Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1. Merokok di tempat-tempat Umum Ruang Publik
Kelompok homogen sama-sama perokok, secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan
diri di smoking area. Kelompok yang heterogen merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya. Mereka yang berani merokok
ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka
tega menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah. 2.
Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan
sebagai orang yang suka berfantasi.
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia, maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih
banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah merokok merupakan kegiatan yang sulit untuk dihentikan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1. Tekanan kelompok sebaya
Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok Ary dan Biglan,
1988. Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak
enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok Hardinge dan Shryock, 2001
2. Orang tua
Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987. Leventhal, et.al., 1988 mengatakan bahwa
dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14 anak-anak yang merokok memiliki orang tua yang juga perokok.
3. Saudara Kandung
Menurut Eggmose 1985 perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut
merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua
merokok Leventhal, et.al., 1988. 4.
Iklan rokok Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu
masyarakat Aditama, 2001. Di Amerika Serikat, 86 para remajanya menghisap
Universitas Sumatera Utara
tiga jenis rokok yang paling sering diiklankan sementara hanya 30 dari orang dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan
melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup
yang enak Rice, 2002. Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus
merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu: 1.
Kesenangan atau kenikmatan yang diberikan rokok. 2.
Menghilangkan stres dan depresi. 3.
Takut gejala-gejala yang timbul waktu berhenti merokok. 4.
Membantu santai 5.
Memberikan rasa aman. 6.
Memberikan rasa percaya diri. 7.
Takut bertambah gemuk
2.4.4. Definisi dan Kalisifikasi Perilaku Merokok