Buku Siswa Kelas X
110
mereka bahwa ruh itu termasuk urusan Allah karena manusia hanya diberi ilmu sedikit saja.
b. Jawaban adalah inti dari soal itu sendiri untuk menunjukkan kecocokan terhadap maksud pertanyaan sehingga penanya tidak mengulangi kembali pertanyaannya
karena sudah paham. Contoh:
ُهُدْيِعُي َمُث َق ْ
لَ ْ
لا او ُ
أَدْبَي ُ ٰلا ِل ُق ُهُدْيِعُي َمُث َقْلَْلا اوُأَدْبَي ْنَم ْمُكِئ َكَ ُش ْنِم ْلَه ْلُق
َنْوُكَفْؤُت َيَأَف
Artinya: “Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya menghidupkannya kembali?”
katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya menghidupkannya kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan kepada
menyembah yang selain Allah?” QS. Yunus [10]: 34
c. Jawaban lebih detail atau membingungkan penanya. Misal:
... ٍةَرَم
َلَوأ اَهأَشْنأ ىِّذا اَهْيِيْ ُي ْلُق . ٌمْيِمَر َ ِهَو َماَظِعْلا ِ ْحُي ْنَم َلاَق ...
Artinya: “... ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh yang menciptakannya
kali yang pertama ...” QS. Yāsin [36]: 78–79
Kata tanya bila dipakai untuk meminta suatu pengertian atau deinisi ia menggunakan kata bantu
نع
. Contoh: QS. al Isrā` [17]: 85 .
ِحوُرلا ِنَع َكَنْو ُلأْسَيَو
. Sedang, apabila digunakan untuk meminta sesuatu benda maka ia menggunakan kata bantu
نِم
. Misal: QS. an-Nisā` [4]: 32 .
ِهِل ْضَف ْنِم َ َلا اوُلأْساَو
5. Pengulangan kata benda ism
Empat kemungkinan jika sebuah ism tertulis dengan diulang dua kali: a. Pengulangan
ma’rifah dengan ma’rifah, pada umumnya menunjuk pada satu objek, konotasi yang sama yaitu kata yang pertama. contoh : QS al-Fātiḥah [1]:6-7
اَنِدْها ْمِهْيَلَع َتْمَعْن
َ أ َنيِ
َ ذا َطاَ ِص َميِقَت ْسُم
ْ لا َطاَ ِّصلا
b. Pengulangan nakirah dengan nakirah. Ini kebalikan dengan yang pertama. Kata kedua berbeda objek atau konotasi dengan yang pertama, meskipun ada kesamaan. Contoh:
QS. al-‘Asr ayat 5-6 ;
اً ْسُي ِ ْسُع ْ
لا َعَم َنِإ اً ْسُي ِ ْسُع ْ
لا َعَم َنِإَف
. Kata
اً ْسُي
pada ayat 5 berbeda maksud dengan ayat 6, sebaliknya dengan
ِ ْسُع ْ
لا
maksud kata pertama dan kedua sama. Hingga dalam sebuah riwayat Ibn ‘Abbās berkata, “satu
ِ ْسُع ْ
لا
tidak akan mengalahkan dua
اً ْسُي
” .
Tafsir-Ilmu Tafsir Kurikulum 2013
111 111
c. Mengulang nakirah dengan ma’rifah. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua
ma’rifah maka yang kedua adalah hakikat yang pertama, karena itulah yang sudah diketahui. Misalnya dalam ayat: QS. al-Muzzammil [73]: 15-16.
َنْوَعْرِف َلِإ اَنْلَسْرَأ اَمَك
َ
لوُسَرلا ُنْوَعْرِف َصَعَف ًاوُسَر
d. Mengulang ma’rifah dengan nakirah. Ada dua maksud disini, maksudnya tergantung
pada qarinah indikasi yang menguatkan, terkadang qarinah menunjukkan bahwa
keduanya berbeda, seperti pada QS Ar-Rūm [30]: 55
َنوُمِرْجُمْلا ُمِسْقُي ُةَعاَسلا ُموُقَت َمْوَيَو ٍةَعاَس َ ْيَغ اوُثِ
َل اَم
terkadang juga maksudnya adalah menunjukkan bahwa keduanya sama. Contoh:
َ ْيَغ اًيِبَرَع اًنآْرُق َنوُرَكَذَتَي ْمُهَلَعَل ٍلَثَم ِّ ُك ْنِم ِنآْرُقْلا اَذٰه ِف ِساَنلِل اَنْبَ َض ْدَقَلَو َنوُقَتَي ْمُهَلَعَل ٍجَوِع يِذ
6. Mufrad singular dan Jama’ plural
Sebagian kata dalam al-Qur`an di- mufrad-kan untuk suatu makna tertentu dan di-
jama’-kan untuk sesuatu isyarat tertentu. Oleh karena itu dalam al-Qur`an sering dijumpai sebagian lafal yang tertulis hanya dalam bentuk
jama’nya dan ketika diperlukan bentuk mufrad-nya yang digunakan adalah kata murādif sinonim nya.
