Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit Substansi dan Penyusunan Perjanjian Kredit Bank Mandiri

34 Unit, yang didasarkan atas kompleksitas struktur fasilitas kredit. Dalam hal menggunakan jenis akta notarial, harus menggunakan notaris yang qualified. Pada prakteknya perjanjian kredit Bank Mandiri tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dari Surat Penawaran Pemberian Kredit SPPK, Syarat-Syarat Umum Perjanjian kredit SUPK dan Perjanjian Accesoir. Perjanjian kredit termasuk addendumnya harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh bank selaku kreditur dan nasabah sendiri atau sebagai wakil yang berwenang mewakili perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Perjanjian kredit ini merupakan perjanjian pokok yang akan diikuti dengan perjanjian lainnya yang bersifat accesoir perjanjian ikutanbuntut. Dengan penandatanganan perjanjian kredit maka diperoleh : 1 Bukti tertulis bahwa bank telah memberikan pinjaman sejumlah yang tertera pada perjanjian kredit tersebut kepada debitur yang telah menandatangani akta perjanjian kredit, baik atas namanya sendiri ataupun yang mewakili perusahaan. 2 Ketentuan yang mengikat mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit

Untuk mengetahui apakah kita berhadapan dengan perjanjian atau bukan, kita perlu mengenali unsur-unsur perjanjian. Unsur-unsur tersebut terdiri atas : 49 a Kata sepakat dari dua pihak atau lebih; b Kata sepakat yang tercapai harus bergantung kepada para pihak; c Keinginan atau tujuan para pihak untuk timbulnya akibat hukum; 49 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal.5 Universitas Sumatera Utara 35 d Akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas beban yang lain atau timbal balik; dan e Dibuat dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan. Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat supaya perjanjian diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: 1 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2 Cakap untuk membuat suatu perjanjian. 3 Mengenai hal atau obyek tertentu. 4 Suatu sebab causal yang halal. Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif karena mengenai perjanjianya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. 50 Jadi selain dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian tersebut diatas, juga harus diperhatikan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, dimana perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. 50 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal.17. Universitas Sumatera Utara 36

