Kewenangan Direksi Dengan Persetujuan RUPS

99 merupakan kewenangan dari direksi, akan tetapi kewenangannya tersebut dibatas oleh anggaran dasar perseroan yakni harus dengan persetujuan Dewan Komisaris.

2. Kewenangan Direksi Dengan Persetujuan RUPS

Salah satu kewajiban yuridis yang harus dilaksanakan direksi adalah kewajiban meminta “persetujuan” RUPS untuk : a. Mengalihkan kekayaan perseroan, atau b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan. Yang dimaksud dengan “kekayaan” perseroan menurut penjelasan Pasal 102 ayat 10 UUPT 2007 adalah semua barang milik perseroan, yang meliputi : 1. Barang bergerak roerend goed, movable property 2. Barang tidak bergerak onroerend goed, immovable property 3. Barang berwujud lichamelijke zaak, corporal property 4. Barang atau benda tidak berwujud onlichamelijke zaak, incorporal property. Jadi, kekayaan milik perseroan menurut hukum, meliputi semua barang bergerak, tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 503 dan Pasal 504 KUH Perdata. Setelah diketahui apa yang dimaksud dengan kekayaan perseroan, apakah setiap pengalihan atau pengagunan kekayaan perseroan, wajib meminta persetujuan RUPS? Tidak Pasal 102 ayat 1 menentukan batas kuantitas atau ambang yang wajib meminta persetujuan RUPS, yakni : 107 107 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Op. Cit., hal.401. Universitas Sumatera Utara 100 a. Apabila jumlah besarnya kekayaan yang akan dialihkan atau digunakan itu “lebih” dari 50 limapuluh persen dari jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak; b. Yang dimaksud dengan “dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain atau tidak” menurut penjelasan Pasal 102 ayat 1 adalah satu transaksi atau lebih yang secara kumulatif mengakibatkan dilampauinya ambang 50 limapuluh persen; c. Sedang penilaian lebih dari 50 limapuluh persen kekayaan bersih, didasarkan pada nilai buku sesuai neraca yang terakhir disahkan RUPS. Tentang transaksi pengalihan kekayaan perseroan pada dasarnya adalah transaksi pengalihan kekayaan bersih perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 satu tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana yang diatur didalam AD perseroan. Menurut penjelasan Pasal 102 ayat 2, transaksi pengalihan kekayaan, berbeda dengan tindakan transaksi penjaminanpengagunan utang kekayaan perseroan. Tindakan penjaminan tidak dibatasi jangka waktunya, tetapi yang harus diperhatikan adalah jumlah kekayaan perseroan yang masih dalam penjaminan dalam kurun waktu tertentu. Akibat hukum terhadap transaksi pengalihanpenjaminan kekayaan perseroan tanpa persetujuan RUPS, sebagaimana dijelaskan didalam Pasal 102 ayat 4, dimana dikatakan bahwa perbuatan hukum tanpa persetujuan RUPS tersebut tetap sah dan Universitas Sumatera Utara 101 mengikat wettig en bindend, lawful and binding, tetapi dengan syarat sepanjang pihak lain itu “beritikad baik” good faith. Atau dengan kata lain, hal ini harus dibuktikan bahwa direksi benar-benar beritikad baik dalam transaksi tersebut. Jika direksi tidak mampu membuktikan itikad baiknya, dan ternyata transaksi itu menimbulkan kerugian kepada perseroan maka transaksi itu batal demi hukum van rechswege nietig, ipso jure null and void berdasar Pasal 1337 KUH Perdata, karena transaksi ini melanggar ketentuan undang- undang dalam hal ini Pasal 102 ayat 1 UUPT 2007. Dalam kasus yang demikian berdasarkan Pasal 1451 KUH Perdata, para pihak dipulihkan dalam keadaan semula restitution in integrum dengan pengertian segala apa telah diberikan atau dibayarkan kepada masing-masing pihak, dikembalikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

B. Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan Ketentuan UUPT Nomor 40 Tahun 2007

1. Tanggung Jawab Renteng Antar Sesama Anggota Direksi