Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendektesian Fraud Pada Bank Syariah

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh:

ROBIYATUN SETIAWATI NIM :1112046100170

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Robiyatun Setiawati

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 07 Oktober 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Masjid Jami Nurul Jannah, Rt.009

Rw.05, No. 15, Desa Cukanggalih, Curug, Tangerang, Banten. 15810.

Telepon : 085691662177

Email : [email protected]

Pendidikan

1. SDN Cukanggalih 3, Tangerang Tahun 1999-2005

2. MTs Ponpes Daar El-Qolam, Tangerang Tahun 2005-2008 3. SMA Ponpes Daar El-Qolam, Tangerang Tahun 2008-2011 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016

Pengalaman Organisasi

1. Keputrian Ponpes Daar-Qolam Tahun 2009-2010.

2. ISMI (Ikatan Santri Madrasatul Mu’allimin al-Islamiyah) Daar El-Qolam Tahun 2010-2011.


(6)

i

ABSTRACT

Robiyatun Setiawati. 1112046100170 Analysis of Surprise Audit Application in Fraud Detection Efforts On Islamic Bank (Studies in Bank Syariah Mandiri). The concentration of Sharia Banking Studies Program Muamalat (Islamic Economics), Faculty of Economy and Business, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016.

Fraud which is one of the risks inherent in banking institutions are potentially harmful. Surveys conducted by the ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) indicate that banks are the institutions most often there fraud in it. Therefore, Bank Indonesia issued Bank Indonesia Circular Letter No.13 / 28 / DPNP Regarding Anti Fraud Strategy for Commercial Banks in order to protect the banking institutions of the dangers of fraud. in the year 2012 and has been a fraud case at Bank Syariah Mandiri (BSM). The case was widely discussed because the funds are disbursed is big enough that 102 billion. The purpose of this study was to determine (1) the detection of fraud strategy at Bank Syariah Mandiri (2) analyze the implementation of fraud detection strategy through surprise audit methods, and (3) determine the implications of the application of a surprise audit of the level of fraud detection at Bank Syariah Mandiri.

This study is a qualitative research. The data used are primary data obtained from interviews and Standard Operating System (SOP) documents of internal auditor of Bank Syariah Mandiri, and secondary data obtained through the study of the documentation on the GCG (Good Corporate Governance) report of Bank Syariah Mandiri and other literature. This research uses descriptive analysis method. The results showed that the Bank Syariah Mandiri implement a whistleblowing system (WBS), surprise audits and surveillance system as fraud detection strategy. Surprise audit focused on the business units that are susceptible to fraud as in the operational part. Surprise audits are divided into two types: (a) surprise audit undertaken on general audit activities, and (b) surprise audit conducted according to a report indications of fraud. Surprise audits can provide a deterrent effect for violation offenders so as to reduce the number of audit findings and improve the operational readiness of the company. Application of surprise audits should be coupled with a whistleblowing mechanism and surveillance system in order to improve the effectiveness of fraud controls.

Keyword : Islamic Bank, Anti-Fraud Strategy, Audit, Surprise Audit Supervisor : H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA


(7)

ii

ABSTRAK

Robiyatun Setiawati. 1112046100170. Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Fraud yang merupakan salah satu resiko yang melekat pada lembaga perbankan sangat berpotensi merugikan. Survei yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) menunjukkan bahwa perbankan adalah lembaga yang paling sering terdapat fraud di dalamnya. Untuk itu Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum guna melindungi lembaga perbankan dari bahaya fraud. pada tahun 2012 lalu telah terjadi sebuah kasus fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Kasus ini banyak dibicarakan karena dana yang dicairkan cukup besar yakni 102 miliar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (2) menganalisis penerapan strategi pendeteksian fraud melalui metode surprise audit, dan (3) mengetahui implikasi penerapan surprise audit terhadap tingkat pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara internal auditor dan dokumen SOP Bank Syariah Mandiri, dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi pada laporan pelaksanaan GCG (Good Corporate Governance ) Bank Syariah Mandiri dan literatur lainnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri menerapkan whistleblowing system (WBS), surprise audit dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Surprise audit difokuskan pada unit bisnis yang rentan terhadap fraud seperti pada bagian operasional. Surprise audit dibagi ke dalam dua jenis : (a) surprise audit yang dilaksanakan pada kegiatan general audit, dan (b) surprise audit yang dilaksanakan berdasarkan laporan adanya indikasi fraud. Surprise audit dapat memberikan efek jera bagi pelaku palanggaran sehingga dapat mengurangi angka temuan hasil audit dan meningkatkan kesiapan operasional perusahaan. Penerapan surprise audit harus dibarengi dengan mekanisme whistleblowing dan surveillance system agar dapat meningkatkan efektivitas pengendalian fraud.

Kata Kunci : Bank Syariah, Fraud, Strategi Anti Fraud, Audit, Surprise Audit Pembimbing : H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA


(8)

iii

KATA PENGANTAR

ميحّرلا نمحّرلا ها مسب Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat, dan kasih sayang-Nya, penulis mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)” sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat serta salam yang selalu mengiringi rasa syukur, penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan paling sempurna dalam sikap dan tutur katanya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah dan tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Berkat dorongan dan motivasi dari merekalah yang akhirnya mengantarkan penulis kepada penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa


(9)

iv

memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah membantu proses pengajuan judul penelitian hingga tahap akhir penyelesaian skripsi. 4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si, selaku Ketua Prodi Perbankan Syariah dan Ibu

Fitri Damayanti M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu penulis dalam hal akademik terkait penyelesaian studi penulis.

5. Bapak H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Segenap Dosen dan Staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tambahan ilmu kepada penulis.

7. Segenap staf akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian studi.

8. Segenap staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak M. Zulfany Batam, Atdi Firmansyah, dan Faris Rahman selaku staf

Internal Auditor Bank Syariah Mandiri yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data penelitian.


(10)

v

10. Bapak Dolis dan Ibu Dina selaku staf internal auditor kantor Internal Audit Group Bank Syariah Mandiri yang telah membantu penulis dalam proses pemilihan responden penelitian.

11. Kedua orang tua terkasih, mendiang ayah yang selalu menyemangati penulis agar menyelesaikan studi bahkan hingga akhir hayatnya, Ibu dan kakak-kakak ku tercinta yang telah banyak memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis.

12. Kawan-kawan Perbankan Syariah 2012 yang selama empat tahun ini berjuang bersama dalam mewujudkan cita-cita. Khususnya Siska, Heny, Achi, Anim, dan Anis.

13. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih.

Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu dan mendo’akan penulis dan penulis berharap agar

skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Ekonomi Islam.

Jakarta, 28 Oktober 2016


(11)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

1. Batasan Masalah ... 7

2. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

E. Review Studi Terdahulu ... 9

F. Kerangka Konsep/Pemikiran ... 12


(12)

vii

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Fraud ... 16

1. Pengertian Fraud ... 16

2. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud ... 17

3. Bentuk-bentuk Fraud ... 19

3. Pendeteksian Fraud ... 21

4. Fraud Pada Perbankan ... 22

B. Audit ... 24

1. Bukti Audit (Evidence) ... 25

2. Prosedur Audit ... 27

C. Surprise Audit ... 29

1. Tujuan Surprise Audit ... 32

2. Manfaat Surprise Audit ... 33

3. Pelaksanaan Surprise Audit ... 34

D. Bank dan Bank Syariah ... 34

1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 36

2. Divisi Anti Fraud Pada Bank Syariah ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39


(13)

viii

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

D. Teknik Analisis Data ... 41

E. Lokasi Penelitian ... 43

F. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri ... 44

B. Strategi Pendeteksian Fraud Bank Syariah Mandiri ... 46

C. Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri ... 47

1. Pelaksanaan Audit... 50

2. Hasil Audit ... 53

3. Pelaksana Surprise Audit ... 55

4. Frekuensi Pelaksanaan Surprise Audit ... 57

5. Kelebihan dan Kekurangan Program Surprise Audit ... 58

D. Pengaruh Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu...9 Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional...36