3. Substansi dan Penyusunan Perjanjian Kredit Bank Mandiri

Dalam pembuatan perjanjian, sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum, juga harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata cara pembayaran kredit serta persyaratan lainnya yang harus diperhatikan dalam perjanjian kredit. Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam KUH Perdata seperti yang ditegaskan bahwa semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus, tunduk pada peraturanperaturan umum yang termuat dalam KUH Perdata. Dalam membuat perjanjian kredit terdapat berbagai judul dalam praktek perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda, tetapi secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang. 51 51 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Cet.Ke-3, Op. Cit., hal. 97. Universitas Sumatera Utara 37 Mengenai pembakuan bentuk draft isi perjanjian kredit, antara bank sendiri belum terdapat kesepakatan. Namun mengenai isi perjanjian kredit seperti dikemukakan oleh Hasanuddin, pada pokoknya selalu memuat hal-hal berikut: 52 a. Jumlah maksimum kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya; b. Besarnya bunga kredit dan biaya-biaya lainnya; c. Jangka waktu pembayaran kredit; d. Ada dua jangka waktu pembayaran yang digunakan, yaitu jangka waktu angsuran biasanya secara bulanan dan jangka waktu kredit; e. Cara pembayaran kredit; f. Klausula jatuh tempo opeisbaar; g. Barang jaminan kredit dan kekuasaan yang menyertainya serta persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan; h. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur, termasuk hak bank untuk melakukan pengawasan dan pembinaan kredit; i. Biaya akta dan biaya penagihan hutang yang juga harus dibayar debitur. Pencantuman klausula-klausula atau substansi pada Perjanjian kredit Bank Mandiri tergantung kepada “ketentuan dan persyaratan term condition tiap-tiap fasilitas kredit berdasarkan keputusan Komite Kredit sesuai dengan kewenangannya dan telah disepakati oleh nasabah Debitur. Sebagai pedoman untuk penyusunan Perjanjian kredit, dalam setiap perjanjian kredit minimal format perjanjiannya memuat materi sebagai berikut: a. Judul Perjanjian kredit Pada judul perjanjian kredit dicantumkan fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur, misalnya “Perjanjian kredit Modal Kerja”. b. Nomor dan Tanggal Pada perjanjian kredit dicantumkan nomor dan tanggal dari perjanjian kredit yang ditandatangani. c. Pembukaan 52 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Op. Cit., hal.60. Universitas Sumatera Utara 38 Merupakan awal dari suatu akta sebelum komparisi, dimana untuk perjanjian kredit di bawah tangan memberikan penjelasan tentang tempat dan tanggal ditandatangani perjanjian tersebut. d. Komparisi Komparisi adalah bagian dari perjanjian yang berisi keterangan mengenai identitas dan kewenangan bertindak dari para pihak yang menandatangani perjanjian. e. Premise Merupakan pengantar perjanjian kredit yang menunjukkan maksud utama dari para pihak dan mengapa perjanjian kredit tersebut dibuat. f. Isi Perjanjian Mencakup Ketentuan dan Persyaratan term condition yang merupakan kehendak para pihak mengenai hak dan kewajibannya. Dalam suatu perjanjian kredit, disamping harus memenuhi syarat sahnya perjanjianperikatan, perlu kiranya diperhatikan hal-hal yang penting Essensialia yang harus tercantum di dalam perjanjian kredit tersebut dengan maksud untuk menjamin adanya suatu kepastian hukum, yaitu : 1. Kredit Tunai a. Tujuan penggunaan kredit. b. Pencantuman besarnya jumlah kredit yang diberikan oleh bank. c. Besarnya bunga, provisicommitmen fee, denda dan biaya-biaya lain harus disebutkan dengan jelas. d. Syarat-syarat penarikan. e. Jangka waktu pemberian kredit. f. Tempat pembayaran kembali hutang. g. Hal-hal yang menyebabkan kredit yang diterima debitur harus dibayar sekaligus walaupun jangka waktu kredit belum berakhir. h. Agunan 2. Kredit Non Tunai Non Cash Loan a. Tujuan penerbitan Non Cash Loan BGSBLCLCDNLC. b. Pencantuman besarnya jumlah fasilitas penerbitan Non Cash Loan yang diberikan oleh bank. c. Besarnya provisi dan biaya-biaya lain harus disebutkan dengan jelas. d. Syarat-syarat penerbitan Non Cash Loan. e. Jangka waktu pemberian fasilitas penerbitan Non Cash Loan. f. Agunan Dalam isi Perjanjian kredit juga perlu dicantumkan klausula apabila dalam jangka waktu 180 seratus delapan puluh hari sejak ditanda tanganinya PK debitur belum menarik fasilitas kreditnya, maka bank berhak membatalkan pemberian kredit dan mengakhiri Perjanjian kredit. Apab1ila debitur akan melanjutkan Universitas Sumatera Utara 39 fasilitas kreditnya maka yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kredit dan terhadap permohonan tersebut harus dilakukan analisa kembali oleh bank. Selain isi perjanjian terkait jenis kredit sebagaimana tersebut di atas, maka isi dari suatu perjanjian kredit atau pemberian fasilitas pada umumnya memuat pula hal- hal sebagai berikut : 1. Pernyataan-pernyataan dan jaminan-jaminan Representations and Warranties dari debitur. 2. Covenant. 3. Kelalaianpelanggaranwanprestasi Events of defaults 4. Force majeure. 5. Choice of Law. g. Penutup Pada penutup dicantumkan perihal jumlah atau rangkap perjanjian kredit yang dibuat yang masing-masing mengikat dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan bermaterai cukup dan ditandatangani oleh para pihak atau yang mewakili. h. Lampiran Merupakan lampiran dari perjanjian yang berisi detail pelaksanaan penjelasan atas klausul perjanjian misalnya jadual pembayaran dan dinyatakan sebagai suatu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian. Bilamana dalam proses pemberian kredit terdapat hal-hal yang belum diatur atau pelaksanaannya tidak sesuai dengan materi ini, namun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan Bank Indonesia, maka secara kasus perkasus dengan sangat selektif hal tersebut dapat disetujui oleh Komite Kredit Kategori A 53 dan apabila dipandang perlu dapat didelegasikan serendah-rendahnya kepada Direktur Risk Management dan Direktur Business Unit. Dalam hal ini, Direktur Risk Management dan Direktur Business Unit memiliki kewenangan untuk menentukanmengembalikan kewenangan pemutusan kepada Komita Kredit Kategori A yang lebih tinggi. 53 Komite Kredit Kategori A adalah komite kredit yang berwenang dan bertanggung jawab atas kredit yang diputus sesuai limit kewenangannya melalui mekanisme Rapat Komite Kredit RKK. Universitas Sumatera Utara 40 Dalam penyusunan perjanjian kredit, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Memuat syarat dan ketentuancovenant yang ditetapkan dalam Nota Analisa Kredit. 2. Syarat-syarat lainumum Perjanjian kredit Standar Bank Mandiri. 3. Untuk penghapusan beberapa klausula pada Perjanjian kredit Standar, harus disetujui oleh Group Head Business dan Group Head Credit Risk Management Unit setelah mendapat rekomendasi dari Legal Group. Pembuatan draf perjanjian kredit di bawah tangan dilakukan oleh Bank Mandiri, sedangkan pembuatan draf Perjanjian kredit notarial dilakukan oleh Notaris. Perjanjian kredit tersebut harus dibuat dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas. Tatacara pelaksanaan penyusunan perjanjian kredit dan Addendum Perjanjian kredit adalah sebagai berikut : 1. Perjanjian kredit. a. Credit Operations Unit atas permintaan Business UnitCredit Recovery Unit menyiapkan draft perjanjian kredit atau meminta bantuan Notaris untuk menyiapkan akta perjanjian kredit notarial dan bertanggung jawab pada formalitas perjanjian kredit dimaksud, antara lain : 1. Memastikan seluruh persyaratan kredit di dalam SPPK telah dituangkan dengan benar ke dalam perjanjian kredit dan telah sesuai dengan syarat- syarat dalam Nota Analisa Kredit. 2. Meneliti aspek yuridis atas pelaksanaan penandatangan perjanjian kredit, antara lain : a. Kewenangan para pihak. b. Persyaratan agunan. c. Pemenuhan persyaratan dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit. b. Sebelum penandatanganan perjanjian kredit, Business Unit atau Credit Recovery Unit berkewajiban meneliti kembali oleh karenanya bertanggung jawab terhadap isimateri dari perjanjian kredit yang dibuat dan membubuhkan paraf pada setiap coretan perjanjian kredit addendum. Universitas Sumatera Utara 41 2. Addendum Perjanjian Kredit Setiap perubahan Perjanjian kredit, harus dibuat Addendum perjanjian kredit. Tatacara pembuatan Addendum perjanjian kredit sama dengan tatacara pembuatan Perjanjian kredit.

