KEBIJAKAN BANK MANDIRI DALAM PEMBERIAN KREDIT

28

BAB II KEBIJAKAN BANK MANDIRI DALAM PEMBERIAN KREDIT

CORPORATE BAGI NASABAH DEBITOR PERSEROAN TERBATAS A. Perjanjian Kedit Merupakan Perjanjian Pokok Perjanjian, adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.” Pada prinsipnya perjanjian itu tidak terikat pada sesuatu bentuk. Perjanjian dapat dibuat secara lisan dengan azas konsensualisme. Artinya bahwa hukum perjanjian itu menganut suatu azas bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan kata sepakat saja perjanjian itu sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana tersebut di atas, sehingga pada detik itu perjanjian sudah jadi dan mengikat. Menurut ketentuan undang-undang dalam perjanjian pinjam-meminjam atau perjanjian kredit orang yang meminjamkan tidak boleh meminta kembali apa yang telah dipinjamkan, sebelum lewatnya waktu yang telah ditentukan, dalam perjanjian Pasal 1759 KUH Perdata. Begitu pula pihak si peminjam atau orang yang 28 Universitas Sumatera Utara 29 menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama, dan pada waktu yang telah ditentukan Pasal 1763 KUH Perdata. Sementara itu istilah kredit berasal dari bahasa latin “credere”, yang artinya kepercayaan dapat dikatakan untuk mengadakan hubungan hukum, tiap-tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu dari pihak yang lain dan pihak yang lain itu wajib memenuhi tuntutan itu dan sebaliknya. Bahwa kreditur pemberi kredit, lazimnya disebut bank, mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, terdapat perubahan, mengenai pengertian kredit sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 11, sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Pada umumnya dalam perjanjian akan ditekankan kewajiban pihak peminjam uang untuk memenuhi kewajiban pihak peminjam uang untuk memenuhi kewajibannya melunasi, mengembalikan, atau mengangsur utang pokoknya beserta bunga, imbalan atau bagi hasil sesuai dengan waktu yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara 30 Menurut Rachmadi Usman adapun unsur-unsur yang terdapat dalam kreditor, yaitu : 42 a. Kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikan kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjinkan pada waktu tertentu; b. Waktu yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana ; c. Prestasi yaitu adanya obyek tertentu berupa prestasi dan kontrakprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara pihak bank dan nasabah peminjam berupa uang dan bunga atau imbalan ; d. Resiko yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

1. Pengertian Perjanjian Kredit