Pengertian Fraud Faktor Penyebab Pendorong Fraud

diantaranya seperti tekanan keuangan, tekanan lingkungan kerja, kebiasaan buruk, dan lain sebagainya. b Kesempatan Opportunity, adanya kesempatan yang memungkinkan terbukanya peluang terjadi fraud diantaranya diakibatkan oleh lemahnya pengendalian internal. c Pembenaran Rationalization, faktor pembenaran ini biasanya dilakukan pegawai yang merasa sudah bekerja keras dan berjasa pada perusahaan namun tidak mendapatkan imbalan yang sepadan dengan usahanya. Karenanya, ia melakukan kecurangan dengan alasan pembenaran atas apa yang dilakukannya.

3. Bentuk-bentuk Fraud

Para ahli mengklasifikasikan fraud ke dalam beberapa bentuk, diantara bentuk-bentuk fraud yang paling sering digunakan sebagai acuan adalah bentuk-bentuk fraud menurut Association of Certified Fraud Examiner ACFE. Menurut ACFE, bentuk-bentuk fraud terbagi ke dalam 3 kategori 10 , yaitu :

a. Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan laporan keungan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk salah saji material laporan keuangan. 10 Association of Certified Fraud Examiner ACFE, Report to The Nations on Occupational and Abuse , hal. 11.

b. Penyalahgunaan Aset

Kecurangan ini berupa pengambilan aset perusahaan secara ilegal tidak sah, atau biasa disebut dengan penggelapan aset perusahaan. Kecurangan ini terdiri dari kecurangan kas dan kecurangan persediaan dan aset lain.

c. Korupsi Jenis kecurangan ini terdiri dari adanya pertentangan kepentingan,

penyuapan, hadiah tidak sah, dan pemerasan ekonomi. Untuk lengkapnya, pengelompokan bentuk-bentuk fraud dapat dilihat pada gambar fraud tree berikut ini : Gambar 2.2 Occupational Fraud and Abuse Classification System Fraud Tree Sumber : Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014 - Association of Certified Fraud Examiner Dalam perkembangannya, terdapat bentuk lain dari fraud yaitu segala bentuk fraud yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi atau yang biasa disebut dengan cybercrime. Jenis fraud ini merupakan jenis fraud yang paling canggih, selain ahli dalam bidang keuangan, para pelaku juga memiliki keterampilan khusus dalam bidang Ilmu Teknologi IT atau setidaknya memiliki seseorang yang ahli di bidang tersebut. Cybercrime akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan, di mana teknologi informasi, komunikasi dan multimedia berkembang dengan pesat dan canggih. Entitas yang operasionalnya sudah sangat tergantung pada teknologi informasi, komunikasi, dan multimedia harus melindungi dirinya dengan information control dan security yang tepat. Cybercrime dapat terjadi mulai berupa serangan virus dan hacker sampai dengan concealment pada asset misappropriation dan conversion melalui kecanggihan teknologi 11 .

3. Pendeteksian Fraud

Deteksi fraud adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud adalah untuk dapat melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan 12 . 11 Diaz Priantara, Fraud Auditing Investigation, hal. 75. 12 Karyono, Forensic Fraud, hal. 91. Pendeteksian fraud dilakukan dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala terjadinya fraud, seperti perubahan pola hidup atau perilaku seseorang, banyaknya keluhan dari customer atau pegawai lainnya, dan adanya pencatatan atau dokumentasi yang mencurigakan. Tanda-tanda ini biasa disebut dengan Red Flag fraud Indicator. Meskipun dengan munculnya red flag tersebut tidak selalu mengindikasikan adanya fraud, namun setiap fraud selalu diikuti dengan adanya red flag, karenanya red flag merupakan peringatan dini terhadap fraud. Secara umum ada dua teknik pendeteksian fraud, yaitu pendeteksian fraud dengan critical point auditing yang dilakukan dengan analisis trend dan pengujian khusus, dan pendeteksian fraud dengan job sensitivity analisis analisis kepekaan yang dilakukan dengan mengidentifikasi posisi pekerjaan yang rawan kecurangan dan dengan mempertimbangkan karakter pribadi 13 . Pendeteksian fraud dengan teknik critical point auditing adalah teknik pendeteksian fraud melalui audit terhadap laporan keuangan catatan akuntansi yang mengarah pada indikasi adanya gejala fraud yang kemudian mengarah kepada penyelidikan lebih lanjut.

4. Fraud Pada Perbankan

Soekardi Hoesodo menjelaskan fraud di bidang perbankan dapat diartikan sebagai 14 : “tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain, 13 Karyono, Forensic Fraud, hal. 109. 14 Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia 2011 Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, Depok, Universitas Indonesia : 2012, hal. 11.