3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur : pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi seta saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan cara untuk melakukan sesuatau. Pengetahuan prosedural berisi tentang
langkah – langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri.
2. Dimensi proses kognitif
Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukkan proses perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih
kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom menurut Anderson et al. Widodo, 2003 terdiri dari proses kognitif mengingat remember,
memahami understand, menerapkan apply, menganalisis analyze, menilai evaluate dan beraksi create.
a. Mengingat Remember
Dimensi proses kgnitif mengingat merupakan proses menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang
lebih rendah tingkatannya
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami Understand
Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengeintegrasikan
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
c. Menerapkan Apply
Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah atau tugas.
d. Menganalisis Analyze
Dimensi proses kognitif menganalisis adalah proses menguraikan suatau permasalahan atau objek menjadi unsur – unsur dan menentukan proses saling
keterkaitan unsur – unsur tersebut.
e. Mengevaluasi Evaluate
Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu atau pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada.
f. Membuat Create
Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoadmojo, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penelitian emosionalafektif senang, benci, sedih dan sebagainya. Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda sangat benci, agak benci, dan
sebagainya. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan
dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Allport 1954 dalam Soekijo 1993, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan kenyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave
Sikap ini terdiri dari 4 empat tingkatan yaitu : 1.
Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperlihatkan stimulus yang
diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon responding
Universitas Sumatera Utara
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah : 1.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-
motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat. 2.
Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu. 3.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap
dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang Purwanto, 1999.
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 1.
Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang
umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,
perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan- pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan- pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang
berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-
keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3.
Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif
tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan
mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini
sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa
mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang
tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut Purwanto,
1999.
2.2.3. Tindakan
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau
menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungki nkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak Notoatmodjo, 2007.
Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1.
Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktek yang pertama. 2.
Respon Terpimpin Guide Response Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah
indikator tingkat kedua. 3.
Mekanisme Mechanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu
sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga. 4.
Adaptasi Adaptation
Universitas Sumatera Utara
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut Notoatmodjo, 2007.
2.3. Perubahan Perilaku
Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo 2007, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Perubahan Alamiah
Natural Change
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial
budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Terencana
Planned Change
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah,
misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan
tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.
2.3.1. Teori Stimulus Organisme S - O – R
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
kualitas dari sumber komunikasi sources sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al 1953 dalam buku Soekidjo 2007
mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
a. Stimulus rangsang yang diberikan kepada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b.
Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan ke proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. d.
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku.
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting.
Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori S - O - R
Organisme - Perhatian
- Pengertian - penerimaan
Reaksi perubahan sikap
Stimulus
Reaksi perubahan praktek
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku
merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan
kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut Bustan, 2007. Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai.
Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana
pun juga. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar Armstrong, 1990. Dannusantoso 1991 mengatakan
bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya Levy,1994.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap,
tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari- hari.
2.4.1. Tipe Perilaku Merokok
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap
rokok telah menjadi bagian dari hidupnya Feldman, 1989. Menurut Leventhal dan Cleary 1980 ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan
adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari
observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan
dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok
berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu
yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan
awal dari suatu kebiasaan merokok. 2.
Tahap inisiasi Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba
dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Feldman
1990, apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka
Universitas Sumatera Utara
besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok
sebesar 80. Leventhal dan Cleary 1980 juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler.
Seperti dikatakan Ary dan Biglan 1988 bahwa menjadi perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
3. Tahapan menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya Laventhal dan Evehant dalam Oskamp, 1984.
4. Tahapan tetap menjadi perokok
Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan
kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang
memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah Leventhal
dan Avis, 1976.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Trim 2006, ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat –
tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadi 2002, menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu:
1. Merokok di tempat-tempat umumruang public a. Kelompok homogeny sama-sama perokok secara bergerombol mereka menikmati
kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok , anak kecil, orang jompo , orang sakit dll.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat
merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. Menurut Silvan dan Tomkins Mu’tadin, 2002 ada empat tipe perilaku merokok
berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
2.4.2. Alasan Merokok
Menurut Sue Armstrong 1992 ada beberapa alasan orang dewasa merokok:
Universitas Sumatera Utara
- Mereka benar-benar menikmatinya sewaktu merokok. Mereka bahkan tidak dapat menahan
diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk kesenangan tersebut. -
Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa. -
Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat merasa santai. -
Tindakan mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi asap dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari perilaku sosial mereka
dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan kata lain, merokok telah menjadi suatu kebiasaan.
- Merokok adalah ”penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang perlu
mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya terhadap orang lain. Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang
akan menjadi perokok melalui: a.
Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan kejantanan bangga diri, mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan
kedewasaan. b.
Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan adiksi sehingga ingin terus merokok.
Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang menjadi perokok ke empat alasan tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan
penambahan rasa yang positif. Green dalam Psychological Factor in Smoking, 1978 menambahkan ada 3 sub tipe ini:
Universitas Sumatera Utara
- Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan
kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. -
Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
- Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok.
Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan
rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3.
Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap
saat ia menginginkannya. 4.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa
disadari. Ia menghidupka n api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
Universitas Sumatera Utara
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1. Merokok di tempat-tempat Umum Ruang Publik
Kelompok homogen sama-sama perokok, secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan
diri di smoking area. Kelompok yang heterogen merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya. Mereka yang berani merokok
ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka
tega menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah. 2.
Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan
sebagai orang yang suka berfantasi.
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia, maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih
banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah merokok merupakan kegiatan yang sulit untuk dihentikan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1. Tekanan kelompok sebaya
Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok Ary dan Biglan,
1988. Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak
enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok Hardinge dan Shryock, 2001
2. Orang tua
Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987. Leventhal, et.al., 1988 mengatakan bahwa
dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14 anak-anak yang merokok memiliki orang tua yang juga perokok.
3. Saudara Kandung
Menurut Eggmose 1985 perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut
merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua
merokok Leventhal, et.al., 1988. 4.
Iklan rokok Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu
masyarakat Aditama, 2001. Di Amerika Serikat, 86 para remajanya menghisap
Universitas Sumatera Utara
tiga jenis rokok yang paling sering diiklankan sementara hanya 30 dari orang dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan
melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup
yang enak Rice, 2002. Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus
merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu: 1.
Kesenangan atau kenikmatan yang diberikan rokok. 2.
Menghilangkan stres dan depresi. 3.
Takut gejala-gejala yang timbul waktu berhenti merokok. 4.
Membantu santai 5.
Memberikan rasa aman. 6.
Memberikan rasa percaya diri. 7.
Takut bertambah gemuk
2.4.4. Definisi dan Kalisifikasi Perilaku Merokok
Dijelaskan Sweeting 1990 bahwa seseorang yang disebut perokok adalah orang yang telah merokok setidaknya 100 batang rokok atau lebih selama hidupnya.Secara ekstrim
Hoepoedio 1980 menegaskan bahwa perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal
yang menimbulkan polusi udara yang padat yang terkosentrasi dan secara langsung serta sadar dihirup dan di serap oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cidera bagi tubuh manusia itu
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Safarino 1994 menyatakan disaat seseorang mulai mencoba merokok, maka ia akan mengalami batuk-batuk dan perasaan tidak nyaman di tenggorokan serta efek negatif lainnya.
Namun pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkenalan dengan rokok ternyata tidak membuat orang meninggalkan rokok.
Gilchrist, et.al., dalam Sweeting 1990 membagi perokok atas tiga kategori, yaitu: i bukan perokok non smokers, adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama
sekali; ii perokok eksperimen experimental smokers, adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan iii perokok tetap atau perokok
reguler regular smokers, adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.
Chasin, et.al., dalam Sweeting 1990 mangklasifikasikan perokok atas empat kategori, yaitu: i tidak pernah merokok sama sekali; ii mencoba merokok tetapi tidak dalam beberapa
bulan terakhir; iii merokok secara tetap tetapi sudah berhenti; dan iv saat ini merokok. Bonaguro dan Bonaguro dalam Sweeting 1990 membedakan perokok dalam lima
kategori, yaitu: i tidak pernah merokok sama sekali; ii pernah mencoba merokok; iii mantan perokok; iv merokok pada kesempatan tertentu; dan v merokok setiap hari.
