Ta’rīf dan Tankīr Deinite dan Indeinite

Tafsir-Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 105 105 Artinya:“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orangorang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena dia adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ḍamīr َوُه yang bergaris bawah menunjuk pada “keadilan” yang dikandung oleh kata اوُلِدْعا yang terletak sebelumnya. c. Disebutkan sesudah ḍlamīr seperti dalam QS. Ṭāhā [20] : 67. Ḍlamīr ِـه pada َسَجْوَأَف َسوُم ًةَفيِخ ِهِسْفَن ِف menunjuk pada َسوُم yang terletak sesudahnya. Artinya: “Maka Musa merasa takut di dalam hatinya”. Pola kalimat seperti ini merupakan hal yang biasa dalam kalimat bahasa Arab. Walaupun Nabi Musa As. ditempatkan setelah ḍamīr namun pada hakekatnya ia bertempat sebelum ḍlamīr. Hal ini karena predikat Nabi Musa dalam kalimat tersebut adalah subyek لعاف . Contoh lain adalah ḍamīr َوُه dalam kalimat ٌدَحَأ ُ َلا َوُه ْلُق kembali pada lafal ُ َلا. Contoh lain adalah pada QS. Fāṭir [35] : 1: ٌيِسَي ِ ٰلا َ َع َكِلٰذ َنِإ ٍباَتِك ِف َاِإ ِهِرُمُع ْنِم ُصَقْنُي َاَو ٍرَمَعُم ْنِم ُرَمَعُي اَمَو Artinya: “....dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan sudah ditetapkan dalam kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. Ḍlamīr ِه pada kalimat ِهِرُمُع kembali pada ٍر َمَعُم akan tetapi berbeda dengan kata رَمَعُم seorang yang berumur yang terkandung pada kata kerja ُرَمَعُي . Sehingga maksud dari ayat tersebut adalah “seseorang yang telah ditakdirkan berumur panjang tidak akan dikurangi, dan seseorang yang telah ditakdirkan berumur pendek tidak akan ditambah.” Demikian beberapa kaidah dasar dalam kajian ḍlamīr. Dari penjelasan di atas, kita semakin sadar arti penting permasalahan ḍlamīr sehingga harus mendapatkan perhatian mufassir.

2. Ta’rīf dan Tankīr Deinite dan Indeinite

Ta’rīf dan tankīr atau dikenal juga dengan ma’rifah dan nakirah. Kedua istilah ini terkait dengan kata benda ism. Ta’rīf menunjuk kepada suatu yang jelas dan terbatas sedang tankīr kebalikannya, menunjuk kepada suatu benda yang umum dan tidak terbatas. Pembahasan ta’rīf dan tankīr dalam kajian Ilmu tafsir tidaklah membahas tentang Buku Siswa Kelas X 106 asal mula ta’rīf dan tankīr sebagaimana kajian ulama nahwu. Pembahasan dalam kaidah penafsiran adalah fungsi atau tujuan pemakaian kata ma’rifah dan nakirah tersebut dalam kalimat-kalimat al-Qur`an. Berikut ini diantara fungsi ma’rifah dan nakirah: a. Ma’rifah Pemilihan dan pemakaian sebuah kata dalam al-Qur`an tidaklah kebetulan. Pemilihan dan pemakaian kata ini mengandung suatu maksud tertentu dan mengandung pesan-pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu satu kata yang berbentuk ma’rifah berbeda tujuannya kata tersebut berbentuk nakirah. Imam az-Zarkasyi dan Imam al-Suyūṭī menyimpulkan sejumlah fungsi ma’rifah dalam al-Qur`an, sebagai berikut: 1 Ta’rīf dengan ism ḍlamīr karena keadaan menghendaki demikian, baik ḍlamīr mutakallim, mukhạ̄ab ataupun gaib. Dalam bahasa Arab seluruh ḍlamīr adalah ma’rifah. 