Dukungan masyarakat dapat berupa tanggapan atau respon terhadap informasi yang diterimanya, keterlibatan dalam perencanaan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan,
keterlibatan dalam melakukan hal-hal teknis, keterlibatan dalam memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan, dan keterlibatan dalam menilai pembangunan.
Dukungan masyarakat dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat, kepentingan, adat- istiadat dan sifat-sifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat. Ndraha 1990
memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Sebagai keluaran, partisipasi masyarakat dapat digerakkan atau dibangun. Partisipasi
merupakan hasil stimulasi atau motivasi yang dilakukan oleh penggerak pembangunan. Dukungan suasana social support ditunjukkan oleh masyarakat. Mereka ini adalah tokoh
masyarakat dan pembuat opini umum.
Menurut Widyastuti dan Kristiani 2006 bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai motor penggerak
dan mendapatkan dukungan oleh tokoh masyarakat TOMA. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke
posyandu. Peran pemerintah, termasuk petugas kesehatan, hanya sebagai fasilitator untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu
dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita,
pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat.
2.3. Kinerja Kader Posyandu
Kinerja performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawabnya masing-
Universitas Sumatera Utara
masing. Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika Prawira sentosno, 1999. Dengan demikian
kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertntu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi. Menurut Timple 1993, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti ; kemampuan, ketrampilan, sikap,
perilaku, tanggung jawab. misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki kemampuan. Faktor eksternal yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan , seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,
fasilitas kerja dan iklim organisasi. Jadi kinerja yang optimal didorong oleh kuatnya motivasi seseorang.
Menurut Salim 1989 faktor yang mempengaruhi penampilan kerja sumber daya manusia yang salah satunya kualitas kekaryaan yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
faktor pribadi seperti kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap kerja. Faktor lingkungan dalam organisasi yaitu situasi kerja, kepemimpinan dan
tehnologi serta faktor di luar lingkungan organisasi yaitu seperti nilai sosial ekonomi, sosial budaya.
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga dikemukakan oleh Notoatmodjo 1992 bahwa penampilan kerja performance itu dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik. Istilah yang
dikemukannya yaitu: “ACHIVE” , dengan pengertian : Ability kemampuan, pembawa, Capacity kemampuan yang bisa dikembangkan, Help dukunganbantuan untuk
mewujudkan perfomance, Incentive insentif material dan non material, Environment lingkungan tempat kerja karyawan, Validity pedomanpetunjuk dan uraian kerja,
Evaluation adanya umpan balik hasil kerja. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara mengikuti
kursus, pelatihan dan refreezing secara berkala dari segi pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader untuk
usaha melanjarkan proses pelayanan di posyandu. Proses kelancaran pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader. Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi
oleh fasilitas mengirim kader ke pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan, mengikutkan seminar-seminar kesehatan penghargaan, kepercayaan yang diterima
kader dalam memberikan pelayanan mempengaruhi aktiftidaknya seorang kader posyandu. Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan pelatihan serta
pemberian modul-modul panduan kegiatan pelayanan kesehatan dengan beberapa kegiatan tersebut diharapkan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan dan
aktif datang di setiap kegiatan posyandu Koto dkk,2007. Penurunan kinerja kader disebabkan karena posyandu tidak memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap, tidak semua kader mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan Mastuti, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu diperlukan strategi yang berkaitan dengan partisipasi kader antara lain; Pertama, strategi pemberian insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji atau upah yang
memadai dan oleh rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik, karena rata-rata pendapatan masyarakat sangat rendah dan penting memberikan arti kehidupan baginya.
Selain ganjaran-ganjaran financial, perlu juga mencari bentuk penghargaan lain atas usaha dan prestasi untuk memperkuat sikap-sikap dan perilaku yang diberdayakan
Winardi, 2004. Kedua, sarana pendukung merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan, karena merupakan alat yang membuat penting dalam
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat memudahkan untuk bekerja dan pekerjaan lebih cepat serta meningkatkan efektifitas pekerjaan. Dengan memenuhi segala hal yang
mereka perlukan dan keadaaan lingkungan yang memadai untuk menjamin keberhasilan dalam kegiatan Dwiantara, 2005. Ketiga, pelatihan untuk membentuk seseorang
menjadi mandiri tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Pelatihan dilakukan berdasarkan kebutuhan yang akan dicapai
berdasarkan identifikasi kebutuhan yang sesungguhnya Stewart, 2006. Keempat, faktor budaya, sosial, ekonomi dan masalah-masalah praktis mempengaruhi kualitas posyandu
dan partisipasi masyarakat. Menurut pendapat Widagdo 2006 yang merupakan satu-satunya faktor dari
masyarakat yang masih mungkin dapat melakukan doronganmotivasi secara berkesinambungan dalam pemberdayaan masyarakat adalah faktor tokoh masyarakat.
Peranan pemimpin dan tokoh masyarakat akan sangat penting apabila mereka aktif untuk mendatangi masyarakat, sering menghadiri pertemuan-pertemuan, dan dalam
Universitas Sumatera Utara
setiap kesempatan selalu menjelaskan manfaat program program posyandu. Para pimpinan masyarakat ini aktif pula dalam mengajak warga masyarakat untuk mengelola
kegiatan Posyandu. Apabila masyarakat melihat bahwa tokoh mereka yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut, maka masyarakat pun akan tertarik untuk ikut serta.
Tokoh masyarakat seperti kepala desa selalu mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu dan mengikuti kegiatan lain, sehingga kader akan malu
kalau tidak turut serta dan hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Melalatoa dan Swasono dalam penelitian Widagdo 2006 bahwa kades selalu memberi
tugas kepada kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang dirasa oleh para kader sebagai suatu perhatian yang dapat merupakan dorongan bagi kader untuk selalu
melakukan kegiatan posyandu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dalam penelitian Pramuwito 1998 bahwa kebiasaan kades untuk selalu mau memperbaiki hubungan
dengan kader, misalnya suatu ketika kader berbuat kesalahan, maka kader tersebut mendapat teguran yang sangat keras, namun di lain kesempatan kades tersebut telah baik
kembali malah kader tersebut diberinya imbalan.
2.4. Penilaian Kinerja Kader Posyandu