Turner 1967 menjelaskan Yayasan Kanker Amerika menggolongkan perokok ke dalam empat golongan, yaitu: i perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang
dari setengah bungkus perhari; ii perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara setengah hingga satu bungkus perhari; iii perokok berat, adalah seseorang yang
mengkonsumsi rokok antara satu hingga dua bungkus perhari; dan iv perokok berat sekali, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bungkus perhari.
Universitas Sumatera Utara
Sitepoe 2000 membagi perokok atas empat bagian, yaitu: i perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari; ii perokok sedang, adalah
seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; iii perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan iv perokok yang
menghisap rokok dalam-dalam.
2.4.5. Bahaya Merokok
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia Yoga Aditama, 1992. Penyakit yang ada hubungannya dengan
merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya karena orang itu merokok Sue Armstrong, 1992. Penyakit-penyakit yang terpicu karena
merokok dan dapat meningkatkan sebab kematian Sitepoe, 2000 adalah: 1.
Penyakit Kardiovaskuler Pada SKRT 1993 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler menduduki
urutan pertama dan bertahan hingga tahun 1998 dan merokok merupakan faktor resiko yang memicu penyakit kardiovaskuler.
2. Penyakit Kanker Paru
Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru, maka kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan
kanker bilamana ia merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama Sue Armstrong, 1992. 3.
Penyakit Saluran Pernafasan Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif
misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85 dari penderita penyakit ini disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan-banyak dijumpai pada perokok.
4. Merokok dan Kehamilan
Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi Mangku Sitepoe, 2000.
Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Chanoine wanita hamil perokok juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.
5. Merokok dan Alat Perkembangbiakan
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi memiliki anak, fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan
dibandingkan dengan bukan perokok. Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Chanoine wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok.
6. Merokok dan Alat Pencernaan
Sakit maag lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit
maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang perokok. Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Harrisons, bahwa merokok mengurangi rasa lapar.
7. Merokok Meningkatkan Tekanan Darah
Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Beaglehole merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1
menit. 8.
Merokok memperpendek umur
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sitepoe 2000 yang mengutip Krantz penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 6813 pria perokok, dibedakan menjadi bukan perokok, perokok sedang, dan perokok
berat. Pada perokok berat 50 meninggal pada usia 47, 5 tahun; 50 perokok sedang meninggal sesudah berumur 56 tahun dan 50 bukan perokok meninggal pada usia 58 tahun. Dengan kata
lain merokok sama saja dengan memperpendek umur. 9.
Merokok Bersifat Adiksi Ketagihan Didalam rokok terdapat nikotin yang diklasifikasikan sebagai obat yang bersifat
kecanduan bila digunakan sehingga nikotin diklasifikasikan sebagai obat bersifat adiktif. 10.
Merokok Membuat Lebih Cepat Tua Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di
daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang dijumpai dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah.
Wajah perokok menjadi tua dan jelek, mengeriput, kecoklatan dan tidak berminyak.
2.5. Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare
1982, berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12
13 tahun sampai dengan 1718 tahun sampai dengan 21 22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama SMP sampai
menengah atas SMA Asrori, 2009. Menurut Monks dkk dalam Asrori 2009, remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat
yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
Universitas Sumatera Utara
diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”
atau fase topan dan badai”. Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks 1999 maka terdapat tiga
tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1. Remaja awal 12 – 15 tahun Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah
teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang
dewasa. 2. Remaja Madya 15 - 18 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau
sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya. 3. Remaja akhir 18 - 21 tahun
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian -
Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
Universitas Sumatera Utara
- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru. -
Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. -
Egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
- Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja pada penelitian ini adalah masa remaja madya yang berada pada rentang usia 15-18 tahun
yang duduk pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA. Masa remaja adalah
merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa
kedewasaan. Ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan remaja adalah 1. Kegelisahan.; Sesuai dengan fase perkembangannya remaja mempunyai banyak
idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu.
Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu
untuk mandiri. 3. Mengkhayal; Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier,
sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup. 4. Aktivitas berkelompok; Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
terpenuhi karena bermacam-macam kendala, diantaranya biaya, larangan dari orang tua, yang seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.
5. Keinginan mencoba segala sesuatu; Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi high curiosity. Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja
ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat
orang dewasa melakukannya Ali, 2002.
2.6. Kerangka Konsep