B. Perjanjian Pengikatan Jaminan Merupakan Perjanjian Accesoir.

Jaminan dalam kredit merupakan salah satu syarat untuk dapat dikabulkannya permohonan kredit. Apabila debitur oleh karena suatu sebab tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar utang. maka bank kreditur dengan bebas dapat menjual jaminan dan menutup utang itu dari hasil penjualan. Dengan demikian fungsi jaminan adalah guna memberikan hak dan kekuasaan dari barang-barang jaminan bila debitur cidera janji membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Kata “jaminan” dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai pada Pasal 1131 KUH Perdata dan Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan, namun dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari kedua ketentuan diatas dapat diketahui, bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang. Biasanya dalam perjanjian pinjam- meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya untuk kepentingan pelunasan utang apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasinya. Jadi, jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak mampu Universitas Sumatera Utara 42 membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang telah diberikannya. 54 Sesuai dengan tujuannya, barang jaminan bukan untuk dimiliki kreditur karena perjanjian utang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan perpindahan hak milik atas barang. Barang jaminan dipergunakan untuk melunasi utang, dengan cara yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, yaitu barang dijual secara lelang. Hasilnya dipergunakan untuk melunasi utang debitur, dan apabila masih ada sisanya dikembalikan kepada debitur. Barang jaminan pada prinsipnya harus dimiliki debitur, tetapi undang-undang juga memperbolehkan barang milik pihak ketiga dipergunakan sebagai jaminan, asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jaminan adalah suatu perjanjian antara kreditur dan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk kepentingan pelunasan utang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang debitur. 55 Jadi jaminan atau istilah perbankan sering disebut juga dengan agunan adalah hak dan kekuasaan atas benda berwujud danatau benda tidak berwujud yang 54 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010, hal. 67. 55 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 196. Universitas Sumatera Utara 43 diserahkan oleh debitur dan atau pihak ketiga sebagai pemilik agunan kepada bank sebagai second way-out guna menjamin pelunasan utang debitur, apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau addendumnya. Menurut Jaya Satria 56 , suatu barang yang dapat dijadikan sebagai agunan kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Mempunyai nilai ekonomis dalam arti dapat dinilai dengan uang dan dapat dijadikan uang; 2. Dapat dipindahtangankan kepemilikannya dari pemilik semula kepada pihak lain. 3. Mempunyai nilai yuridis dalam arti dapat diikat secara sempurna berdasarkan ketentuan dari perundang-undangan yang berlaku sehingga kreditur memiliki hak yang didahulukan preferen terhadap hasil likuidasi barang tersebut Sedangkan maksud dan tujuan penguasaan agunan adalah : 57 a. Guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk menjamin pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila debitur cidera janji, yaitu tidak bisa membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit. b. Menjamin agar debitur berperan dan atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan debitur untuk meninggalkan usahanyaproyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah, atau diminum kemungkinan untuk berbuat demikian diperkecil. c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali pelunasan sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui, agar debitur tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada Bank. d. Agunan yang harus diserahkan memperhatikan struktur kredit, rating, kompetisi, jenis kebendaannon kebendaan, historical payment dan sebagainya. 56 Hasil Wawancara dengan Jaya Satria, Team Leader Business Banking Centre Bank Mandiri Medan, tanggal 21 Nopember 2011. 57 Ibid. Universitas Sumatera Utara 44 Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula. Dengan kata lain bahwa perjanjian penjaminan ini merupakan perjanjian accessoir. Menurut M. Bahsan 58 , perjanjian accessoir adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan atau berkaitan dengan perjanjian pokok. Perjanjian accessoir timbul terjadi karena adanya perjanjian pokok yang mendasarinya. Salah satu contoh perjanjian accessoir adalah berupa perjanjian pengikatan objek jaminan kredit yagn dibuat bank bersama debitur atau pemilik objek jaminan. Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat 1 UU Perbankan yang menyatakan bahwa : “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

1. Jenis Agunan Kredit