKSITETRASIKLIN PADA AYAM RAS Studi Kandungan Residu Oksitetrasiklin Pada Ayam Ras Broiler Yang Dijual Di Pasar Tradisional Bunder Sragen.

1 4 14

PENDAHULUAN Studi Kandungan Residu Oksitetrasiklin Pada Ayam Ras Broiler Yang Dijual Di Pasar Tradisional Bunder Sragen.

0 0 5

STUDI KANDUNGAN RESIDU OKSITETRASIKLIN PADA AYAM RAS BROILER YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL BUNDER SRAGEN Studi Kandungan Residu Oksitetrasiklin Pada Ayam Ras Broiler Yang Dijual Di Pasar Tradisional Bunder Sragen.

1 1 19

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Kandungan Residu Antibiotik Dalam Air Susu Sapi.

0 0 1

Residu Antibiotika pada daging ayam import dari Brasil dan Amerika yang Masuk Melalui Stasiun Karantina Dili Timor Leste.

0 7 20

Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi

0 0 11

Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi

0 0 1