a. Kata “
ٌبُل
” selalu disebutkan dalam bentuk jama’ yaitu “
ٌباَ ْلأ
”, seperti: QS. az-Zumar [39]: 21 ,
ِباَ ْ
ل َ
أْا ِلو ُ
ِأ ىَر ْ
كِ َ
ذ َكِلَذ ِف َنِإ
dan jika yang dikehendaki adalah bentuk mufrad maka yang disebutkan adalah
murādif-nya, yaitu “
ُبْلَقلا
” seperti: QS. Qāf [50]:37.
ٌبْلَق ُ َل َن َك ْنَمِل ىَرْكِ َذ َكِلَذ ِف
َنِإ Contoh lain, kata “
ٌبْوُك
” tidak pernah dipakai bentuk mufrad-nya, tetapi selalu
bentuk jama’nya, “
ٌباَوْكَأ
”. Seperti: QS. al-Gāsyiyah [88]: 14
ٌةَعو ُضْوَم ٌباَوْكَأَو
. b. Ada kata yang hanya disebutkan dalam bentuk
mufrad, dan ketika yang diperlukan adalah
jama’nya, maka disebutkan dalam bentuk yang menarik, seperti pada: QS aṭ- Ṭalāq [65]: 12, َ
ّنُهَلْثِم ِضْرَأْا َنِمَو ٍتاَواَمَس َعْبَس َقَلَخ يِ َذا ُ ٰلا
bukan
َ ْن ِضَرأ َعْبَس,
karena merusak keteraturan susunan kalimat dan kasar.
Contoh lain: Kata
ُءاَم َسلا
, jika yang dimaksudkan adalah “bilangan” maka ia didatangkan dalam bentuk
jama’ yang menunjukkan besar dan luasnya. Contoh: QS al-
Ḥasyr [59]:1
ِضْرأا ِف اَمَو ِتاَواَم َسلا ِف اَم ِ ٰ ِل َحَبَس
Dan jika yang dimaksud adalah “arah”, maka ia berbentuk
mufrad, seperti: QS al-Mulk [67]:16
ِءاَم َسلا ِف ْنَم ْمُتْنِم َ
أ َ
أ َضْرأا ُمُكِب َفِسْ َي ْنَأ
Kata “
حْيِّرلا
”, pemakaian kata ini dalam bentuk jama’ adalah
dalam konteks “rahmat” sedang jika disebutkan dalam bentuk mufrad dalam konteks
“ ‘ażab”. Kata
رولا
selalu di- mufrad-kan,
تاملظلا
senantiasa
jama’
,
ِّقَْلا لْيِبَس
dalam bentuk mufrad dan
لطالا لْيِبَس
yang selalu dijama’kan. Ada juga
َ ْنِنِمْؤُملا ُِلَو
dalam bentuk mufrad dan
نيرفكلا ُؤاَ ِلْو َ
أ
di- jama’-kan. Misal dalam QS. al-Baqarah [2] ayat
257:
ُمُهُؤاَ ِلْو َ
أ اوُرَفَك َنيِ َ
ذاَو ِروُلا َ
لِإ ِتاَم ُلُظلا َنِم ْمُهُجِرْ ُي اوُنَمآ َنيِ َذا ُِلَو ُ ٰلا
Buku Siswa Kelas X
112
َنوُِداَخ اَهيِف ْمُه ِراَلا ُباَحْص َ
أ َكِئ ٓلوُأ ِتاَمُلُظلا َلِإ ِروُلا َنِم ْمُهَنوُجِرْ ُي ُتوُغاَطلا
dan
ْمُكِلٰذ ِهِليِبَس ْنَع ْمُكِب َقَرَفَتَف َلُب ُسلا اوُعِبَتَت َ
اَو ُهوُعِبَتاَف اًميِقَتْسُم ِطاَ ِص اَذٰه َن َ
أَو َنوُقَتَت ْمُكَلَعَل ِهِب ْمُكا َصَو
QS al-An’ām [6]: 153 dan sebagainya.
7. Kata-kata yang dianggap Mutarādif sinonim