Prinsip-Prinsip Hukum Perseroan Terbatas

75

2. Prinsip-Prinsip Hukum Perseroan Terbatas

Dalam hukum perseroan terbatas terdapat beberapa prinsip yang merupakan landasan bagi korporasi dalam melakukan perbuatannya. Adapun prinsip-prinsip dalam hukum korporasi adalah sebagai berikut : 84 a. Corporate Opportunity Prinsip ini mengajarkan bahwa direktur harus lebih mengutamakan kepentingan perseroan daripada kepentingan pribadi terhadap transaksi yang menimbulkan conflict of interest. b. Self Dealing Maksudnya adalah setiap transaksi yang dilakukan antara direktur perseroan dengan perseroan itu sendiri. Baik dilakukan langsung oleh direktur yang bersangkutan ataupun secara tidak langsung, misalnya melalui saudara- saudaranya. Krusialnya transaksi berbentuk self dealing ini adalah adanya conflict of interest antara kepentingan direktur itu sendiri dengan kepentingan perseroan. c. Piercing The Corporate Veil Dalam hukum perseroan bahwa masing-masing pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab pemegang saham terbatas sebesar jumlah saham yang dimilikinya. Dan prinsip ini yang dapat membedakan perseroan terbatas dari bentuk-bentuk usaha yang lainnya, hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 UUPT, yaitu : “Pemegang saham perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.” Ini berarti para pemegang saham tersebut hanya bertanggung jawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang telah diambil bagian olehnya. 85 d. Ultra Vires Prinsip ini mengajarkan bahwa perseroan tidak dapat melakukan kegiatan keluar dari kekuasaan perseroan. Kekuasaaan perseroan tersebut dirinci dalam anggaran dasar. Oleh karena itu, perseroan tidak boleh melakukan kegiatan diluar kekuasaan yang dirinci dalam anggaran dasar. e. Derivative Action Adalah gugatan yang dilakukan seorang atau lebih pemegang saham yang mewakili perseroan. Artinya adalah gugatan yang dilakukan oleh dan atas nama perseroan, dilakukan seorang atau lebih pemegang saham atas nama perseroan. 84 Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 4. 85 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 9. Universitas Sumatera Utara 76 Dalam hal ini yang digugat direktur atau pihak ketiga. Karena itu jika gugatannya berhasil, maka hasil dari gugatan tersebut menjadi milik perseroan, bukan milik pemegang saham. f. Corporate Ratification Prinsip ini mengandung makna bahwa perseroan dapat menerima tindakan organ lain dalam perseroan tersebut, sekaligus mengambil alih tanggung jawab organ lain dimaksud. Misalnya RUPS meratifikasi kegiatan tertentu dari direktur, sehingga seluruh tanggung jawab direktur dalam hubungan dengan kegiatan dimaksud beralih menjadi tanggung jawab perseroan. g. Perlindungan Minoritas Prinsip ini mengajarkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang perseroan harus melindungi pemegang saham minoritas dalam perseroan. Banyak ketentuan untuk melindungi pemegang saham minoritas, antara lain adalah Pasal 97 ayat 6 UUPT yang memberikan hak kepada pemegang saham yang memiliki 110 saham bagian dari jumlah seluruh saham untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan terhadap tindakan direksi. h. Wewenang Pengadilan Keterlibatan pengadilan ikut member warna terhadap baik buruknya praktek hukum perseroan. Artinya adalah jika pengadilan itu baik, maka praktek hukum perseroan pun akan semakin baik. Sebaliknya jika pengadilan tidak professional, maka praktek hukum perseroan akan semakin tidak baik. i. Business Judgement Rule 86 Adalah prinsip yang menyatakan bahwa direksi tidak dapat dituntut karena keputusannya ternyata mendatangkan kerugian pada perusahaan, sepanjang ia mengambil keputusan tersebut dengan penuh kehati-hatian, telah mengikuti ketentuan-ketentuan dalam perseroan, beritikad baik, tidak terdapat kelalaian atau penipuan. j. Fiduciary of Duty Secara konseptual prinsip Fiduciary Duties mengandung 3 tiga faktor penting, yaitu : 87 1. Prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi duty of skill and care; 2. Prinsip yang merujuk kepada itikad baik dari direksi untuk bertindak semata- mata demi kepentingan dan tujuan perseroan duty of loyality, dan 3. Prinsip untuk tidak mengambil keuntungan pribadi atas suatu opportunity yang sebenarnya milik atau diperuntukkan bagi perseroan secret profit rule- doctrine of corporate opportunity. 86 Erman Rajagukguk, Pengelolaan Perusahaan Yang Baik : Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26 No.3 Tahun 2007, hal. 27. 87 Bambang Kesowo, Kedudukan Direksi : Suatu Tinjauan Berdasarkan Konsep Fiduciary Duties, Makalah Panel Diskusi Hubungan Antara Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Hak, Wewenang dan Tanggungjawabnya”, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 12-13 Juni 1995, hal. 3. Universitas Sumatera Utara 77 Bank atau kreditor dalam memberikan pinjaman kepada perseroan sudah tentu telah mendapatkan atau memperoleh jaminan bahwa pinjaman tersebut akan dibayar atau dikembalikan sebagaimana mestinya, sebagai jaminan perseroan kepada kreditor tersebut adalah harta kekayaan perseroan dengan kata lain segala harta kekayaan yang dimiliki oleh perseroan akan menjadi jaminan utang-utang perseroan terhadap pihak kreditor, hal ini merupakan inti dari prinsip perlindungan bagi kepentingan kreditor. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 ini menganut prinsip perlindungan bagi kepentingan kreditor. prinsip ini diberikan dilihat dari : 88 1. Jika harta kekayaan tidak mencukupi untuk melunasi hutang perseroan maka tidak menutup kemungkinan untuk dibayar yang diambil dari harta kekayaan pribadi pemegang saham dengan kriteria-kriteria tertentu sebagaimana yang disebut dalam Pasal 3 ayat 2 huruf d, yaitu : “Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.” 2. Pasal 36 ayat 1 dan 2 UUPT menegaskan bahwa perseroan : 1.Dilarang mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri : 2.Larangan saham sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku juga bagi anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaannya. 3. Pasal 37 ayat 1 menegaskan bahwa perseroan : 1.Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan : 88 Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 49. Universitas Sumatera Utara 78 a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan b. Jumlah nilai nominal saham seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri danatau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Bahwa dalam praktek perseroan sering dilakukan yaitu demi mendapat penilaian yang baik dari Kreditor seringkali “menggelembungkan” saham-saham perseroan dengan cara tertentu, misalnya dengan mengeluarkan saham baru untuk dimiliki oleh perseroan sendiri maupun saham perusahaan induk memiliki saham perusahaan anak, padahal sebenarnya uang yang dipergunakan untuk membeli saham-saham tersebut adalah modal perseroan, dengan kata lain tidak ada modal baru atau pemodal baru yang masuk ke dalam perseroan. Hal-hal seperti itu tidak diperkenankan karena tidak melindungi kepentingan kreditor. 89

3. Karakteristik Perseroan Sebagai Badan Hukum