2 Ta’rīf dengan ism ‘alam nama berfungsi untuk: a Menghadirkan pemilik nama itu dalam hati pendengar, yaitu dengan menyebutkan namanya yang khas atau karena bertujuan untuk memuliakan ِهِمْيِظْعَ ِت ْو َ أ ُه ُصَ ُي ِمْساِب ءاَدِتْبِا ِعِما َسلا ِنْهِذ ِف ِهِنْيَعِب ِرا َضْحِِِا seperti QS al-Fat ḥ [48]: 29 ِ ٰلا ُلوُسَر ٌدَمَ ُم b Menghinakan ٌةَناَهِإ , seperti: QS. al-Lahab [111]: 1 َبَتَو ٍبَهَل ِب َ أ اَدَي ْتَبَت 3 Ta’rīf dengan ism isyārah kata tunjuk berfungi untuk: a Menjelaskan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu dekat ِبْر ُقْلا ف ِ ِلاَح ِناَيَِل , seperti; QS. Luqmān [31]: 11 .... ِهِنوُد ْنِم َنيِ َ ذا َقَلَخ اَذاَم ِنوُر َ أَف ِ ٰلا ُق ْ لَخ اَذَه b Menjelaskan keadaannya dengan menggunakan kata tunjuk jauh ف ِ ِلاَح ِناَيَ ِل ِدْعُلا , seperti: QS al-Baqarah [2]: 5 نوُحِلْفُم ْ لا ُمُه َكِئ ٓلوُأَو ْمِهِِّبَر ْنِم ىًدُه َ َع َكِئٓلوُأ c Menghinakan dengan memakai kata tunjuk dekat ِبْر ُقلْاِب ِهِ ِْيِقْ َح ِد ْصَقِل , seperti: QS al-‘Ankabūt [29]:64 ٌبِعَلَو ٌوْهَل اِإ اَيْنُدا ُةاَيَْلا ِهِذٰه اَمَو d Memuliakan dengan memakai kata tunjuk jauh ِدْعُل ْاِب ِهِمْيِظْعَت ِدْصَقِل seperti QS al-Baqarah [2]: 2 َنِقَتُمْلِل ىًدُه ِهيِف َبْيَر َا ُباَتِكْلا َكِلٰذ e Peringatan هْيِبْنَت bahwa sesuatu yang ditunjuk itu sangat layak dengan sifat yang disebutkan sesudah ism isyārah tersebut. Misal QS. al-Baqarah [2]: 2-5; ْمُهاَنْقَزَر اَمِمَو َةل َصلا َنوُميِقُيَو ِبْيَغ ْ لاِب َنوُنِمْؤُي َنيِ َ ذا . َنِقَتُم ْ لِل ىًدُه ْمُه ِةَرِخآاِبَو َكِلْب َق ْنِم َلِزْنُأ اَمَو َكْ َلِإ َلِزْنُأ اَمِب َنوُنِمْؤُي َنيِ َذاَو . َنوُقِفْنُي َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَلوُأَو ْمِهِِّبَر ْنِم ىًدُه َ َع َكِئَلو ُ أ . َنوُنِقوُي Tafsir-Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 107 107 4 Ta’rīf dengan ism maụūl kata penghubung, berfungsi untuk: a Menghindari menyebut nama yang sebenarnya dengan tujuan untuk menutupinya َكِلَذ َ ْيَغ ْوَأ ِهْيَلَع اً ْرَس ِهِمْساِب ِهِرْكِذ ِةَهاَرَكِل Contoh: QS al-A ḥqāf [46] ayat 17 اَمُكَل ٍ ّفُأ ِهْيَِداَوِل َلاَق يِ َذاَو b Menunjukkan arti umum, مْوُمُع ْ لا ِةَداَرِ ِِل contoh: QS al-‘Ankabūt [29]: 69 َنيِ َذاَو َنِنِسْحُمْلا َعَمَل َ ٰلا َنِ اَنَلُبُس ْمُهَنَيِدْهَ َل اَنيِف اوُدَهاَج c Meringkas kalimat ُرا َصِتْخِاا misal QS al-A ḥzāb [33]: 69; َ ا اوُنَمآ َنيِ َ ذا اَهُي َ أ اَي اوُلاَق اَمِم ُ ٰلا ُه َ أَ َبَف َسوُم اْوَذآ َنيِ َ ذ َك اوُنوُكَت 5 Ta’rīf dengan alif lām لا , berfungsi: a Menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui karena telah disebutkan ٌدوُهْعَم ىِر ْ كِذ , contoh: QS an-Nūr [24]:35; ٍة َك ْشِم َك ِهِروُن ُلَثَم ِضْرَأْاَو ِتاَواَمَسلا ُروُن ُ ٰلا ٌيِّرُد ٌبَكْوَك اَهَن َ أَك ُةَجاَجُزلا ٍةَجاَجُز ِف ُحاَب ْصِم ْ لا ٌحاَب ْصِم اَهيِف b Menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui bagi pendengar ِن ْهِذ ٌدْوُهْعَم , contoh: QS al-Fath [48] ayat 18: َتْ َح َكَنوُعِياَبُي ْذِإ َنِنِمْؤُمْلا ِنَع ُ ٰلا َ ِضَر ْدَقَل ِةَرَج َشلا c Sesuatu yang sudah diketahui karena ia hadir pada saat itu, يِرْو ُضُح ٌدْوُهْعَم contoh: QS al-Mā`idah [5]: 3 ; ْمُكَنيِد ْمُكَل ُتْلَمْكَأ َمْوَ ْلا d Mencakup semua satuannya, ِداَرْفِل ْا ُقاَرْغِتْسِإ contoh: QS al-‘a ṣr [103]:2; َنِإ ٍ ْسُخ ِفَل َناَسْنلا e Menjelaskan jenis karakteristik tertinggi صِئا َصَخ ِقاَرْغِتْسِِا ْا وأ ِءاَنْثِتْسِاْا ُلِْلَد ِداَرْفِ ْ اا contoh: QS al-Baqarah [2]: 2 ; ُباَتِكْلا َكِلٰذ maksudnya, isi kitab dengan berbagai kesempurnaan karakter. f Menerangkan esensi, hakikat dan jenis ِس ْ نِاْاَو ِةَقْيِقَلْا و ِةَيِهاَمْلا ِفْيِرْعَِت , contoh: QS al-Anbiyā’ [21]: 30 ٍّ َح ٍءْ َش َ ُك ِءاَمْلا َنِم اَنْلَعَجَو b. Nakirah Penggunaan ism nakirah ini mempunyai beberapa fungsi di antaranya untuk menunjukkan: 1 Satu ِةَدْحَولْا ُةَداَرِإ , contoh: QS Yāsin [36]: 20. َلاَق َعْسَي ٌلُجَر ِةَنيِدَمْلا َصْقَأ ْنِم َءاَجَو َنِلَسْرُمْلا اوُعِبَتا ِمْوَق اَي Artinya “seorang laki-laki”. 2 Macam ِعْوَلا ُةَداَرِإ , contoh: QS. al-Baqarah [2] ayat 96, َ َع ِساَلا َصَرْحَأ ْمُهَنَدِجَ َتَو ٍةاَيَح yakni: “suatu macam kehidupan”. 3 Satu dan macam sekaligus ًاعَم ِعْوَلا ُةَداَرِإ و ِةَدْحَوْلا ُةَداَرِإ. contoh: QS an-Nūr [24]: 45 . ٍءاَم ْنِم ٍةَباَد َ ُك َقَلَخ ُ ٰلاَو Maksudnya: segala macam binatang berasal dari “satu macam air”. 4 Besar, mulia atau dahsyat مْيِظْعَتا. Contoh: QS al-Baqarah [2]: 279 . ِ ٰلا َنِم ٍبْرَ ِب اوُن َذْأَف Maksudnya peperangan yang “besar atau dahsyat”. Buku Siswa Kelas X 108 5 Banyak ُ ْيِثْكَتا , contoh: QS asy-Syu’ārā’ [26]: 41. َنِِلاَغْلا ُنْ َن اَنُك ْنِإ اًرْج َ َ أ اَ َل َنِئ َ أ Maksudnya adalah “pahala yang banyak”. 6 Besar atau mulia dan banyak sekaligus ًاعَم ْيِثْكَتا َو مْيِظْعَتا . Contoh:: QS Fāṭir [35]: 4. َكِلْبَق ْنِم ٌلُسُر ْتَبِّذُك ْدَقَف َكوُبِّذَكُي ْنِ Maksudnya, “Rasul-rasul yang mulia”. 7 Merendahkan, menghinakan atau meremehkan ُ ْ يِقْحَتا , contoh: QS. Abasa [80]: 18 . ُهَقَلَخ ٍءْ َش ِّي َ أ ْنِم Maksudnya, “sesuatu yang hina dan rendah” 8. Sedikit لْيِلْقَتا , contoh: QS Barā`ah [9]: 72. ٍتاَنَج ِتاَنِمْؤُم ْ لاَو َنِنِمْؤُم ْ لا ُ ٰلا َدَعَو ُ َبْكَأ ِ ٰلا َنِم ٌناَو ْضِرَو ٍنْدَع ِتاَنَج ِف ًةَبِّيَط َنِكاَسَمَو اَهيِف َنيِ ِداَخ ُراَهْنأا اَهِتْ َح ْنِم يِرْ َت

3. Mużakkar dan Mu`annaṡ