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Grafik Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia...3

Gambar 1.2. Grafik Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah Mandiri ...4

Gambar 1.3. Perolehan Skor GCG Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2014....5

Gambar 1.4. Kerangka Konsep Penelitian...13

Gambar 2.1. Unsur-unsur Pendorong Perilaku Fraud...18

Gambar 2.2. Fraud Tree...20

Gambar 2.3. Persentase Kasus Fraud Pada Setiap Industri Perekonomian Global...23

Gambar 2.4. kategori Bukti Audit...26

Gambar 3.1. Komponen Analisis Data Kualitatif...43

Gambar 4.1. Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri periode 2011-2016...45


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Draft Hasil Wawancara Lampiran II : Contoh Alat Audit

Lampiran III : Surat Keterangan Penelitian dari Bank Syariah Mandiri Lampiran IV : Struktur Organisasi Internal Audit Bank Syariah Mandiri Lampiran V : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah fraud belum dikenal secara luas di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih mengenal segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan untuk memperoleh keuntungan sebagai korupsi. Namun, sebenarnya korupsi hanyalah salah satu bentuk dari praktik fraud. Fraud memiliki cakupan yang lebih luas dari pada korupsi. Fraud adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain1.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2014, ada beberapa poin penting terkait bahaya fraud2 yang berupa kerugian bagi perusahaan :

1. Kerugian organisasi yang disebabkan fraud adalah sebesar 5% dari penghasilan tahunan (annual revenue).

2. Rata-rata kerugian akibat fraud yang diderita oleh masing-masing perusahaan/organisasi berdasarkan jenis fraud adalah :

a) Penyalahgunaan aset mencapai 85% dari total kasus, meyebabkan rata-rata kerugian sebesar $130.000.

b) Korupsi mencapai 37% dari total kasus, menyebabkan rata-rata

kerugian sebesar $200.000.

1 Diaz Priantara, Fraud Auditing & Investigation, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013, hal. 4. 2 Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and


(18)

c) Fraud atas laporan keuangan hanya 9% dari total kasus, namun menyebabkan rata-rata kerugian paling besar yakni $1 juta. Berdasarkan hasil survei ACFE pada tahun 2014, perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah sektor yang paling banyak terdapat fraud. Perbankan Indonesia sendiri menganut dual banking system yang terdiri dari perbankan konvensional dan perbankan syariah. Untuk memperkuat pengendalian internal bank, Bank Indonesia selaku regulator perbankan Indonesia menerapkan strategi anti fraud bagi bank umum (konvensional dan syariah) melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Surat Edaran ini mulai berlaku tertanggal 9 Desember 2012 dan untuk penyampaian laporan pelaksanaannya paling lambat 6 (enam) bulan setelah Surat Edaran diterbitkan.

Sebagai lembaga keuangan perbankan, bank syariah juga menghadapi resiko adanya tindakan fraud. Terlebih dengan masih banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalam perbankan syariah namun tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam bidang perbankan syariah. Sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan hukum positif dan syariat Islam, tindakan fraud yang ditemukan pada bank syariah dapat mempengaruhi nilai kredibilitas perbankan syariah dan nilai-nilai Islami di mata masyarakat umum.


(19)

Berikut adalah grafik jumlah internal fraud pada bank syariah di Indonesia3 :

Gambar 1.1

Grafik Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014

Sumber : Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Setiap Bank Syariah terkait pada Periode 2010-2014.

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah dengan jumlah fraud tertinggi dengan nilai rata-rata 16 kasus per tahun. Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset Rp70.369.708.944.091,-4 pada tahun 2015. Dengan nilai aset tersebut, BSM memiliki tingkat risiko kecurangan (fraud) yang lebih tinggi dibandingkan bank lainnya. Aset adalah salah satu konsentrasi yang paling rawan terhadap fraud5. Untuk itu, diperlukan manajemen pengendalian

3

Nama dan jumlah bank syariah yang tercantum didasarkan pada publikasi laporan tahunan Good Corporate Governance yang di dalamnya terdapat kelengkapan laporan jumlah fraud.

4

Laporan keuangan tahunan Bank Syariah Mandiri tahun 2015.

5

Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat, 2011, hal. 64.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Bank Muamalat Indonesia Bank Victoria Syariah Bank BRI Syariah Bank BNI Syariah Bank Syariah Mandiri BCA Syariah Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia

2010 2011 2012 2013 2014


(20)

fraud yang baik. Setidaknya dengan menjadikan standar penerapan Strategi Anti Fraud yang diberlakukan BI sebagai acuan.

Gambar 1.2

Grafik Jumlah Internal Fraud Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2015

Sumber : Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2015

Tahun 2012 adalah tahun pertama diberlakukannya Surat Edaran BI terkait penerapan strategi anti fraud. Meskipun baru di tahun pertama, namun BSM sudah bisa meningkatkan pendeteksian internal fraud. Angka fraud tertinggi terjadi pada tahun 2013, dimana terdapat 32 kasus internal fraud. Pada tahun 2014 BSM berhasil menurunkan jumlahnya menjadi 25 kasus. Sampai kemudian angka ini berhasil ditekan menjadi 8 kasus pada tahun 2015.

Dalam upaya pengendalian fraud, Bank Syariah Mandiri berupaya meningkatkan kualitas pengendalian internal melalui pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). BSM telah mengikuti program CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang merupakan program riset dan pemeringkatan pelaksanaan GCG di Indonesia sejak tahun 2012 sampai tahun

3 2

12

34

25

8

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Internal Fraud BSM Periode 2011-2015


(21)

2015. Berikut adalah skor pelaksanaan GCG Bank Syariah Mandiri pada program CGPI :

Gambar 1.3

Perolehan Skor GCG BSM Periode 2011-2014

Sumber : Laporan Pelaksanaan GCG Bank Syariah Mandiri Tahun 2015

Selama empat periode (periode penilaian tahun 2011-2014), keikutsertaan BSM dalam program ini mendapatkan predikat perusahaan

The Most Trusted Company”. Namun, menjadi the most trusted company bukan berarti tidak berisiko mengalami fraud. Pada tahun 2012 telah terjadi sebuah kasus kredit fiktif di BSM Cabang Bogor yang melibatkan Kepala Cabang Utama BSM Bogor, Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor, dan seorang Account Officer. Total kredit yang cair adalah Rp102 Miliar dan telah dikembalikan sementara ke bank sebesar Rp59 Miliar.

Pada kasus kredit fiktif di BSM ini, menurut Taufik Markus selaku Corporate Secretary BSM, pelanggaran tindak pidana perbankan pada BSM tersebut ditemukan melalui audit internal yang kemudian dilaporkan pada Mabes Polri untuk diproses secara hukum. Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pelaporan/pengaduan tidak selalu berfungsi jika yang melakukan fraud adalah pejabat “atas” di unit kerja. Sedikit dari staf atau pegawai lainnya yang mungkin mau melaporkan atasannya atas tindakan


(22)

fraudulence. Bahkan jika mereka mengetahui jika atasannya benar telah melakukan kecurangan. Peran fungsi pengawasan internal dalam hal ini adalah pengawasan audit intern sangat penting untuk dilakukan. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia perihal strategi anti fraud disebutkan bahwa pilar pendeteksian terdiri dari whistleblowing system (sistem pelaporan/pengaduan), surprise audit, dan surveillance system (sistem pengawasan melalui media dan tools elektronik). Temuan kasus fraud di BSM Cabang Bogor ditemukan melalui audit rutin yang dilakukan Divisi Audit Intern (DAI) BSM dengan metode surprise audit. Menarik dikaji apakah dengan adanya surprise audit ini dapat meningkatkan kualitas pendeteksian dini serta pencegahan fraud pada bank syariah. Di samping itu, belum adanya penelitian mengenai penerapan surprise audit ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi program surprise audit pada lembaga perbankan dengan judul Analisis Penerapan Surprise Audit Dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)?

