Bentuk-bentuk Naskh dalam al-Qur`an

Buku Siswa Kelas X 78 Artinya: Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.... c. Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an ِنآْرُق ْ لاِب ِنآْرُق ْ لا ُخ ْسَن Ada beberapa pendapat ulama tentang Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an ada yang mengatakan tidak ada Nāsikh dan Mansūkh dalam ayat-ayat al-Qur`an karena tidak ada yang batil dari al-Qur`an, diantaranya adalah Abu Muslim al-Isfahani, berdasarkan irman Allah: ٍدْيِ َح ٍميِكَح ْنِم ٌليِ ْنَت ِهِفْلَخ ْنِم َاَو ِهْيَدَي ِ ْنَب ْنِم ُلِطاَ ْلا ِهْيِتْأَي َا Artinya: yang tidak datang kepadanya al-Qur`an kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. QS. Fu฀฀ilat [41]: 42 Pendapat kedua mengatakan bahwa ada Naskh Mansūkh dalam ayat-ayat al- Qur`an tetapi bukan menghapus atau membatalkan hukum, yang berarti hanya merubah atau mengganti dan keduanya masih berlaku. Contoh QS. al-Anfāl ayat 65 yang menjelaskan satu orang muslim harus bisa menghadapi 10 orang kair, di-naskh dengan ayat 66 yang menjelaskan bahwa satu orang muslim harus dapat menghadapi dua orang kair. Ayat 66 me-nāskh ayat sebelumnya akan tetapi bukan menghapus kandungan ayat 65. Kedua ayat ini masih berlaku menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Demikian menurut beberapa ulama. d. Naskh al-Qur`an dengan sunnah ِةَن ُسلاِب ِنآْرُق ْ لا ُخ ْسَن Hukum yang didasarkan pada dalil al-Qur`an di-Naskh dengan dalil sunnah. Untuk hal ini para ulama sepakat tidak ada karena al-Qur`an posisinya lebih tinggi dari sunnah.

4. Bentuk-bentuk Naskh dalam al-Qur`an

Dilihat dari segi bacaan dan hukumnya, mayoritas ulama membagi Naskh menjadi tiga macam yaitu: a. Penghapusan terhadap hukum ḥukm dan bacaan tilāwah secara bersamaan. ُخْسَن ِةَو َلِّتاو ِمْكُلا Ayat-ayat yang terbilang kategori ini tidak dibenarkan dibaca dan diamalkan lagi. Misal, sebuah riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah: ٍتاَمْو ُلْعَم ِسْمَ ِب َنْخَسَنَف َنْمُرْ َي ٍتاَمْوُلْعَم ٍتاَعَضَر َ ْشَع ِنآْرُقْلا َنِم َلِزْنُأ اَمْيِف َنَك Tafsir-Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 79 79 ِنآْرُق ْ لا َنِم ُ أَرْقَي َنُهو َمَلَسَو ِهْيَلَع ٰلا َل َص ٰلا ُلْوُسَر َيَوَتَف Artinya: “Dahulu termasuk yang diturunkan ayat al-Qur`an adalah sepuluh kali susuan yang diketahui, kemudian di-nasakh dengan lima susuan yang diketahui. Setelah Rasulullah Saw. wafat, hukum yang terakhir tetap dibaca sebagai bagian al- Qur`an” b. Penghapusan terhadap hukumnya saja sedangkan bacaanya tetap ada. ِةَوَلِّتا َا ِمْكُ ْ لا ُخ ْسَن Misalnya, ayat tentang mendahulukan sedekah pada QS. Mujādilah [58] : 12: ٌ ْيَخ َكِلَذ ًةَقَد َص ْمُكاَوْ َ ن ْيَدَي َ ْنَب اوُمِّدَقَف َلوُسَرلا ُمُتْيَجاَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِ َ ذا اَهُي َ أ اَي ٌميِحَر ٌروُفَغ َ ٰلا َنِإَف اوُدِ َت ْمَل ْنِإَف ُرَهْط َ أَو ْمُكَل Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaknya kamu mengeluarkan sedekah kepada orang miskin sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih, jika kamu tiada memperoleh yang akan disedekahkan maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang“ Ayat ini di-Naskh oleh ayat selanjutnya ayat 13: ْمُكْيَلَع ُ َٰلا َباَتَو اوُلَعْفَت ْمَل ْنِإَف ٍتاَقَد َص ْمُكاَوْ َ ن ْيَدَي َ ْنَب اوُمِّدَقُت ْن َ أ ْمُتْقَفْش َ أ َ أ َنوُلَمْعَت اَمِب ٌيِبَخ ُ ٰلاَو ُ َلوُسَرَو َ ٰلا اوُعيِطَأَو َةَكَزلا اوُتآَو َةل َصلا اوُميِقَأَف Artinya: “Apakah kamu takut akan menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu, maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang ananda kerjakan.” c. Penghapusan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku. َا ِةَو َلِّتا ُخْسَن َمْكُلا . Contoh kategori ini adalah ayat rajam. Mula-mula ayat rajam ini termasuk ayat al-Qur`an. Ayat ini dinyatakan mansūkh bacaanya, sementara hukumnya tetap berlaku itu adalah: اَمُهْوُ ُجْراَف ُةَخْي َشلاَو ُخْي َشلااَنَز اَذِإ Artinya: “Jika seorang pria tua dan wanita tua berzina, maka rajamlah keduanya”. Cerita tentang orang tua yang berzina dan kemudian di-Naskh di atas diriwayatkan oleh Ubay ibn Ka’ab bin Abu Umamah bin Sahl. Buku Siswa Kelas X 80

5. Ciri-ciri naṣh yang tidak dapat di-Naskh