Pengertian Naskh secara terminologi istilah Macam-macam Naskh

Tafsir-Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 77 77 َنوُمَلْعَي َا ْمُهُ َثْكَأ ْلَب ٍ َرْفُم َتْن َ أ اَمَنِإ او ُلاَق ُلِّ َنُي اَِب ُمَلْعَأ ُ ٰلاَو ٍةَيآ َنَكَم ًةَيآ اَْلَدَب اَذِ Artinya: Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. bahkan kebanyakan mereka tiada Mengetahui. Selain itu, naskhu juga dapat berarti al-ta ḥwīl لْيِوْحَتا artinya “mengubah”, selain itu juga dapat diartikan al-naql ُلْقَلا artinya “memindahkan”.

2. Pengertian Naskh secara terminologi istilah

Secara terminologi Nāsikh adalah mengangkat menghapuskan dalil hukum syar‘i dengan dalil hukum syar’i yang lain. Nāsikh adalah dalil syara’ yang menghapus suatu hukum, dan Mansūkh ialah hukum syara’ yang telah dihapus. Sebagaimana hadis Nabi: اَهْوُرْوُزَف َا َ أ ِرْوُبُق ْ لا ِةَراَيِز ْنَع ْمُكُتْيَهَن ُتْن ُك Artinya: Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah. HR. at- Tirmidzi Hukum syara’ larangan ziarah kubur kini telah Mansūkh telah dihapus dengan kebolehan berziarah kubur, berdasarkan hadis ini.

3. Macam-macam Naskh

Karena sumber atau dalil-dalil syara’ ada dua yaitu al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.., maka ada empat jenis Nāsikh, yaitu: a. Naskh sunnah dengan sunnah ِةَن ُسلاِب ِةَن ُسلا ُخْس َن Suatu hukum yang dasarnya sunnah kemudian di-Naskh dengan dalil syara’ dari sunnah juga. Contohnya: larangan ziarah kubur yang di-Naskh menjadi boleh, seperti pada hadis di atas. b. Naskh sunnah dengan al-Qur`an ِنآْرُق ْ لاِب ِةَن ُسلا ُخْس َن Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil sunnah kemudian di-Naskh atau dihapus dengan dalil al-Qur`an, seperti ayat tentang ṣalat yang semula menghadap Baitul Maqdis diganti dengan menghadap ke Kiblat setelah turun QS. al-Baqarah [2] ayat 144: ِدِجْسَم ْ لا َر ْط َش َكَهْجَو ِّلَوَف اَها َضْرَت ًة َلْبِق َكَنَ ِّلَُونَلَف ِءاَمَسلا ِف َكِهْجَو َبُلَقَت ىَرَن ْدَق ِماَرَ ْ لا Buku Siswa Kelas X 78 Artinya: Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.... c. Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an ِنآْرُق ْ لاِب ِنآْرُق ْ لا ُخ ْسَن Ada beberapa pendapat ulama tentang Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an ada yang mengatakan tidak ada Nāsikh dan Mansūkh dalam ayat-ayat al-Qur`an karena tidak ada yang batil dari al-Qur`an, diantaranya adalah Abu Muslim al-Isfahani, berdasarkan irman Allah: ٍدْيِ َح ٍميِكَح ْنِم ٌليِ ْنَت ِهِفْلَخ ْنِم َاَو ِهْيَدَي ِ ْنَب ْنِم ُلِطاَ ْلا ِهْيِتْأَي َا Artinya: yang tidak datang kepadanya al-Qur`an kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. QS. Fu฀฀ilat [41]: 42 Pendapat kedua mengatakan bahwa ada Naskh Mansūkh dalam ayat-ayat al- Qur`an tetapi bukan menghapus atau membatalkan hukum, yang berarti hanya merubah atau mengganti dan keduanya masih berlaku. Contoh QS. al-Anfāl ayat 65 yang menjelaskan satu orang muslim harus bisa menghadapi 10 orang kair, di-naskh dengan ayat 66 yang menjelaskan bahwa satu orang muslim harus dapat menghadapi dua orang kair. Ayat 66 me-nāskh ayat sebelumnya akan tetapi bukan menghapus kandungan ayat 65. Kedua ayat ini masih berlaku menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Demikian menurut beberapa ulama. d. Naskh al-Qur`an dengan sunnah ِةَن ُسلاِب ِنآْرُق ْ لا ُخ ْسَن Hukum yang didasarkan pada dalil al-Qur`an di-Naskh dengan dalil sunnah. Untuk hal ini para ulama sepakat tidak ada karena al-Qur`an posisinya lebih tinggi dari sunnah.

4. Bentuk-bentuk Naskh dalam al-Qur`an