2. Bagaimana penerapan surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud?


(23)

3. Bagaimana implikasi penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM?

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Penelitian ini tidak membahas penerapan strategi anti fraud secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang, strategi anti fraud meliputi 4 komponen yaitu :

1. Pencegahan, 2. Deteksi,

3. Investigasi, pelaporan dan sanksi, 4. Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut.

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, penelitian ini akan dibatasi sampai upaya pendeteksian fraud saja, yang kemudian difokuskan pada bagian surprise audit.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka berikut adalah rumusan masalah dalam penelitian ini :

1) Bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)?

2) Bagaimana implementasi surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud?

3) Bagaimana implikasi/pengaruh penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM?


(24)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM).

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud.

3. Untuk mengetahui implikasi penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pihak Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan referensi bagi pihak akademisi dalam mengkaji strategi pendeteksian fraud Pada Bank Syariah, serta bagi penelitian lebih lanjut tentang Fraud Pada Bank Syariah.

2. Bagi Pihak Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak praktisi khususnya bagi pihak manajemen perseroan dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan kualitas pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah.


(25)

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan penanaman investasi dan atau sebagai pertimbangan pemilihan lembaga keuangan terpercaya.

E. Review Studi Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan pembahasan fraud yang penulis gunakan sebagai rujukan atas peneitian ini. Berikut adalah ringkasan dari penelitian-penelitan tersebut :

Tabel 1.1

Ringkasan Studi Terdahulu

No. Nama dan Judul

Penelitian Substansi

Persamaan dan Perbedaan Penelitian 1 Penerapan Whistle

Blowing System

Dalam Upaya Pencegahan

Employee Fraud di Bank BNI Syariah

(M. Fazlur Rahman Syarif, UIN Syarif Hidayatullah 2014). *Skripsi

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

bagaimana penerapan dan implikasi Whistle blowing

System dan upaya

pencegahan Employee Fraud di Bank BNI

Syariah Cabang

Sukabumi. Penelitian skripsi ini berupa penelitian lapangan (field research) dan dengan cara analisa kualitatif. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah

wawancara dan studi dokumentasi.

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank

Syariah Mandiri

Pusat. Penelitian ini menggunakan metode yang sama namun berbeda obyek dan subjek penelitiannya.

2 Pengaruh Kualitas Pelaksanaan Good Corporate

Governance (GCG),

Penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui

bagaimana pengaruh

kualitas GCG, Ukuran

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

bagaimana penerapan Bersambung ke halaman selanjutnya


(26)

Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu

No. Nama dan Judul

Penelitian Substansi

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

Ukuran (size) dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud Perbankan Syariah Periode 2011-2013 (Nidaul Hasanah, UIN Syarif Hidayatullah, 2015). *Skripsi

(Size), dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud

Perbankan Syariah.

Sampel penelitian ini

menggunakan metode

purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel

independent pada

penelitian ini,

kompleksitas bank adalah variabel yang berpengaruh signifikan terhadap fraud. Sedangkan kedua variabel lainnya berpengaruh terhadap fraud namun tidak signifikan.

Surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank

Syariah Mandiri

Pusat. Penelitian ini

merupakan jenis

penelitian kualitaif.

Berbeda dengan

penelitian sebelumnya

yang merupakan

penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi.

3 Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan

(Theresa Festi T. Dkk., Universitas Riau, 2014). *Jurnal

(JOM FEKOM Vol.1 No. 2 Oktober 2014)

Penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui

signifikansi pengaruh audit

internal terhadap

pencegahan kecurangan (fraud). Populasi pada penelitian ini adalah satuan pengendalian internal (SPI) dan auditor internal pada perbankan cabang pekanbaru dengan jumlah 60 orang. Populasi ini kemudian dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah

nonprobability sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri.

Penelitian ini

merupakan jenis

penelitian kualitatif.

Berbeda dengan

penelitian sebelumnya

yang merupakan

penelitian kuantitatif.

Lembaga tempat

penelitiannya pun berbeda.


(27)

Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu

No. Nama dan Judul

Penelitian Substansi

Persamaan dan Perbedaan Penelitian primer tersebut diperoleh

dengan menggunakan

pertanyaan tertulis (kuesioner).

4 Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud

Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan Kejahatan Perbankan (Suatu penelitian teknik Delphi Pendapat Para Pakar Perbankan). (Edi Fauzi, Universitas Indonesia, 2012)

*Tesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis prospek keberhasilan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum menurut pendapat para ahli di bidang perbankan di Indonesia. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa

Strategi Anti Fraud tersebut prospektif.

Persamaannya adalah kedua penelitian sama-sama merupakan penelitian kualitatif,

namun karena

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Edi (2012) ditujukan untuk mengetahui peramalan

(forecasting) dari prospek keberhasilan Suatu kebijakan baru,

maka teknik

penelitiannya

menggunakan teknik Delphi. Sedangkan

penelitian yang

penulis lakukan

menggunakan teknik analisis deskriptif. Selain itu panelitian

ini juga hanya

difokuskan pada salah satu komponen dari Strategi Anti Fraud yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 13/28/DPNP tentang penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum.

5

Pengawasan, Strategi Anti fraud

Penelitian ini menjelaskan

beberapa upaya

pencegahan fraud pada

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui Bersambung ke halaman selanjutnya.


(28)

Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu

No. Nama dan Judul

Penelitian Substansi

Persamaan dan Perbedaan Penelitian dan Audit Kepatuhan Syariah Sebagai Upaya Fraud Preventive Pada Lembaga Keuangan Syariah. (Atik Emilia Sula dkk. Universitas Trunojoyo Madura, 2014).

*Jurnal

(JAFFA, Vol. 02 No. 2 Oktober 2014, Hal. 91-100)

lembaga keuangan syariah. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan

studi pustaka yang mengacu pada penelitian

terdahulu dan

menghasilkan analisis kritis dan solusi praktis atas penelitian.

bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank

Syariah Mandiri

Pusat. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang difokuskan pada upaya pencegahan,

penelitian ini

membahas tahap

lanjutan setelah pencegahan, yakni pendeteksian fraud.

F. Kerangka Konsep/Pemikiran

Penelitian ini mengangkat tema tentang fraud. Kemudian penelitian difokuskan pada poin pendeteksian fraud. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, ada tiga teknik pendeteksian fraud, yaitu melalui mekanisme Whistleblowing System, surprise audit, dan surveillance system. Dengan berkembangnya lembaga perbankan syariah di Indonesia saat ini, membuat penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana teknik pendeteksian fraud pada Bank Syariah. Berangkat dari kasus fraud yang terjadi di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor pada tahun 2012 silam, penulis memutuskan untuk melakukan studi penerapan strategi pendeteksian fraud pada BSM yang kemudian akan difokuskan pada teknik pendeteksian melalui metode surprise audit.


(29)

Gambar 1.4

Kerangka Konsep Penelitian

Bank Syariah

Resiko Kecurangan (Fraud)

Divisi Anti Fraud :

 Auditor Internal

 Komite Audit

 Dewan Komisaris

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum di Indonesia.

Strategi Anti Fraud :

1. Pencegahan 2. Pendeteksian

3. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi

4. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut.

Surveillance System Surprise Audit

Whistle Blowing System

REKOMENDASI IMPLEMENTASI Bank Syariah Mandiri


(30)

Dalam rangka memperkuat pengendalian intern bank, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No. 13/28/DPNP perihal Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Mengacu pada SE BI ini Bank Syariah Mandiri membentuk Divisi Anti fraud yang terdiri dari Divisi Audit Intern, Komite Audit dan Dewan Komisaris. Berdasarkan hasil penelitian, Bank Syariah menerapkan mekanisme whistleblowing system, surprise audit dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan metode surprise audit dapat dilihat pada bab pembahasan, yakni di bab iv penelitian ini. demikian gambaran dari kerangka konsep penelitian skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Berikut adalah gambaran sistematika penulisan pada skripsi ini :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu terkait penelitian tentang fraud, sistematika penulisan, serta kerangka pemikiran.


