30
Menurut Rachmadi Usman adapun unsur-unsur yang terdapat dalam kreditor, yaitu :
42
a. Kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikan kepada
nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjinkan pada waktu tertentu;
b. Waktu yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana ;
c. Prestasi yaitu adanya obyek tertentu berupa prestasi dan kontrakprestasi pada saat
tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara pihak bank dan nasabah peminjam berupa uang dan bunga atau imbalan ;
d. Resiko yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara
pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah
peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.
1. Pengertian Perjanjian Kredit
Dalam pembuatan perjanjian, sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum, juga harus memuat secara jelas mengenai
jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata cara pembayaran kredit serta persyaratan lainnya yang harus diperhatikan dalam perjanjian kredit.
Perjanjian kredit menurut Hukum Perdata yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata Pasal 1754-1769 merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam-
meminjam verbruiklening. Dalam pemberian kredit sebenarnya terjadi beberapa hubungan hukum, yaitu tidak saja berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam akan
42
Rachmadi Usman, Aspek–Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal.238.
Universitas Sumatera Utara
31
tetapi terjadi juga hubungan hukum berdasarkan perjanjian pemberian kuasa, perjanjian pertanggungan asuransi, dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perjanjian
kredit khususnya
perjanjian kredit
perbankan didalam
pelaksanaannya tidaklah sama identik sebagaimana diatur dalam perjanjian pinjam- meminjam dalam KUHPerdata,
43
namun bersumber dari sana untuk pengaturan umumnya.
Perjanjian kredit menurut hukum perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata
yaitu pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata. Perjanjian kredit seperti diuraikan tersebut di atas, yang menunjukkan unsur pinjam meminjam
didalamnya, yaitu pinjam-meminjam antara bank dengan pihak debitur. Menurut Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa:
“Pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan pada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula”.
Istilah perjanjian kredit berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract credit. Dalam hukum Inggris, perjanjian kredit bank termasuk loan of money. Istilah
perjanjian kredit tidak ditemukan dalam istruksi pemerintah dan berbagai surat edaran. Namun, dalam Pasal 1 angka 3 Rancangan Undang-Undang tentang
Perkreditan Perbankan, telah ditentukan pengertian perjanjian kredit.
43
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. Ke-3, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal.385-386.
Universitas Sumatera Utara
32
“Perjanjian kredit adalah persetujuan danatau kesepakatan yang dibuat bersama antara kreditur dan debitur atas sejumlah kredit dengan kondisi yang
telah diperjanjikan, hal mana pihak debitur wajib untuk mengembalikan kredit yang telah diterima dalam jangka waktu tertentu disertai bunga dan biaya-
biaya yang disepakati”.
44
Dalam memberikan kredit, bank harus menggunakan akad perjanjian sehingga memiliki ketentuan pembuktian, dan bank biasanya menggunakan kontrakperjanjian
kredit yang bentuknya sudah baku sehingga tidak perlu untuk selalu membuat perjanjian kredit setiap saat, karena apabila bank akan memberikan kredit kepada
nasabah debiturnya perjanjiannya telah siap sehingga hanya diperlukan tanda tangan nasabah debitur.
Dalam membuat perjanjian kredit terdapat beberapa judul dalam praktik perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit,
akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi secara
yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang.
Mengenai pembakuan bentuk draft isi perjanjian kredit, antara bank sendiri belum terdapat kesepakatan. Namun mengenai isi perjanjian kredit pada pokoknya
selalu memuat hal-hal berikut :
45
a. Jumlah maksimum kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya. b. Besarnya bunga kredit dan biaya-biaya lainnya.
44
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 77-78.
45
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.25.
Universitas Sumatera Utara
33
c. Jangka waktu pembayaran kredit. d. Ada dua jangka waktu pembayaran yang digunakan, yaitu jangka waktu
angsuran biasanya secara bulanan dan jangka waktu kredit. e. Cara pembayaran kredit.
f. Klausula jatuh tempo
g. Barang jaminan kredit dan kekuasaan yang menyertainya serta persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan.
h. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur, termasuk hak bank untuk melakukan pengawasan dan pembinaan kredit.
i. Biaya akta dan biaya penagihan utang yang juga harus dibayar debitur
Dalam praktik bank ada 2 dua bentuk perjanjian kredit yaitu :
46
a. Perjanjian kredit dibuat dibawah tangan dinamakan akta dibawah tangan
47
artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan
mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard standaardform yang isi, syarat-syarat
dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut termasuk jenis
Akta Dibawah Tangan.
b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris yang dinamakan akta otentik
48
atau akta notariil. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah seorang Notaris namun dalam praktik semua syarat
dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh Bank kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang Notaris
dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik.
Di Bank Mandiri, Akta Perjanjian kredit terdiri dari akta notarial dan akta di bawah tangan. Penetapan jenis akta apakah yang akan digunakan merupakan
kewenangan Group Head Business Unit dan Group Head Credit Risk Management
46
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Cet.Ke-3, Alfabeta, Jakarta, 2005,, hal. 100-101.
47
Pasal 1874 KUHPerdata menyebutkan bahwa sebagai tulisan-tulisan dibawah tangan
dianggap akta-akta yang ditandatangani dibawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum.
48
Pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai
umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.
Universitas Sumatera Utara
34
Unit, yang didasarkan atas kompleksitas struktur fasilitas kredit. Dalam hal menggunakan jenis akta notarial, harus menggunakan notaris yang qualified.
Pada prakteknya perjanjian kredit Bank Mandiri tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dari Surat Penawaran Pemberian Kredit SPPK,
Syarat-Syarat Umum Perjanjian kredit SUPK dan Perjanjian Accesoir. Perjanjian kredit termasuk addendumnya harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
bank selaku kreditur dan nasabah sendiri atau sebagai wakil yang berwenang mewakili perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Perjanjian
kredit ini merupakan perjanjian pokok yang akan diikuti dengan perjanjian lainnya yang bersifat accesoir perjanjian ikutanbuntut.
Dengan penandatanganan perjanjian kredit maka diperoleh : 1 Bukti tertulis bahwa bank telah memberikan pinjaman sejumlah yang tertera pada
perjanjian kredit tersebut kepada debitur yang telah menandatangani akta perjanjian kredit, baik atas namanya sendiri ataupun yang mewakili perusahaan.
2 Ketentuan yang mengikat mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak.
2. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit