Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng LS Faktor Pengolahan Lahan C Faktor Konservasi Tanah P

Tabel 2.4 Nilai K untuk Berbagai Jenis Tanah NO Jenis Tanah Nilai K Rataan 1 Latosol Haplorthox 0,09 2 Latosol merah Humox 0,12 3 Latosol merah kuning Typic haplorthox 0,26 4 Latosol coklat Typic tropodult 0,23 5 Latosol Epiaquic tropodult 0,31 6 Regosol Troporthents 0,14 7 Regosol Oxic dystropept 0,12 – 0,16 8 Regosol Typic entropept 0,29 9 Regosol Typic dystropept 0,31 10 Gley humic Typic tropoquept 0,13 11 Gley humic Tropaquept 0,20 12 Gley humic Aquic entroopept 0,26 13 Lithosol Litic eutropept 0,16 14 Lithosol Orthen 0,29 15 Grumosol Chromudert 0,21 16 Hydromorf abu-abu Tropofluent 0,20 17 Podsolik Tropudults 0,16 18 Podsolik Merah Kuning Tropudults 0,32 19 Mediteran Tropohumults 0,10 20 Mediteran Tropaqualfs 0,22 21 Mediteran Tropudalfs 0,23 Sumber: Asdak, 2007dan Rauf A, 2011

2.2.3.3 Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng LS

Faktor LS, merupakan kombinasi antara faktor panjang lereng L dan kemiringan lereng S yang mana merupakan nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan panjang dan kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot Universitas Sumatera Utara lahan. Nilai LS untuk sembarang panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: LS = L22 z 0,006541S 2 + 0,0456S + 0,065 ………………… 2.5 Dimana: L = panjang lereng m S = kemiringan lereng , dan z = konstanta yang besarnya bervariasi tergantung besarnya S. z = 0,5 jika S 5 z = 0,4 jika 5 S 3 z = 0,3 jika 3 S 1 z = 0,2 jika S 1

2.2.3.4 Faktor Pengolahan Lahan C

Faktor menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang bertanaman tertentu dan dengan manajemen tertentu terhadap besarnya erosi yang tidak ditanami dan diolah bersih. Factor ini mengukur kombinasi pengaruh tanaman dan pengelolaannya. Faktor C ditunjukkan sebagai angka perbandingan yang berhubungan dengan tanah hilang tahunan pada areal yang bervegetasi dengan areal yang sama jika areal tersebut kosong dan ditanami secara teratur. Nilai faktor C berkisar antara 0.001 pada hutan tak terganggu hingga 1.0 pada tanah kosong.

2.2.3.5 Faktor Konservasi Tanah P

Faktor konservasi tanah ialah tindakan pengawetan yang meliputi usaha- usaha untuk mengurangi erosi tanah yaitu secara mekanis maupun biologisvegetasi. Nilai P berkisar dari 0 untuk tanah praktek pengendalian erosi sempurna, sampai bernilai 1 untuk tanah tanpa tindakan pengendalian erosi. Indeks penutupan vegetasi C dan Indeks pengolahan lahan atau tindakan Universitas Sumatera Utara konservasi tanah P dapat digabung menjadi faktor CP. Tabel 2.5 menjelaskan nilai CP untuk berbagai macam penggunaan lahan. Tabel 2.5 Nilai CP untuk Berbagai Macam Penggunaan Lahan No. Macam Penggunaan Lahan Nilai Faktor CP 1 Tanah terbuka, tanpa tanaman 1 2 Belukar rawa 0.01 3 Rawa 0.01 4 Semakbelukar 0.3 5 Sawah 0.01 6 Pertanian lahan kering campur 0.19 7 Pertanian lahan kering 0.28 8 Hutan lahan kering sekunder 0.01 9 Hutan mangrove sekunder 0.01 10 Hutan rawa sekunder 0.01 11 Hutan tanaman 0.05 12 Pemukiman 0.95 13 Perkebunan 0.5 14 Tambak 0.001 15 Tumbuh air 0.001 Sumber: BPDAS Wampu-Sei Ular dalam Jayusri 2012 Hasil perhitungan faktor erosi metode USLE akan diperoleh suatu prediksi erosi yang mempunyai nilai-nilai indeks yang kemudian di klasifikasikan berdasarkan jumlah tanah yang hilang akibat erosi tersebut. Nilai faktor P dalam berbagai tindakan konservasi di jelaskan di Tabel 2.6, yaitu: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.6 Nilai Faktor P untuk berbagai Tindakan Konservasi Tanah No. Tanpa Tindakan Pengendalian Erosi Nilai P 1 Tanpa tindakan pengendalian erosi 1 2 Terras bangku: - konstruksi baik 0.04 - konstruksi sedang 0.15 - konstruksi kurang baik 0.35 - Terras tradisional 0.45 3 Strip tanaman: - rumput bahia 0.4 - crotalaria 0.64 - dengan kontur 0.2 4 Pengelolaan tanah dan penanaman menurut garis kontur: - kemiringan 0 – 8 0.5 - kemiringan 8 – 20 0.75 - kemiringan 20 0.9 Sumber: Suripin 2002

2.3 Sedimentasi

Proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi angkutan, pengendapan deposition, dan pemadatan compaction dari sedimen itu sendiri. Proses tersebut berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel tanah menjadi partikel halus lalu menggelinding bersama aliran permukaan, sebagian akan tertinggal diatas tanah dan sebagian yang lain akan masuk kedalam sungai dan akan terbawa aliran menjadi angkutan sedimen Loebis, 1993. Universitas Sumatera Utara