(31)

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan tentang teori-teori terkait fraud seperti pengertian, faktor-faktor pendorong fraud, bentuk-bentuk fraud, kemudian teori terkait strategi pendeteksian fraud, Surprise Audit, bank, serta bank syariah.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan pemaparan jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS

Bab ini memaparkan hasil dan analisis penelitian diantaranya penerapan surprise audit dan implikasinya tehadap peningkatan kualitas pendeteksian dini serta pencegahan fraud pada BSM.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian. Serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.


(32)

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fraud

Fraud adalah tindakan melawan hukum yang merugikan entitas atau organisasi dan menguntungkan pelakunya. Tindak kecurangan ini berupa pengambilan atau pencurian harta/aset perusahaan. Tindakan fraud sulit dideteksi karena pada umumnya pelaku fraud adalah para pekerja handal dan profesional di bidangnya. Berikut adalah pengertian fraud :

1. Pengertian Fraud

Menurut Black’s Law Dictionary dalam Ema Kurniawati (2012)6

, fraud didefinisikan sebagai :

“Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang

diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan

orang lain tertipu.”

Sedangkan Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam Fraud Examiners Manual 20067:

6

Ema Kurniawati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle, Semarang : Universitas Diponegoro, 2012, hal. 12.

7


(33)

Fraud is an intentional untruth or dishonest scheme used to take deliberate and unfair advantage of another person or group of person it included any mean, such cheats another.”

“Fraud (kecurangan) berkenaan dengan adanya keuntungan yang

diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur surprise/tak terduga, tipu daya, licik, dan tidak jujur yang

merugikan orang lain.”

Berdasarkan kedua definisi di atas, fraud dapat diartikan sebagai segala bentuk kecurangan yang dilakukan individu atau pun kelompok untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain melalui pemalsuan kondisi sebenarnya pada perusahaan.

2. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud

Adanya peluang atau situasi yang mendorong seseorang melakukan tindak kecurangan dapat menyebabkan seseorang yang sebelumnya tidak berniat melakukan kecurangan menjadi ingin melakukannya. Berikut adalah beberapa teori terkait faktor pendorong terjadinya fraud :

1) Teori C= N + K8 Dengan :

C = Criminal N = Niat

K = Kesempatan

8


(34)

Teori ini lebih sering dipakai oleh kepolisian, dimana ada niat dan kesempatan, maka akan menyebabkan seseorang melakukan tindak kejahatan (kriminal).

2) Fraud Triangle Theory9

Konsep teori ini bertumpu pada riset Donald Cressey (1953) yang merupakan salah satu pendiri Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). Riset ini menyimpulkan bahwa fraud mempunyai tiga sifat umum yang kini lebih dikenal dengan segitiga fraud atau Fraud Triangle. Dalam teori segitiga, perilaku fraud didukung oleh tiga unsur, yaitu adanya tekanan, kesempatan, dan pembenaran. Tiga unsur itu digambarkan dalam segitiga sama sisi karena bobot/derajat ketiga unsur itu sama.

Gambar 2.1

Unsur-unsur pendorong perilaku fraud berdasarkan teori segitiga fraud.

a) Tekanan (Pressure), ada berbagai macam tekanan yang dapat mendorong seorang pegawai melakukan tindak kecurangan,

9


(35)

diantaranya seperti tekanan keuangan, tekanan lingkungan kerja, kebiasaan buruk, dan lain sebagainya.

b) Kesempatan (Opportunity), adanya kesempatan yang memungkinkan terbukanya peluang terjadi fraud diantaranya diakibatkan oleh lemahnya pengendalian internal.

c) Pembenaran (Rationalization), faktor pembenaran ini biasanya dilakukan pegawai yang merasa sudah bekerja keras dan berjasa pada perusahaan namun tidak mendapatkan imbalan yang sepadan dengan usahanya. Karenanya, ia melakukan kecurangan dengan alasan pembenaran atas apa yang dilakukannya.

3. Bentuk-bentuk Fraud

Para ahli mengklasifikasikan fraud ke dalam beberapa bentuk, diantara bentuk-bentuk fraud yang paling sering digunakan sebagai acuan adalah bentuk-bentuk fraud menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). Menurut (ACFE), bentuk-bentuk fraud terbagi ke dalam 3 kategori10, yaitu :

a. Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan laporan keungan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk salah saji material laporan keuangan.

10

Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and Abuse, hal. 11.


(36)

b. Penyalahgunaan Aset

Kecurangan ini berupa pengambilan aset perusahaan secara ilegal (tidak sah), atau biasa disebut dengan penggelapan aset perusahaan. Kecurangan ini terdiri dari kecurangan kas dan kecurangan persediaan dan aset lain.

c. Korupsi

Jenis kecurangan ini terdiri dari adanya pertentangan kepentingan, penyuapan, hadiah tidak sah, dan pemerasan ekonomi. Untuk lengkapnya, pengelompokan bentuk-bentuk fraud dapat dilihat pada gambar fraud tree berikut ini :

Gambar 2.2

Occupational Fraud and Abuse Classification System (Fraud Tree)

Sumber : Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014 - Association of Certified Fraud Examiner


(37)

Dalam perkembangannya, terdapat bentuk lain dari fraud yaitu segala bentuk fraud yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi atau yang biasa disebut dengan cybercrime. Jenis fraud ini merupakan jenis fraud yang paling canggih, selain ahli dalam bidang keuangan, para pelaku juga memiliki keterampilan khusus dalam bidang Ilmu Teknologi (IT) atau setidaknya memiliki seseorang yang ahli di bidang tersebut.

Cybercrime akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan, di mana teknologi informasi, komunikasi dan multimedia berkembang dengan pesat dan canggih. Entitas yang operasionalnya sudah sangat tergantung pada teknologi informasi, komunikasi, dan multimedia harus melindungi dirinya dengan information control dan security yang tepat. Cybercrime dapat terjadi mulai berupa serangan virus dan hacker sampai dengan concealment pada asset misappropriation dan conversion melalui kecanggihan teknologi11.

3. Pendeteksian Fraud

Deteksi fraud adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud adalah untuk dapat melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan12.

11

Diaz Priantara, Fraud Auditing & Investigation, hal. 75.

12


(38)

Pendeteksian fraud dilakukan dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala terjadinya fraud, seperti perubahan pola hidup atau perilaku seseorang, banyaknya keluhan dari customer atau pegawai lainnya, dan adanya pencatatan atau dokumentasi yang mencurigakan. Tanda-tanda ini biasa disebut dengan Red Flag (fraud Indicator). Meskipun dengan munculnya red flag tersebut tidak selalu mengindikasikan adanya fraud, namun setiap fraud selalu diikuti dengan adanya red flag, karenanya red flag merupakan peringatan dini terhadap fraud.

Secara umum ada dua teknik pendeteksian fraud, yaitu pendeteksian fraud dengan critical point auditing yang dilakukan dengan analisis trend dan pengujian khusus, dan pendeteksian fraud dengan job sensitivity analisis (analisis kepekaan) yang dilakukan dengan mengidentifikasi posisi pekerjaan yang rawan kecurangan dan dengan mempertimbangkan karakter pribadi13. Pendeteksian fraud dengan teknik critical point auditing adalah teknik pendeteksian fraud melalui audit terhadap laporan keuangan (catatan akuntansi) yang mengarah pada indikasi adanya gejala fraud yang kemudian mengarah kepada penyelidikan lebih lanjut.

4. Fraud Pada Perbankan

Soekardi Hoesodo menjelaskan fraud di bidang perbankan dapat diartikan sebagai14:

“tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain,

13

Karyono, Forensic Fraud, hal. 109.

14

Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, Depok, Universitas Indonesia : 2012, hal. 11.


(39)

yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku Fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung”.

Berdasarkan hasil laporan survei berkala yang dilakukan ACFE pada tahun 2014, industri perbankan dan jasa keuangan lainnya menempati urutan pertama sebagai sektor yang paling sering terjadi fraud. Sebesar 17,8% dari total kasus yang ada dalam survei terjadi di sektor perbankan. Survei ini didasarkan pada kasus fraud yang diinvestigasi oleh pemeriksa fraud bersertifikasi (CFE) yang tersebar di seluruh dunia, termasuk salah satunya di Indonesia15. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini :

Gambar 2.3

Persentase Kasus Fraud Pada Setiap Industri Perekonomian Global

Sumber : Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014 - Association of Certified Fraud Examiner

15

Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and Abuse, hal. 27.


(40)

Industri perbankan memiliki berbagai regulasi terkait kebijakan operasional perbankan, namun dengan ketatnya regulasi pun risiko fraud masih tinggi jika tidak disertai dengan penguatan pengendalian internal. Seperti yang disampaikan oleh Joy Luhukay selaku pengamat perbankan strategic Indonesia, modus kejahatan perbankan bukan hanya soal kecurangan (fraud), tetapi lemahnya pengawasan internal control bank terhadap sumber daya manusia juga menjadi titik celah kejahatan

perbankan. “Internal Control menjadi masalah utama perbankan. Bank Indonesia harus mengatur standard operating system (SOP)”, Kata Joy Luhukay (2/5/2011) 16.

Guna memperkuat pengendalian internal bank, Bank Indonesia selaku regulator perbankan Indonesia menerapkan strategi anti fraud bagi bank umum melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Penerapan strategi ini akan memperkuat pengendalian internal bank melalui pengendalian fraud.

B. Audit

Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan17.

16

Diakses pada Selasa, 29 Maret 2016. Dikutip dari www.kompas.com

17

Yusar Sagara dan Fitri Yani Jalil, Auditing, Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013, hal. 16.


(41)

Audit adalah proses pemeriksaan yang independen. Orang yang melakukan audit disebut dengan auditor yang terdiri dari auditor internal dan auditor eksternal. Auditor internal adalah auditor yang bertugas mengaudit kinerja internal perusahaan. Hasil audit akan digunakan sebagai acuan perbaikan sistem atau kebijakan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan auditor eksternal adalah auditor yang berasal dari luar perusahaan seperti auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dan auditor pemerintah.

Auditor eksternal bertugas mengaudit laporan keuangan perusahaan untuk menentukan kewajaran dan kesesuaian laporan tersebut dengan standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal juga memiliki andil dalam pendeteksian fraud. Auditor eksternal diharapkan dapat mendeteksi fraud yang sebelumnya tidak dapat terdeteksi oleh auditor internal berdasarkan ketidakwajaran yang ditemukan pada catatan akuntansi perusahaan. Namun, dalam upaya pendeteksian kecurangan (fraud), auditor internal memegang peranan utama karena auditor internal melakukan pemeriksaan langsung terhadap kondisi internal perusahaan.

1. Bukti Audit (Evidence)

Arens, Elder dan Beasley (2003 : 242) mendefinisikan bukti audit sebagai “setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria

yang ditetapkan”18

.

18

Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu, hal. 242.


(42)

Secara garis besar, bukti audit dapat dibedakan ke dalam 3 kategori19. Seperti yang terlihat pada gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 2.4 kategori Bukti Audit

Sumber : Valery G. Kumaat (2011)

Dalam proses litigasi (pengadilan), media audio-visual seperti rekaman CCTV, hasil foto/scanning dokumen, atau kesaksian dalam bentuk rekaman audio/video dapat digunakan sebagai bukti fisik. Sebuah temuan hasil audit setidaknya harus didukung oleh minimal 2 dari 3 kategori diatas (bukti fisik, data, kesaksian).

19

Valery G. Kumaat, Internal Audit, Jakarta : Erlangga, 2011, hal. 86.

PHYSICAL EVIDENCE

Bukti yang terlihat. Dijumpai saat dilakukan observasi/inspeksi langsung di lokasi audit. Misalnya,

selisih stok barang rusak, barang hilang (yang semuanya tidak tersaji

dalam laporan stok), dana operasional yang dipakai untuk kepentingan pribadi, karyawan yang sering mangkir, konflik dalam

tim, dan sebagainya.

WITNESS EVIDENCE

Bukti keterangan dari saksi terkait, yang selanjutnya dituangkan dalam konfirmasi tertulis. saksi bisa berupa saksi pelaku (suspect) maupun saksi

yang

memberatkan/meringankan. kesaksian tertulis merupakan syarat mutlak dalam investigative

audit.

DATA EVIDENCE

Bukti tertulis yang dapat dikumpulkan secara on desk

maupun on site. Bukti ini dapat berupa bon transaksi, catatan

rutin, kertas kerja, notulen

meeting, laporan periodik, atau data yang diprint/copy atau

di-download (dari di-backend) sistem komputer.


(43)

Pada umumnya bukti awal (initial evidence) bisa berupa salah satu dari kategori diatas, yaitu bisa dari hasil penggalian oleh auditor sendiri (verifikasi fisik, analisis data, interview/intelligence) atau hasil informasi (pengaduan) yang diterima oleh auditor.

Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar. Keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dibagi ke dalam empat jenis keputusan20, yaitu :

- Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.

- Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.

- Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi. - Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

2. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. Berikut adalah prosedur yang biasa dilakukan dalam kegiatan audit21 :

20

Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu, hal. 242

21


(44)

a) Pemeriksaan fisik, yaitu prosedur yang dilakukan dengan cara melihat, menghitung dan mengenal langsung jumlah pos/barang seperti menghitung kas, melihat bangunan, melihat pabrik, menghitung persediaan barang, dan lain-lain.

b) Konfirmasi, merupakan bentuk pertanyaan yang disampaikan dalam bentuk tertulis oleh auditor kepada pihak lain di luar perusahaan yang berhak untuk memberikan informasi. Pihak yang ditanya harus dapat dipercaya dan tidak memihak. Prosedur konfirmasi ini biasanya dijadikan sebagai pengganti prosedur pemeriksaan fisik. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk memeriksa kewajaran piutang dan hutang, memeriksa jumlah persediaan yang ada di gudang pihak ketiga seperti barang konsinyasi, surat berharga yang ada di bank, dan lain-lain.

c) Inspeksi, yaitu prosedur memeriksa, melihat dokumen.

d) Vouching : proses pemeriksaan apakah catatan pembukuan dan jumlah yang terdapat dalam buku didukung atau tidak oleh dokumen yang sah.

e) Tracing (menelusuri) : adalah kebalikan dari vouching. Pemeriksaan dimulai dari bukti sampai kepada buku catatan. f) Recomputation : disebut juga recalculating, recounting, atau

reperformance. Prosedur ini adalah dengan menghitung kembali daftar-daftar yang diserahkan klien. Contoh, apakah perhitungan biaya penyusutan sudah benar dan dicatat dengan benar.


(45)

g) Scanning : melihat buku atau tabel-tabel data cera sepintas unruk melihat kemungkinan adanya transaksi/hal-hal yang tidak biasa atau yang tidak konsisten.

h) Inquiry (tanya jawab). i) Observasi.

j) Prosedur pemeriksaan Analitis yaitu pembuatan analisis yang

sistematis dengan jalan membanding-bandingkan,

menghubungkan informasi yang satu dengan informasi yangsatu dengan informasi yang lain baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.

C. Surprise Audit

Sebagai upaya mengoptimalkan pendeteksian fraud, Bank Indonesia menjadikan surprise audit sebagai salah satu upaya pendeteksian fraud pada lembaga perbankan. Surprise Audit terdiri dari kata Surprise dan Audit. Kata surprise berasal dari bahasa Inggris yang berarti sesuatu yang tidak diberitahu kepada orang lain22. Dalam bidang Audit, Surprise Audit adalah proses audit yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa memberikan pemberitahuan kepada obyek audit bahwa akan diadakan audit.

22

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal. 571.


(46)

Sasaran dari Surprise audit adalah setiap sektor yang rawan terjadi fraud. Setidaknya ada tiga obyek yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan surprise audit karena tingkat kerawanan risiko fraud itu sendiri23, Yaitu :

1) Transparansi Sistem

Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas bagi pelaku kecurangan. Keterbatasan akses dari luar unit akan membatasi pengawasan dan pemberian masukan terhadap unit bersangkutan membuat pelaku lebih leluasa dalam memanipulasi sistem.

Karena itu biasanya pelaku kecurangan tidak lain adalah “orang dalam”

atau setidaknya melibatkan orang yang memiliki otoritas atas akses sistem tersebut. Pelaku kecurangan sering menjadikan unit kerja yang

“basah” sebagai sasarannya. Di antara unit kerja tersebut adalah :

a) Pembelian barang atau jasa. b) Pengeluaran kas dan biaya rutin. c) Pengeluaran berbasis proyek/event.

d) Penagihan kewajiban dari pelanggan, khususnya yang kurang lancar (bermasalah atau bed debt).

e) Pengeluaran aset fisik (inventory atau aset fisik). 2) Konsentrasi Aset dan Biaya

Berbeda dengan unit sebelumnya, pada unit Aset dan Biaya para pelaku sudah menargetkan terlebih dahulu sebelum beraksi. Satu-satunya alasan

23


(47)

yang menjadikan unit ini rentan terhadap kecurangan adalah karena jumlah nilainya yang besar. Jumlah aset yang relatif banyak memberikan kemudahan dalam melakukan kecurangan tanpa segera diketahui.

Misalnya barang inventory, aset tetap tertentu (kursi kerja, brankas, dsb), dan persediaan kantor tertentu (buku, telepon, kertas). Alokasi anggaran yang relatif besar membuka peluang untuk melakukan manipulasi (mark up) biaya. Misalnya anggaran terkait proyek. Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan menjualnya

“di bawah harga pasar” tetap dapat memberikan keuntungan yang besar.

Misalnya peralatan komputer dan peralatan laboratorium. 3) Integritas SDM dan Keseimbangan Organisasi

integritas SDM diuji saat dihadapkan pada kondisi terbukanya peluang dan adanya dorongan untuk melakukan kecurangan. Namun, faktor pendorong tidak hanya dapat berasal dari dalam diri pelaku saja melainkan dari berbagai faktor eksternal. Diantaranya adalah lingkungan organisasi kerja. Faktor dorongan dari diri SDM dan lingkungan organisasi kerap menjadi pemicu yang saling melengkapi ketika seseorang melakukan kecurangan.

Perilaku fraud dapat terjadi pada siapa saja yang terlibat di dalam perusahaan, mulai dari pegawai biasa sampai dengan jajaran direksi manajemen perusahaan. Karena pendeteksian fraud tidak mudah dilakukan, maka program whistleblowing system saja tidak cukup. Terlebih pada jajaran atas manajemen perusahaan.


(48)

Menurut Anika Faisal selaku pengamat perbankan dari Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional24, program whistleblowing adalah kunci banyaknya pengungkapan tindakan kecurangan dalam sebuah bank. Namun sayangnya program ini tidak memiliki prospek, karena dalam kasus-kasus besar yang melibatkan pencurian keuangan negara yang dilakukan oleh para konglomerat termasuk pemilik bank melalui perbankan, sebagian besar tidak terdeteksi. Karyawan atau eksekutifnya pun tidak akan mau melaporkannya.

Untuk menutupi kekurangan tersebut maka perusahaan menerapkan strategi pendeteksian fraud melalui program surprise audit atau audit dadakan. Berbeda dengan whistleblowing system, Anika Faisal menilai bahwa program surprise audit memiliki prospek yang baik. Dengan adanya audit dadakan, orang yang melakukan kecurangan, belum dan sedang melakukan proses penghilangan barang-barang bukti atau sedang melakukan penyesatan-penyesatan laporan keuangan bisa diketahui saat melalui investigasi audit dadakan25.

1. Tujuan Surprise Audit

Menurut Sam Bowercraft dan david Hammarberg (2013)26, tujuan dari diadakannya surprise audit adalah :

24

Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, hal. 76.

25

Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, hal. 78

26

Diakses pada Kamis, 19 Mei 2016. Dikutip dari


(49)

a) untuk mengevaluasi tanpa memberikan pemberitahuan dari tinjauan/pemeriksaan sehingga persiapan tidak dapat dilakukan oleh auditee (sasaran audit)

b) untuk mengkonfirmasi kesiapan operasional sebenarnya dari area proses.

c) audit adalah strategi deteksi.

d) kemungkinan audit merupakan strategi pencegahan.

2. Manfaat Surprise Audit

Manfaat dari adanya surprise audit diantaranya adalah meningkatkan kesiapan pegawai. Karena audit ini diadakan secara mendadak, maka setiap pegawai harus siap setiap saat untuk menghadapi kemungkinan adanya pelaksanaan audit secara tiba-tiba. Selain itu praktik fraud lebih sering tertangkap basah melalui strategi surprise audit ini.


(50)

3. Pelaksanaan Surprise Audit

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Try Bagus27, pelaksanaan surprise audit pada Bank X telah dijadwalkan untuk dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun. Namun, pelaksanaan surprise audit ini dapat lebih dari satu kali dalam setahun apabila pihak manajemen Bank X dalam hal ini direksi dan dewan komisaris, menginstruksikan divisi audit internal untuk melakukan surprise audit tambahan tersebut. Adapun audit yang dilakukan adalah dengan meneliti kesesuaian pelaksanaan operasional dengan SOP bagi divisi atau unit kerja yang diaudit.

D. Bank dan Bank Syariah

Dr. B.N. Ajuha menyatakan bahwa Bank adalah suatu tempat untuk menyalurkan modal dari mereka yang tidak mampu menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat28. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 Bab I Pasal 1.1, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak29.

27

Try Bagus Harminto, Tinjauan Yuridis Atas Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Fraud Dalam Perkreditan Oleh Bank X, Depok, Universitas Indonesia : 2012, hal. 92.

28

Diakses pada tanggal 26 Februari 2016 dari www.informasiana.com

29


(51)

Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan bank dalam masyarakat adalah sebagai :

- Penghimpun dana dari masyarakat - Penyalur dana dalam bentuk kredit

- Memperlancar dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat.

Seiring perkembangan dunia perbankan, kini perbankan Indonesia menganut dual banking system yakni perbankan konvensional dan perbankan syariah. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah30. Bank syariah sebagai lembaga bisnis yang berjalan berdasarkan prinsip syariah tidak boleh diarahkan untuk menghasilkan laba yang maksimum. Sebagai sebuah lembaga bisnis, bank syariah harus diarahkan untuk mencapai kesejahteraan bersama di dunia dan di akhirat.

30


(52)

1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, bank syariah memiliki beberapa persamaan dengan bank konvensional. Seperti pada sisi teknis penerimaan uang, persyaratan pengajuan kredit, dan sistem transfer. Namun, di sisi lain bank syariah juga memiliki perbedaan mendasar dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut adalah :

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional31

No. Aspek Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga,

spekulasi dan ketidakjelasan Berdasarkan bunga

2 Operasional

Dana masyarakat berupa titipan dan investasi baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu. Pada sisi penyaluran, dana tersebut disalurkan pada sektor

yang halal dan

menguntungkan.

Dana masyarakat

berupa simpanan yang

harus dibayar

bunganya pada saat jatuh tempo. Pada sisi penyalurannya, aspek halal tidak tidak menjadi pertimbangan utama.

3 Sosial

Aspek sosialnya dinyatakan dengan eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan.

Aspek sosialnya tidak tersirat secara tegas.

4 Organisasi

Bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Tidak terdapat dewan sejenis.

31

Amir Machmud, dan Rukmana, Bank Syariah :Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta : Erlangga, 2010, Hal. 11


(53)

2. Divisi Anti Fraud Pada Bank Syariah

Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal, setiap bank diharuskan membentuk unit khusus pengendalian fraud32. Pertanggungjawaban unit ini dilakukan langsung kepada direktur utama. Sedangkan untuk fungsi pengawasan, unit ini berada langsung di bawah pengawasan dewan komisaris.

Divisi anti fraud beroperasi secara independent. Hal ini ditujukan untuk menjaga obyektivitas dari penilaian audit terhadap kondisi perusahaan. Struktur dari unit anti fraud pada setiap bank berbeda-beda, sesuai dengan kebijakan perusahaan. Seperti misalnya divisi anti fraud pada Bank Syariah Mandiri yang terdiri dari auditor internal, komite audit, dan dewan komisaris selaku pengawas dan pembentuk kebijakan terkait penanganan fraud.

Selain itu ada auditor eksternal yang juga berperan dalam upaya pendeteksian kecurangan (fraud). Dengan adanya auditor eksternal diharapkan dapat mendeteksi fraud yang sebelumnya tidak dapat terdeteksi oleh auditor internal. Tujuan dari pembentukan divisi ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal perusahaan melalui pengendalian fraud.

32

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Tanggal 9 Desember 2011 Perihal Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum.


(54)

Semakin baik pengendalian fraud suatu perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan. Selain itu, adanya praktik fraud pada bank syariah akan menyebabkan berkurangnya kredibilitas bank syariah di mata publik. Terlebih dengan landasan dari bank syariah itu sendiri yang tidak lain adalah syariat Islam dan hukum positif. Tidak hanya bank syariah saja yang akan diragukan kredibilitasnya oleh publik, namun juga dapat berdampak pada LKS lainnya. Karena itu keberadaan divisi anti fraud sangat krusial bagi bank syariah.


(55)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah instrumen kunci33. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang mendalam, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat mencermikan keadaan yang sesungguhnya dari obyek penelitian. Jenis penelitian kualititatif lebih ditekankan untuk meneliti permasalahan dalam bidang sosial dan budaya. Dalam hal ini adalah kondisi bank syariah dalam upaya pendeteksian fraud melalui metode surprise audit. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah penerapan surprise audit pada Bank Syariah Mandiri (BSM), sedangkan subjek penelitiannya adalah divisi anti fraud pada BSM. Divisi anti fraud BSM terdiri dari divisi audit intern, komite audit, dan dewan komisaris.

Untuk jenis datanya, penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara pihak manajemen anti fraud pada BSM. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data primer dalam mendeskripsikan hasil penelitian yang berupa buku, jurnal, laporan tahunan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), Peraturan Bank Indonesia, dan lain-lain.

33


(56)

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya34. Berdasarkan arti karakteristiknya, Populasi dalam penelitian ini adalah divisi anti fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM) yang terdiri dari Divisi Audit Intern, Komite Audit dan Dewan Komisaris. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah staf divisi audit intern BSM pada bagian audit investigasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu. Purposive sampling merupakan bagian dari nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Penelitian lapangan dilakukan melalui survei langsung ke Kantor Internal Audit Group (IAG) Bank Syariah Mandiri untuk mendapatkan data yang dibutuhkan melalui interview (wawancara) dan studi dokumentasi.

34


(57)

Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada responden35. Responden dalam penelitian ini adalah staf divisi audit intern Bank Syariah Mandiri (BSM) pada bagian investigasi. Auditor investigator bertugas melakukan audit khusus terkait dugaan adanya fraud. Divisi audit intern BSM berjumlah 62 orang yang di dalamnya terdapat 9 orang auditor investigator. Untuk sampel dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara terhadap tiga orang auditor investigator.

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen perusahaan terkait data yang diperlukan, yakni tentang fraud. Studi pustaka (library research) dilakukan melalui pencarian literatur-literatur yang berupa dokumen-dokumen, hasil riset, artikel, dan sejenisnya guna mendukung pembuktian kebenaran masalah dalam penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memaparkan hasil penelitian secara obyektif melalui penggambaran kondisi obyek penelitian berdasarkan data-data dan teori terkait. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles and Huberman (1984), langkah-langkah analisis data kualitatif adalah sebagai berikut36 :

35

Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2013, hal.83.

36


(58)

1. Pengumpulan Data

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Ketika informasi yang didapat peneliti selama proses wawancara dirasa kurang memuaskan, maka peneliti dapat menggali informasi lebih dalam melalui pengembangan pertanyaan wawancara sesuai dengan tema penelitian. 2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses perangkuman data yang didapat dari hasil pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pemilihan data pokok dan memfokuskan pada data penting terkait obyek penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan pemisahan data yang tidak diperlukan dalam penelitian.

3. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984), penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah melalui teks yang bersifat naratif.

4. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan dapat memberikan temuan baru terkait obyek penelitian yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan merupakan bentuk verifikasi dari dugaan sementara yang diungkapkan pada tahap awal penelitian.


(59)

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Kualitatif

Sumber : Sugiyono (2010) E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor Internal Audit Group (IAG) Bank Syariah Mandiri di Jl. Surabaya No.58, Menteng, Jakarta Pusat, Indonesia.

F. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian

Penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2012 sebagai acuan penulisan laporan penelitian37.

37

Penulis adalah mahasiswa Passing Out dari Fakultas Syariah dan Hukum ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Display Data

Kesimpulan/ Verifikasi


(60)

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri

Sesuai dengan namanya, Bank Syariah Mandiri atau yang biasa disebut BSM adalah anak perusahaan dari Bank Mandiri. BSM didirikan pada tanggal 26 Oktober 1999 dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Gagasan pendirian BSM bermula dari melihat ketahanan Bank Muamalat Indonesia yang pada saat itu adalah satu-satunya bank syariah di Indonesia, terhadap krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Pendirian BSM juga dilakukan sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998 yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah terbesar di Indonesia. Kini BSM telah memiliki 864 kantor yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan total 355.245 unit ATM38. Pada tahun 2015, nilai aset BSM mencapai Rp70.369.708.944.091,-39. Jumlah ini terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada Juli 2016, jumlah asetnya meningkat menjadi Rp74.214.014.000.000,-40.

38

Dikutip dari : https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/profilperusahaan-profilperusahaan/

39

Laporan keuangan tahunan Bank Syariah Mandiri tahun 2015.

40


(61)

Berikut adalah grafik pertumbuhan aset BSM selama kurun waktu 5 tahun terakhir :

Gambar 4.1

Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri (BSM) periode 2011-2016

Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT. Bank Syariah Mandiri

Pada tahun 2015, BSM menerima penghargaan sebagai “The Best Islamic Bank in Indonesia” (versi Asiamoney Islamic Bank Award). BSM juga telah mengikuti program CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang diselenggarakan oleh IICG (The Indonesian Institute Corporate Governance) yang merupakan program riset dan pemeringkatan pelaksanaan GCG di Indonesia sejak tahun 2012 sampai tahun 2015. Selama empat periode (periode penilaian tahun 2011-2014), keikutsertaan BSM dalam program ini

mendapatkan predikat perusahaan “The Most Trusted Company”. Pencapaian predikat ini menunjukkan komitmen BSM dalam mengimplementasikan GCG secara berkelanjutan.

Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai resiko yang harus dihadapi, terutama bagi perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Salah satu resiko tersebut adalah resiko fraud. Dengan adanya kasus fraud yang terjadi di Bank

0 20,000,000,000,000 40,000,000,000,000 60,000,000,000,000 80,000,000,000,000

A

set

Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri

(BSM)


(62)

Syariah Mandiri Cabang Bogor pada tahun 2012 menyebabkan berkurangnya integritas BSM di mata sebagian orang, khususnya calon nasabah yang masih awam mengenai berbagai resiko yang dihadapi lembaga perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Dalam dunia perbankan, resiko kerugian selalu ada di setiap lini bisnis. Resiko fraud adalah salah satunya. Fraud dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk mengendalikan resiko ini, Bank Syariah Mandiri menerapkan strategi anti fraud agar tidak ada kasus bogor kasus bogor selanjutnya di masa yang akan datang. Salah satu poin penting dalam strategi anti fraud adalah tahap pendeteksian fraud, yakni tahap menemukan adanya fraud. Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri.

B. Strategi Pendeteksian Fraud Bank Syariah Mandiri

Mengacu pada Surat Edaran BI No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan kebijakan dan mekanisme whistleblowing system, surprise audit dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Whistleblowing system ditujukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian fraud melalui pengungkapan laporan indikasi fraud. Seluruh pegawai/pejabat BSM wajib melaporkan setiap dugaan tindakan penyimpangan yang terjadi di lingkungan kerjanya. Untuk penyampaian laporan pelanggaran dapat dilakukan melalui berbagai sarana whistleblowing system berupa email pengaduan, website, SMS, sarana Chatting, Surat, telepon, dan sebagainya.


(63)

Laporan harus disertai dengan bukti-bukti yang mendukung atau bahkan menunjukkan bahwa pihak yang dilaporkan memang telah melakukan fraud. Laporan tidak boleh dilakukan hanya karena sekedar alasan like or dislike (masalah pribadi). Berdasarkan laporan tersebut kemudian auditor akan melakukan pemeriksaan dalam rangka pengecekan atas kebenaran laporan adanya fraud di unit bersangkutan.

Surprise audit difokuskan pada area atau divisi yang rawan terhadap fraud, sedangkan surveillance system adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendeteksi adanya ketidakwajaran dalam setiap transaksi, khususnya transaksi harian. Surveillance system adalah sebuah tools yang secara otomatis akan menunjukkan tanda-tanda jika telah terjadi anomali dalam transaksi. Walaupun anomali tersebut belum tentu menunjukkan adanya fraud, namun hal ini dapat menjadi red flag atau peringatan dini terhadap fraud, karena setiap fraud pasti diawali dengan adanya red flag. Sistem ini hanya ada di unit audit dan unit risk based.

C. Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri

Proses dan tahapan audit pada Bank Syariah Mandiri dilakukan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan manual instruksi kerja yang ada pada Standar Operating System (SOP) internal audit Bank Syariah Mandiri yang merujuk pada standar internasional ISO 9001:2008. Beberapa aktivitas pemeriksaan dalam pelaksanaan audit harus dilakukan dengan metode surprise audit. Berikut adalah karakteristik dari surprise audit :


(64)

Surprise audit merupakan pemeriksaan secara mendadak yang dilakukan oleh tim audit dengan tujuan :

1. Meyakini bahwa jumlah fisik uang/barang yang ada sesuai dengan pencatatan /administrasi secara sistem maupun manual.

2. Memastikan bahwa petugas cabang tidak melakukan praktek overservice kepada nasabah, seperti menerima penitipan bilyet, buku tabungan dan ATM nasabah.

3. Memastikan bahwa pengamanan terhadap sarana kerja telah memadai. 4. Meminimalisir peluang terjadinya rekayasa kondisi.

5. Mengidentifikasi dan mencegah terjadinya fraud secara dini.

Pemeriksaan dengan metode surprise audit dilakukan terhadap seluruh unit kerja (termasuk konter layanan priority), terutama pada aktivitas :

1. Cash count terhadap uang dalam khasanah dan cash box teller. 2. Cash count terhadap uang dalam mesin ATM.

3. Cash count terhadap kas kecil.

4. Stock opname surat berharga (deposito, Cek/BG, buku tabungan dan bukti kepemilikan asset).

5. Stock opname kartu ATM dan PIN Mailer. 6. Stock opname jaminan.

7. Pengecekan pelayanan dan pengamanan lingkungan kerja dengan melakukan pemeriksaan terhadap meja kerja, laci dan cash box Teller, Customer Service (CS) maupun Personal Relationship Officer (PRO).


(65)

Pemeriksaan terhadap ketujuh unit kerja diatas adalah cara paling mudah untuk mendeteksi adanya fraud. Melalui pemeriksaan tersebut auditor dapat langsung menemukan ketidaksesuaian/penyimpangan. Termasuk pada bagian pembiayaan, jika memang ada yang mencurigakan pada data nasabah pengajuan/penerima pembiayaan, maka auditor akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pembiayaan tersebut tanpa diketahui oleh staf bagian pembiayaan dan juga nasabah bersangkutan.

Seluruh pemeriksaan diatas dilakukan pada saat pelaksanaan general audit (audit rutin). Pemeriksaan pada audit rutin tidak hanya dilakukan pada bagian operasional/cabang saja. Kegiatan audit rutin dilakukan pada empat segmen yang terdiri dari Head Office Audit, Wholesale Audit, Retail and Cunsomer Audit, dan IT Audit. Selain diterapkan pada pelaksanaan general audit, metode surprise audit juga diterapkan pada audit khusus dan audit kasus. Audit khusus adalah audit dengan lingkup (coverage) terbatas/khusus yang dilakukan karena adanya ketentuan/regulasi yang mewajibkan, seperti adanya indikasi penyimpangan prosedur, munculnya kendala yang mengganggu kinerja dan pengendalian operasional, atau pemeriksaan lebih lanjut atas suatu hasil audit rutin sebelumnya. Audit kasus (Fraudulence/Investigative audit) adalah audit khusus (lingkup terbatas) yang dilakukan terhadap tindakan penyelewengan/penyimpangan yang menimbulkan kerugian terealisasi dengan indikasi kecurangan (fraudulence) dan/atau hal-hal yang terkait dengan pelanggaran terhadap Code of Conduct, Peraturan Perusahaan, atau Prinsip Good Corporate Governance (GCG).


(66)

Kedua jenis audit tersebut adalah sebagai respon dari adanya indikasi hal-hal yang dapat mengganggu pengendalian operasional perusahaan dan berpotensi menimbulkan kerugian. Karena itu, perusahaan perlu melakukan audit pada bagian tertentu berdasarkan indikasi yang terdapat dalam laporan. Audit rutin dilakukan untuk me-review kecukupan internal control, sedangkan audit khusus/kasus dilakukan pada saat indikasi penyimpangan/fraud sudah disertai dengan data-data atau dokumen yang kuat yang menjelaskan bahwa obyek laporan ada indikasi adanya fraud.

1. Pelaksanaan Audit

Pelaksanaan kegiatan audit rutin mengacu pada program audit tahunan yang sebelumnya sudah disusun oleh tim audit berdasarkan data historis periode sebelumnya. Untuk pelaksanaan audit khusus atau kasus dilaksanakan sesuai dengan permintaan Dewan Komisaris dan atau Direktur utama atau adanya keadaan khusus terkait kebutuhan audit.

Untuk memudahkan tim audit dalam melakukan audit, Divisi Audit Intern (DAI) BSM menggunakan IDEA (Interactive Data Analysis Software) sebagai alat audit. IDEA adalah sebuah software yang dapat digunakan untuk membuat rekonsiliasi, pendeteksian dan investigasi kecurangan, internal/operational audit, pemindahan file, mempersiapkan laporan manajemen dan analsisis-analisis lainnya, termasuk untuk menelusuri security log.


(67)

Pelaksanaan kegiatan audit dilakukan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit. Berikut adalah prosedur pelaksanaan audit pada kegiatan audit rutin :

a. Pre-Audit

Pre-audit adalah perencanaan/persiapan yang dilakukan auditor sebelum melaksanakan suatu penugasan audit dengan melakukan penelitian pendahuluan secara metodologis kemudian menyajikannya secara tertulis dan sistematis, agar auditor memperoleh deskripsi umum tentang tujuan audit, obyek dan lingkup audit, personil dan sasaran yang dibutuhkan. Sehingga proses audit dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sesuai sasaran mutu yang telah ditetapkan.

b. Pelaksanaan Audit

Proses pemeriksaan/audit lapangan yang dilakukan oleh tim audit sesuai dengan perencanaan audit (pre-audit) yang telah disusun, untuk memperoleh/mengumpulkan bukti-bukti obyektif yang memadai, kompeten dan relevan sebagai dasar memberikan opini terhadap obyektivitas pengendalian intern auditee dan rekomendasi perbaikan operasional kepada manajemen bank.

Auditor bertugas melakukan pemeriksaan audit mengacu pada program audit yang telah disusun. Hasil pemeriksaan dibuatkan laporan tertulis yang disebut dengan Catatan Audit (Audit Notes), baik itu kesesuaian data atau pun


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)